Posisi dalam menyusui TINJAUAN PUSTAKA

K. Masalah menyusui pada ibu Sectio Caesarea

Ada beberapa penyebab ibu menunda untuk memberikan ASI kepada bayinya yaitu adanya luka operasi dan pengaruh obat bius dapat berefek pada penundaan pemberian ASI dan jalinan hubungan emosi ibu-anak. Bayi hasil operasi Caesar biasanya akan langsung ditempatkan diruang observasi Ewa, 2015. Waktu pengeluaran ASI pada pasien dengan Sectio Caesarea lebih lambat dibanding ibu yang melahirkan normal.Hal ini Dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca operasi dan mobilisasi yang kurang Desmawati, 2013. Mobilisasi adalah menggerakan anggota badan, gerakan ini bertujuan agar sirkulasi darah menjadi lancar, menghindari pembengkakan dan mencegah terjadinya gangguan pembuluh darah. Ibu dengan operasi caesar disarankan untuk mobilisasi setelah 8 jam paska persalinan Deri, 2013. Dapat terjadi akibat psikologis dan kondisi ibu sectio caesarea yang berbeda dengan ibu yang melahirkan normal. Pemberian ASI secara dini juga dapat diakibatkan oleh kondisi bayi yang tidak memungkinkan Syamsinar, 2013. Walaupun terkadang ASI sudah keluar dihari pertama namun sebagian ibu Sectio Cesarea tidak setuju untuk memberikan ASI pada hari pertama, meskipun ibu mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI. Alasan ibu tidak melakukan inisiasi hari pertama yaitu bayi yang belum dirawat gabung Dwi, 2012. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama- sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari. Tujuan dilakukannya rawat gabung antara lain: 1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan. 2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi dengan benar seperti yang dilakukan oleh petugas. 3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya. 4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.

L. Syarat Rawat gabung

Ibu dan bayi yang dirawat gabung harus memenuhi syarat sebagai berikut: bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama nilai APGAR bayi minimal 7, berat bayi lahir 2000-2500 gram atau lebih, bayi yang lahir secara sectio caesarea SC dengan anastesi umum rawat gabungnya dilakukan setelah ibu dan bayi sadar penuh, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum Dwienda, 2014.

M. Persalinan Sectio Caesarea

1. Definisi

Sectio caesarea SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Indikasi sectio caesarea bisa absolut atau relatif Oxorn, 2010. Hasil dari data Riskesdas tahun 2013 menunjukan pasien yang melakukan operasi SC di Indonesia rata-rata sebanyak 9,8 dengan angka kelahiran operasi SC tertinggi di provinsi DKI Jakarta sebanyak 19,9 dan terendah di Sulawesi tenggara sebanyak 3,3.

2. Indikasi

Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat vagina tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi yang pasti untuk persalinan dengan operasi. Diantaranya adalah panggul yang sempit dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau pun keduanya. Bukan saja menjadi aman bagi ibu, tetapi juga jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik vagina menjadi berkurang. Selain itu, perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual pada bayi telah memperluas indikasi sectio caesarea Oxorn, 2010.

3. Dampak dari persalinan Sectio Caesarea

Dampak kesehatan pasca operasi ini cukup berat seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius bahkan kematian Iis, 2008. Persalinan ini juga membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama karena efek pembiusan epidural pada tubuh bagian bawah. Oleh karena itu, ibu perlu satu-dua hari untuk bisa bangun dan berjalan dengan normal hal ini dapat mempengaruhi waktu pemberian ASI selain itu persalinan dengan operasi juga lebih mahal dibandingkan dengan persalinan normal Nia, 2011. Kecenderungan waktu recovery yang lebih lama membuat sebuah permulaan hubungan lekat antara ibu dan bayi tidak maksimal. Hal itu bukanlah sebuah awal yang baik untuk memulai hubungan dengan si kecil. Efek anastesi yang menyebabkan ibu mengantuk dalam waktu yang cukup lama serta rasa sakit pada luka bekas operasi bisa jadi membuat perhatian ibu lebih diarahkan untuk pemulihan diri sendiri ketimbang pada bayi mungilnya. Ada juga yang melaporkan bahwa ASI baru akan keluar setelah tiga atau lima hari karena adanya keterpisahan antara ibu dan bayi Nia, 2011. Penelitian sejalan yang dilakukan oleh Desmawati 2013 mengemukakan bahwa ada hubungan antara rooming in dengan kecepatan pengeluaran ASI dimana ibu yang melakukan roomingin kontinu pengeluaran ASI dapat keluar dalam waktu 23 jam dibanding intermiten