air tanah. Untuk keperluan pelayanan pengunjung wisata kapasitas WTP pesantren perlu diperbesar sesuai keperluan untuk pelayanan.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, tanah pada kawasan berasal dari aluvium gunung berapi berumur kuarter atau sedimentasi batuan beku atas yang
tergolong masih muda Qva. Adapun bahan induknya terdiri dari Tuf Andesit. Bahan induk ini bersifat andesitik atau intermedier netral mendominasi
pembentukan jenis tanah di lokasi penelitian. Berdasarkan Tim Peneliti Tanah Daerah JABOTABEK 1980, jenis tanah yang terbentuk di lokasi adalah
Latosol Coklat dan Latosol Coklat Kemerahan atau sepadan dengan ordo tanah Inceptisol USDA, 1968. Penyebaran tersebut terlihat akibat perbedaan topografi
dan posisi dalam lereng. Latosol Coklat dijumpai pada tempat-tempat yang masih tertutup vegetasi pohon yang ditanam maupun alami, sedangkan Latosol Coklat
Kemerahan dijumpai pada lereng-lereng yang sudah terbuka maupun pada yang intensif digunakan untuk pertanaman lahan kering.
4.5.2 Aspek Kesesuaian Fisik Lahan Pertanian
4.5.2.1 .Sifat Fisika
Berdasarkan hasil uji tekstur tanah metode pipet dijumpai bahwa di sekitar lokasi pesantren tanah-tanah yang terbentuk di lereng atas memiliki tekstur
Lempung Berliat lapisan atas dan Liat Berdebu. Pada tanah yang terbentuk di lereng bagian tengah memiliki tekstur Liat Berdebu baik pada lapisan atas
maupun bawah. Tanah yang terbentuk pada lereng bawah terdiri dari tekstur Liat mulai dari permukaan sampai pada kedalam 60cm. Adapun tanah yang berasal
dari Kampung Leutik baik yang berasal dari ladang maupun sawah memiliki tekstur Liat dari permukaan sampai kedalam 60cm.
Berdasarkan hasil uji sifat Bulk Density, dijumpai bahwa semua tanah di kawasan pesantren memiliki BD tanah 1gcc kecuali pada lapisan atas tanah
yang terbentuk di lereng atas adalah 0,9gcc. Perbedaan tersebut menunjukkan tingkat kepadatan tanah yang juga sangat dipengaruhi oleh perbedaan tekstur dan
struktur tanah. Tanah di lereng atas cenderung berstruktur granular atau berbutir dan masih merupakan bahan kasar. Tanah bagian tengah sampai bawah lereng
dengan tektur liat dan struktur gumpal membulat cenderung lebih padat dan terstruktur dengan baik.
Permeabilitas tanah yang menunjukkan kemampuan
tanah untuk melewatkan air terlihat bervariasi dari lambat sampai cepat. Sifat ini tidak lepas dari sifat fisik lainnya terutama tekstur dan struktur tanah.
4.5.2.2 Sifat Kimia
Di lokasi unit I II, kemasaman tanah pH hasil uji contoh tanah berkisar antara 4,1 sampai 4,7, dan tergolong masam. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tindakan untuk meningkatkan kemasaman tanah belum atau tidak pernah dilakukan dalam waktu yang lama, lain halnya pada tanah-tanah yang berasal dari
kampung Gunung Leutik yang berkisar antara 5,2 sampai 5,9, dimana pertanian yang intensif masih diimbangi oleh pengaruh input pertanian.
Bahan organik tanah berkisar 2,43 – 5,11 di permukaan dan 1,53 – 1,79 di bawah permukaan dijumpai di lokasi pesantren, sedangkan di kampung
Gunung Leutik pada lapisan permukaan dijumpai 1,47 di sawah dan 1,28 di lahan kering. Tingginya kandungan bahan organik menunjukkan bahwa tingkat
pelapukan di lahan pertanian intensif lebih cepat dibanding dengan lahan yang diolah minimal. Tingkat pelapukan tanah bervariasi dari rasio CN 8 sampai 15.
Kandungan unsur hara N, P, dan K diperoleh bahwa unsur N dari 0.12 – 0.35 rendah-sedang, unsur P Bray 1 dari 1.3 – 18 ppm sangat rendah – rendah
dijumpai di lereng atas, tengah, dan bawah. Unsur P di kampung Gunung Leutik adalah 4.0 – 481.2 ppm yakni rendah di lahan sawah dan sangat tinggi di lahan
kering. Unsur K dijumpai berkisar antara sangat rendah di lokasi pesantren dan sedang sampai sangat tinggi di kampung Gunung Leutik. Perbedaan tersebut sama
halnya dengan sifat kimia lainnya bahwa di lokasi pesantren belum atau tidak ada input pemupukan yang memadai.
Sifat kimia lainnya adalah Kapasitas Tukar kation KTK dan Kejenuhan Basa KB. KTK yang berasal dari lokasi pesantren adalah tergolong sedang
sampai tinggi dari 16,79 sampai 33,16 cmol+kg dan di kampung Gunung Leutik adalah 11,07 – 13,89cmol+kg atau tergolong rendah. