Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office

Taman Budaya Dan Alam Fantasia 14. Cinnamomum inners Kayu Manis 70 4 4 3 3 3 4 21 24 15. Cocos capitata Kelapa Gading 21 2 1 1 2 1 3 10 24 16. Diallum indum Asem Kranji 11 4 4 2 4 3 3 20 24 17. Elaeis guinensis Kelapa sawit 56 3 1 3 2 2 2 13 24 18. Erythrina cristagali Dadap Merah 60 2 4 4 3 3 3 19 24 19. Erythrina indica-picta Dadap Kuning 3 2 4 4 2 3 3 18 24 20. Eucalyptus deglupta Kayu Putih 10 4 4 2 3 3 4 20 24 21. Ficus benjamina Beringin 75 4 4 3 4 4 4 23 24 22. Ficus elastica Beringin Karet 20 4 4 2 4 3 4 21 24 23. Gmelina arborea Jati 84 4 4 2 4 4 3 21 24 24. Hibiscus tiliaceus Waru 15 4 4 2 4 3 3 20 24 25. Livistonia australis Lettuce Palm 34 3 1 1 2 2 1 10 24 26. Mangifera indica Mangga 1 3 4 4 4 3 2 20 24 27. Mimusop elengi Tanjung 9 2 3 3 4 3 3 18 24 28. Nichelia campaka Cempaka 9 3 4 2 4 3 3 19 24 29. Paraserianthes falcataria Sengon 30 4 4 2 4 3 4 21 24 30. Phoenix roebelini Palem phoenix 10 2 1 4 4 2 2 15 24 31. Pinus merkusii Pinus 23 4 2 3 4 2 4 19 24 32. Pisonia alba Cabbage Tree 34 3 2 3 3 2 2 15 24 33. Plumeria sp. Kamboja 35 2 2 3 3 2 2 14 24 34. Psidium guajava Jambu 2 3 4 4 4 2 3 20 24 35. Pterocarpus indicus Angsana 6 4 4 4 4 3 4 23 24 36. Samanea saman Ki Hujan 43 3 4 3 4 3 4 21 24 37. Spathodea campanulata Kecrutan 2 3 4 1 4 3 4 19 24 38. Swietenia mahogany Mahoni 1 3 4 3 4 4 4 22 24 39. Syzygium polyanthum Salam 8 3 4 2 4 3 4 20 24 40. Tamarindus sp. Asam Jawa 12 3 4 2 3 4 3 19 24 41. Terminalia catappa Ketapang 7 3 4 3 4 3 3 20 24 42. Peruviana peruvisma Kembang Jepun 1 3 3 3 3 2 2 16 24 Jumlah 921 Jumlah Rata-rata 18,73 24 Ket: a : Berdaun tebal, rindang, evergreen d : Bermassa daun padat, sempit tebal b : Tajuk spreading, bulat, dome, irregular e : Morfologi daun c : jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan,kontinu f : Orientasi penanaman pohon ≤ 40 = tidak sesuai, 41 - 60 = kurang sesuai, 61 - 80 = cukup sesuai, ≥ 81 : sesuai Sumber: Dahlan 1992; Brown dan Gillespie 1995; Grey dan Denekke 1978; Brooks 1988; Vitasari 2004; De Chiara dan Koppelman 1989; Irwan 2008; Frick dan Suskiyanto 2007.

