Proses Sulfonasi ME Stearin

menyebabkan warna lebih gelap pada MES yang dihasilkan Sheats dan MacArhur 2002. Hasil analisis menunjukkan ME stearin memiliki bilangan iod 30,05 mg I g ME. Nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang digunakan Chemiton yaitu sebesar 0,3 cg Ig ME atau setara dengan 3 mg Ig ME. Perbedaan nilai bilangan iod ini terjadi karena pada penelitian ini ME stearin tidak mengalami proses hidrogenasi, sedangkan pada ME yang digunakan oleh Chemiton dilakukan proses hidrogenasi. Tingginya bilangan iod pada bahan baku akan menyebabkan warna lebih gelap pada MES yang dihasilkan Sheats dan MacArthur 2002. Penggunaan MES dalam penelitian ini sebagai aplikasi dalam EOR Enhanced Oil Recovery tidak memerlukan warna yang cerah sehingga proses hidrogenasi ME untuk mengurangi ikatan rangkap tidak perlu dilakukan. Menurut SNI 04-7182-2006, kadar gliserol ME stearin yang diperoleh telah memenuhi persyaratan. Kadar gliserol terikat menunjukkan gliserol yang masih terikat pada molekul minyaklemak. Angka ini juga dapat digunakan untuk melihat keberhasilan proses transesterifikasi yang telah dilakukan. Rendahnya kadar gliserol terikat pada ME stearin, yaitu sebesar 0,19 , menunjukkan bahwa proses transesterifikasi telah berhasil mengkonversi gliserol yang terikat pada molekul trigliserida menjadi metil ester. Sedangkan gliserol bebas merupakan bentuk gliserol dalam bentuk molekul gliserol pada ME. Gliserol bebas ini dapat disebabkan oleh proses pemisahan yang tidak sempurna antara ester dan gliserol yang diperoleh dari proses transesterifikasi. Rendahnya kadar gliserol bebas pada ME, yaitu sebesar 0,018 menunjukkan bahwa proses pemisahan antara gliserol dan metil ester melalui proses pengendapan dan pencucian dengan air telah berlangsung efektif.

4.2 Proses Sulfonasi ME Stearin menjadi MESA

Proses sulfonasi gas SO 3 terhadap ME stearin berlangsung secara cepat dalam Single Tube Falling Film Reactor STFR yang dikembangkan oleh Hambali et al. 2009 dengan tinggi 6 m dan diameter dalam tabung 25 mm. Instalasi STFR milik laboratorium SBRC yang digunakan untuk penelitian berada di PT Mahkota Indonesia, dimana bahan baku gas SO 3 yang digunakan dalam penelitian merupakan bagian dari proses produksi H 2 SO 4 dari PT Mahkota Indonesia. Reaktor dilengkapi dengan tangki penampung bahan organik kapasitas 8 L terbuat dari stainless steel yang dilengkapi dengan lubang pengeluaran bahan dan pemanas, sistem by-pass input bahan, saluran gas SO 3 dan udara kering, saluran tempat pengambilan contoh, pompa input bahan dan sistem pengatur input gas SO 3 dan udara kering. Umpan ME stearin dipanaskan pada suhu 100 °C kemudian dipompakan naik ke bagian paling atas reaktor dengan laju alir 200 mlmenit dan mengalir turun masuk ke liquid chamber membentuk lapisan tipis film pada dinding bagian dalam reaktor dengan ketebalan tertentu yang dibentuk oleh corong head. Gas SO 3 sebelumnya dialirkan melalui absorber untuk memisahkan oleum yang terdapat dalam gas SO 3 sebelum masuk kedalam reaktor. Kontak ME stearin dengan gas SO 3 terjadi pada puncak reaktor dan kontinyu sepanjang tabung dengan aliran laminar dan ketebalan film terjaga konstan sehingga reaksi terjadi merata sepanjang tabung. Laju alir ME stearin sepanjang reaktor dipertahankan konstan dengan menggunakan sistem by-pass yang akan mengembalikan ME stearin ke tangki penampungan bahan baku. Terdapat tiga interaksi yang terjadi pada reaktor STFR, yaitu kontak antara fase gas SO 3 dan cairan ME, penyerapan gas SO 3 dan reaksi yang terjadi dalam fase liquid ME yang menghasilkan MESA. Reaktor STFR yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10 . Gambar 10 Reaktor STFR yang digunakan dalam penelitian