Pendekatan Penelitian Planning A Sustainable Landscape Area Of Agro-Tourism In The Region Of Gunung Leutik, Bogor

Tabel 2. lanjutan NO JENIS DATA SUMBER METODE PENGAMBILAN 3 Karakteristik Pengguna pengguna Literatur 4 Keadaan Sosial dan Ekonomi disekitar PPDF Literatur studi literatur 5 Persepsi dan Preferensi pengguna Kuisioner III ASPEK TEKNIK 1 Obyek dan Atraksi Wisata a. Lingkungan lanskap tapak Survey b. Area Produktif tapak Survey c. Area Pesantren tapak Survey IV STAKEHOLDER 1 Pesantren Darul Fallah Yayasan Pesantren Wawancara 2 Masyarakat sekitar demografi desa wawancara dan literatur

3.3 Pendekatan Penelitian

Perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan menggunakan pendekatan wisata berkelanjutan sustainable tourism, yang meliputi aspek kesesuaian kawasan pertanian, kesesuaian agrowisata dan stakeholder. Pendekatan ini memperhatikan kesesuaian pengembangan kawasan sebagai agrowisata yang berkelanjutan. Pendekatan masyarakat stakeholder dilakukan melalui analisis stakeholder yang bersumber dari penelitian sebelumnya. Perencanaan lanskap kawasan agrowisata Gunung Leutik ini dilakukan untuk : 1. Mengidentifikasi dan Menganalisis potensi lanskap perdesaan dan kesesuaian lanskap kawasan Gunung Leutik untuk pengembangan pertanian dan agrowisata berkelanjutan. Analisis tapak meliputi; a. Kondisi ekologis kawasan Gunung Leutik. b. Potensi obyek, atraksi wisata dan visual kawasan. 2. Menentukan kesesuaian kawasan peruntukan pertanian untuk komoditi tertentu dan peruntukan wisata. 3. Menentukan zona integratif yang potensial untuk pengembangan agrowisata berkelanjutan. Pendekatan perencanaan lanskap kawasan agrowisata berkelanjutan di kawasan wisata Gunung Leutik berdasarkan kerangka dasar dari prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan Inskeep, 1991 sebagai berikut: a sumberdaya alam, sejarah dan budaya serta sumberdaya-sumberdaya lainnya bagi kepariwisataan dilestarikan dengan tetap memberikan keuntungan bagi masyarakat pada saat ini; b pembangunan kepariwisataan direncanakan dan dikelola sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah sosial budaya atau lingkungan di daerah wisata tersebut; c kualitas lingkungan secara keseluruhan di daerah tujuan wisata tetap terjaga dan bahkan diperbaiki; d tingkat kepuasan wisatawan tetap terjaga, sehingga daerah tujuan wisata tersebut dapat mempertahankan popularitasnya dan pasar wisatawan yang dimiliki; e keuntungan dari kepariwisataan dapat disebarkan secara luas dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu penilaian skoring, kuantifikasi pembobotan dan penentuan peringkat pada tiap faktor dan kategori yang dinilai. Kuantifikasi terutama dilakukan untuk menilai kesesuaian peruntukan lahan secara fisik kesesuaian peruntukan lahan pertanian untuk jenis tanaman tertentu dan kesesuaian wisata berbasis pertanian. Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumberdaya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Panduan evaluasi lahan ini menggunakan pedoman evaluasi lahan Tim Peneliti Tanah Daerah JABOTABEK 1980 . Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi danatau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kesesuaian lahan untuk kondisi saat ini kesesuaian lahan aktual yang disusun berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumberdaya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Sub kelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai S=Suitable dan lahan yang tidak sesuai N=NotSuitable. Sub kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya yang menjadi faktor pembatas terberat sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaranrc=rootingcondition. Unit adalah keadaan tingkatan dalam sub kelas kesesuaian lahan,yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal attribute atau yang bersifat kompleks dari sebidanglahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaanperformance yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan land characteristics. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan FAO,1976, seperti yang disajikan pada Tabel 3. Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan matching antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Tabel 3. Faktor Kualitas dan karakteristik lahan sebagai kriteria penilaian evaluasi lahan Dengan mengetahui kesesuaian lahan secara fisik maka kita mengetahui potensi peruntukan komoditas pertanian yang diusahakan pada tapak. Potensi lain yang perlu dipetakan dianalisis adalah potensi wisata. Penilaian potensi wisata dilakukan berdasarkan metode Smith 1990 yang dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Potensi masyarakat dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pada kawasan tersebut. Dengan mengetahui potensi dan kapasitas lingkungan dan masyarakat pada kawasan maka memudahkan penyusunan konsep perencanaan agrowisata di kawasan Gunung Leutik, Bogor. Zona integratif merupakan hasil komposit dari peta tematik yang memudahkan penentuaan bentukan dan program perencanaan yang akan dikembangkan dan diusulkan nantinya. Implementasi dari pendekatan pengembangan pariwisata berkelanjutan tersebut diterapkan melalui penyusunan program pengembangan agrowisata, perencanaan infrastruktur fasilitas, utilitas dan sirkulasi wisata, perencanaan objek dan atraksi wisata aktifitas serta pengembangan area konservasi sebagai penyangga aktivitas wisata di kawasan.

3.4 Prosedur Pelaksanaan