5.1.2 Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office

Analisis kecepatan angin pada area ini dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Sehingga dapat diketahui peningkatan atau pengurangan kecepatan angin pada lokasi ini. Analisis dilakukan dengan cara memperhatikan keadaan sekitar kemudian menyesuaikannya dengan deskripsi dan indikator yang ada pada Skala Beaufort. Berdasarkan Skala Beaufort diketahui bahwa angin pada area ini semakin meningkat ketika sore hari. Hal tersebut terjadi karena cuaca pada sore hari yang mendung atau hujan yang disertai angin cukup kencang. Selain dari faktor cuaca, perubahan kecepatan angin juga dapat dipengaruhi oleh keberadaan bangunan dan ruang terbuka hijau. Kurangnya ruang terbuka yang tersedia sehingga area-area yang sering dilalui manusia kurang terlindungi dari terpaan angin yang cukup kencang pada sore hari. Sedangkan bangunan dapat memblok kecepatan angin secara langsung, namun berakibat pada area dibawah bangunan. Karena angin bergerak dari atas bangunan ke bawah bangunan dengan membawa angin yang dingin. Sehingga pengguna yang melalui area tersebut merasa kurang nyaman dengan angin tersebut Brown dan Gillespie,1995. Untuk menyiasati hal tersebut dapat dilakukan penambahan pohon yang dapat berfungsi sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut dapat diletakkan pada area yang rawan terkena terpaan angin dan belum terlindungi dengan baik. Pohon yang baik sebagai pereduksi angin adalah mempunyai karakteristik fisik yang sesuai seperti perakaran yang kuat, tahan angin atau tidak mudah tumbang, dan daun tidak mudah gugur oleh angin yang lemah Dahlan, 1992. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis mengenai radiasi matahari pada area ini menggunakan pengukur suhu Thermohygrometer. Untuk mengetahui perbedaan suhu pada area yang terkena radiasi matahari langsung dengan area yang ternaungi dari radiasi matahari. Pada studi ini diambil sampel dari empat area yang berbeda dalam satu kawasan. Tujuannya adalah untuk memperoleh kevalidan data survei. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa suhu pada area terbuka atau yang terkena radiasi matahari langsung yakni area parkir dan sirkulasi lebih tinggi. Sedangkan suhu pada area yang ternaungi yakni area di bawah pohon lebih rendah. Jadi pohon dapat mengurangi efek dari radiasi matahari. Karena tajuk pohon dapat memantulkan, meneruskan, dan menyerap radiasi matahari yang datang Grey dan Denekke, 1978. Maka diperlukan penambahan pohon yang dapat menaungi area yang masih terbuka agar dapat memberikan kenyamanan kepada manusia yang sering melalui area tersebut. Pohon yang sesuai untuk ditanam pada area tersebut memiliki kriteria seperti rindang, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan bermassa daun padat. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13. Plaza Niaga 1 Analisis kecepatan angin yang dilakukan pada kawasan ini sama dengan analisis pada Marketing Office yakni menggunakan Skala Beaufort. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kecepatan angin mengalami peningkatan ketika sore hari sama halnya seperti area Marketing Office. Kurangnya RTH pada kawasan ini menyebabkan angin yang bertiup kencang tidak dapat terpecah dengan baik. Sehingga mengakibatkan angin yang melintas pada area ini cenderung cepat dan kurang melindungi pengguna yang melintas. Keberadaan dari sekumpulan pohon yang membentuk ruang terbuka hijau, bangunan, dan perkerasan, mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kenyamanan manusia terhadap kecepatan angin yang terjadi. Misalnya, pohon dengan tajuknya yang rapat dapat melindungi suatu area yang sering dilalui oleh manusia dengan menahan, memecah, dan mengurangi kecepatan angin. Sehingga angin yang terbentuk ketika mencapai area tersebut merupakan angin yang nyaman bagi manusia atau sejuk. Sedangkan bangunan merupakan penahan angin yang sifatnya keras atau impermeable. Sehingga angin yang terbentuk setelah melewati bangunan tersebut dapat menjadi angin yang tidak menyenangkan Brown dan Gillespie, 1995. Karena tidak terpecah dengan baik dan menimbulkan angin kencang atau angin yang kurang sejuk. Jadi pohon merupakan pereduksi angin yang baik dibandingkan dengan bangunan atau perkerasan lainnya. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis radiasi matahari pada kawasan Plaza Niaga 1. Kawasan ini memiliki area perkerasan dan bangunan yang lebih luas daripada area terbuka hijaunya. Akibatnya kondisi pada siang hari di kawasan tersebut sangat panas karena minimnya pohon peneduh. Untuk menganalisis radiasi matahari pada kawasan ini digunakan pengukur suhu Thermohygrometer, sehingga dapat diketahui perbedaan suhu antara area yang ternaungi pohon dengan area yang tidak ternaungi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui perbedaan suhu antara area yang ternaungi dengan area tanpa naungan pohon. Pada area yang tidak ternaungi menunjukan suhu yang tinggi. Artinya radiasi matahari pada area tersebut cukup tinggi sehingga menimbulkan suasana yang panas. Hal sebaliknya terjadi pada area yang ternaungi pohon. Karena pohon dapat mengurangi radiasi matahari yang datang. Sehingga ketika radiasi mencapai permukaan tanah tidaklah dalam intensitas yang tinggi. Karena sudah dipantulkan, diserap, dan diteruskan terlebih dahulu oleh tajuk pepohonan. Maka area ini memerlukan penambahan pohon untuk memodifikasi radiasi matahari yang datang. Agar pengguna dapat merasakan kenyamanan ketika berkunjung ke Plaza Niaga I. