Nyeri juga dapat mengganggu proses mobilisasi dini dan posisi menyusui, ibu yang tidak tahu bagaimana posisi menyusui yang benar untuk post sectio
caesarea akan kesulitan menemukan posisi yang nyaman ketika menyusui, kenyamanan menyusui akan meningkatkan produksi ASI Bobak, 2005
sedangkan rasa nyeri juga membuat ibu takut untuk menggerakan badan karena nyeri yang dirasakan padahal mobilisasi dini menunjukan dapat
meningkatkan pengeluaran ASI lebih cepat pada ibu yang segera melakukan mobilisasi aktif, untuk waktunya dapat dilakukan saat pemberian analgesik
diberikan agar nyeri luka operasi tidak akan mengganggu dalam proses mobilisasi.
Kondisi lain yang akan mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu Ibu yang mengalami keadaan gelisah, nyeri dan tidak percaya diri dalam memberikan
ASI akan mempengaruhi hormon oksitosin di dalam tubuh yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah produksi ASI, sebaliknya jika perasaan ibu
bahagia, menyayangi bayi dan memiliki perasaan bangga ketika dapat menyusui bayinya akan meningkatkan hormon oksitosin yang akan
meningkatkan produksi ASI Widyasih, 2009. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan pengeluaran ASI tidak
tergantung terhadap nyeri, karena pada responden yang ASI nya sudah keluar di hari pertama lebih banyak dialami oleh ibu yang mengalami nyeri berat
yaitu sebanyak 51,5. Hal ini bisa terjadi karena hanya sekitar 15,4 respoden yang mengatakan bahwa nyeri yang dialaminya mengganggu dalam
proses pemberian ASI sedangkan mayoritas sebanyak 84,6 mengatakan
nyeri yang mereka rasakan tidak mengganggu dalam proses pemberian ASI, jadi walaupun ibu mengalami nyeri tetap menyusui bayi sehingga pengeluaran
ASI tetap terjadi di hari pertama akibat rangsangan hisapan dari bayi.
D. Gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada ibu
sectio caesarea
Pengeluaran ASI dalam penelitian ini lebih banyak terjadi pada hari pertama sebanyak 50,8, pengeluaran ASI pada hari kedua sebanyak 29,2,
dan minoritas 20 responden yang ASI nya keluar setelah hari kedua persalinan. Alasan ASI yang tidak keluar di hari pertama dapat disebabkan
oleh tidak adanya stimulasi isapan dari bayi akibat pengaruh dari keterpisahannya ruangan ibu dan bayi. Pengeluaran ASI pada ibu dengan
sectio caesarea lebih lambat dibanding ibu yang melahirkan normal yang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya posisi menyusui yang kurang
tepat, nyeri pasca operasi dan mobilisasi yang kurang Desmawati, 2013. Pengeluaran ASI yang terlambat juga dapat menyebabkan tertundanya
kegiatan menyusui seperti dalam penelitian Suprijati 2013 salah satu alasan paling dominan ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI adalah
karena alasan ASI yang tidak lancar keluar karena merasa khawatir bayi akan kelaparan. Menurut hasil analisa ibu yang ASI nya keluar di hari pertama
sebanyak 81,9 akan menyusui pada hari pertama juga, untuk ASI yang keluar pada hari kedua sebanyak 57,9 ibu akan menyusui pada hari kedua
juga dan untuk yang pengeluaran ASI nya terjadi pada hari ketiga lebih
banyak menyusui pada hari kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebanyak 30,8. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa lebih banyak ibu menyusui
bayi nya saat ASI sudah mulai keluar. Tertundanya pemberian ASI dapat meningkatkan resiko infeksi
bahkan kematian bagi bayi, karena dalam minggu pertama kehidupan,bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh sendiri sehingga dengan memberikan
ASI dapat memberikan sistem kekebalan tubuh pasif untuk bayi Sherwood,2012.
Ibu yang ASI nya belum keluar tetap memberikan rangsangan agar ASI cepat keluar dengan cara tetap menyusukan bayinya untuk merangsang
refleks sucking bayi sehingga dapat mengaktifkan Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui yaitu sekresi prolaktin, ereksi puting susu dan
refleks let-down Bobak, 2005.
E. Gambaran jenis anastesi yang dipakai saat operasi terhadap pemberian
ASI
Anastesi yang dipakai dalam penelitian sebanyak 4,6 melakukan anastesi total dan 95,4 melakukan anastesi spinal. Perbedaan dari efek obat
anastesi spinal dan umum dapat dilihat dari lamanya efek obat tersebut bekerja karena hal ini dapat mengganggu dalam proses pemberian IMD
terbukti untuk pasien yang diberikan anastesi total mengalami keterlambatan dalam pemberian ASI dan pemberian ASI untuk ibu yang diberikan anastesi
spinal cukup bervariasi, sebanyak 33,9 menyusui kurang dari 3 jam setelah persalinan sedangkan 66,1 menyusui lebih dari 3 jam setelah persalinan.
Efek anastesi dapat menyebabkan ibu mengantuk dalam waktu lama hal ini dapat menyebabkan ibu lebih berfokus pada dirinya sendiri
Ewa,2015. Masa kerja anastesi sekitar 3-4 jam untuk anastesi epidural karena tidak menggunakan morfin dan 5-6 jam untuk anastesi total, efek
samping lain dari anastesi juga dapat menyebabkan rasa sakit kepala setelah operasi Iis,2008.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani 2011 untuk pasien dengan anastesi regional lebih banyak menyusui pada hari pertama atau 3 jam post
sectio caesarea dan minoritas pada hari keempat, hal ini terjadi karena ibu dengan anastesi regional masih bisa sadar untuk menyusui bayinya berbeda
dengan ibu dengan anastesi total. Jenis persalinan juga dapat mempengaruhi proses IMD yaitu ibu yang
melahirkan dengan normal akan lebih banyak melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan cara operasi disebabkan oleh kerja obat
bius yang tidak hanya berpengaruh ke ibu namun juga ke janinnya sehingga dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan
sendiri payudara si ibu Roesli, 2012.