Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN
Wijs dengan pipet seukuran dan tutup labu. Kocok-putar labu agar isinya tercampur sempurna dan kemudian segera simpan di tempat gelap bertemperatur
25 + 5
o
C selama 1 jam. Sesudah periode penyimpanan usai, labu diambil kembali, dan
ditambahkan 20 ml larutan KI serta kemudian 150 ml aquades. Sambil selalu teraduk baik, larutan uji dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N yang
sudah distandarkan diketahui normalitas yang tepat sampai warna cokelat iodium hampir hilang. Kemudian tambahkan 2 ml larutan indikator pati dan titrasi
diteruskan sampai warna biru kompleks iodium-pati persis sirna. Lalu dicatat volume titran yang dihabiskan untuk titrasi. Dilakukan hal sama terhadap blanko,
tanpa mengikutsertakan sampel. Angka iodium dihitung dengan rumus:
Angka iodium, A
i
-b = 12,69 B – C x N W
Keterangan: C = Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi sampel ml
B = Volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blanko ml N = Normalitas larutan natrium tiosulfat N
W = Berat sampel alkil ester yang ditimbang untuk analisis g 5.
Analisis Metil Ester Menggunakan Gas Kromatografi AOAC 1995
Dua gram minyak ditambahkan ke dalam labu didih, kemudian ditambahkan 6-8 ml NaOH dalam metanol, dipanaskan sampai tersabunkan lebih
kurang 15 menit dengan pendingin balik. Selanjutnya ditambahkan 10 ml BF
3
dan dipanaskan kira-kira dua menit. Dalam keadaan panas ditambahkan 5 ml n- heptana atau n-heksana, kemudian dikocok dan ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Larutan akan terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas akan dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah diberi 1 g Na
2
SO
4
. Larutan tersebut siap diinjeksikan pada suhu detektor 230
o
C, suhu injektor 225
o
C, suhu awal 70
o
C, pada suhu awal selama 2 menit, menggunakan glass coloumn dengan panjang 2 meter dan diameter 2 mm, gas pembawa adalah helium dan fasa diam dietilen
glikol suksinat. Jenis detektor yang digunakan adalah jenis FID Flame Ionization Detector
.