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13. Graha Utama dan Graha Madya Pada kawasan ini dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan kecepatan angin. Analisis dilakukan saat pagi, siang dan sore hari, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan atau penurunan kecepatan angin. Selain itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kecepatan angin dalam kawasan ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort seperti yang dilakukan pada dua kawasan sebelumnya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada area ini pun, angin bertambah kuat ketika sore hari. Karena cuaca pada sore hari yang semakin mendung dan hujan yang disertai oleh angin. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kecepatan angin yang bertiup pada area ini. Faktor tersebut antara lain pepohonan yang membentuk ruang terbuka hijau. Sehingga dapat mengurangi kecepatan angin yang bertiup. Karena pohon dapat memecah angin dengan baik. Maka ketika angin melewati area ini, kecepatannya telah berkurang karena sudah direduksi atau dipecah oleh pepohonan. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis radiasi yang dilakukan dengan membandingkan suhu antara area yang ternaungi pohon dengan area tanpa naungan. Dengan begitu dapat diketahui intensitas radiasi matahari yang datang. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pengukur suhu, yakni Thermohygrometer. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa area yang ternaungi pohon memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan area tanpa naungan. Hal tersebut terjadi karena tajuk pepohonan dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik. Ketika radiasi matahari mencapai permukaan tajuk pohon terjadi proses pemantulan, penyerapan, dan penerusan radiasi oleh daun Grey dan Denekke, 1978. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13. Taman Budaya dan Alam Fantasia Analisis kecepatan angin pada area ini dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya perubahan kecepatan angin ketika sore hari. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang mendung dan hujan yang disertai angin dengan skala sepoi kuat menurut Skala Beaufort. Kecepatan angin dapat dikurangi dengan adanya pepohonan yang melindungi area ini. Karena kumpulan tajuk pohon yang rapat dapat memecah, menahan, dan membelokkan angin ke arah area yang jarang dilalui manusia. Berikutnya akan dibahas mengenai analisis radiasi matahari pada kawasan Taman Budaya dan Alam Fantasia. Kawasan ini memiliki cukup banyak pohon bertajuk besar, sehingga dapat menaungi lokasi ini dari radiasi matahari. Untuk mengetahui perbedaan intensitas radiasi matahari dapat digunakan Thermohygrometer. Sebab suhu dapat menentukan banyak atau sedikitnya intensitas radiasi matahari yang datang. Sama halnya dengan ketiga lokasi sebelumnya, bahwa area dengan naungan pohon memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan area tanpa naungan. Penyebabnya pun sama, yakni tajuk pepohonan yang rapat dapat mengurangi intensitas radiasi matahari yang datang. Sehingga saat radiasi matahari sampai ke permukaan tanah yang ternaungi pohon, intensitasnya sudah berkurang. Berikut disajikan data kecepatan angin berdasarkan Skala Beaufort dan pengukuran suhu dengan Thermohygrometer pada Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 12 Data Analisis Kecepatan Angin Berdasarkan Skala Beaufort Lokasi Waktu Kecepatan Angin ms Deskripsi Marketing Office Pagi 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Siang 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Sore 2 – 16,5 Sepoi lemah hingga angin ribut lemah Plaza Niaga I Pagi 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Siang 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Sore 2 – 10,5 Sepoi lemah hingga sepoi segar Graha Madya dan Graha Utama Pagi 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Siang 2 – 8 Sepoi lemah hingga sepoi sedang Sore 2 – 13,5 Sepoi lemah hingga sepoi kuat Taman Budaya dan Alam Fantasia Pagi 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Siang 0.5 – 8 Udara ringan hingga sepoi sedang Sore 2 – 13,5 Sepoi lemah hingga sepoi kuat Sumber : Data Survei, Agustus 2010 Gambar 20 Pepohonan Mereduksi Kecepatan Angin Sumber: Grey dan Denekke,1978 Tabel 13 Data Analisis Pengukuran Suhu dengan Thermohygrometer Lokasi Tempat Titik Ukur Suhu o C Mei Juni Marketing Office Pintu Masuk 32 31 Area Parkir 33 33 Naungan Pohon 30 30 Plaza Niaga I Pintu Masuk 33 33 Area Parkir 33 33 Naungan Pohon 30 31 Graha Madya dan Graha Utama Pintu Masuk 31 31 Area Parkir 30.5 32 Naungan Pohon 30 30 Taman Budaya dan Alam Fantasia Pintu Masuk 30,5 30,5 Area Parkir 30 30 Naungan Pohon 30 30 Sumber : Data Survei, Mei-Juni 2010 Gambar 21 Suhu Lebih Rendah Pada Naungan Pohon Sumber: Brown dan Gillespie, 1995 5.2 Evaluasi 5.2.1 Evaluasi RTH Pohon Sebagai Pereduksi Angin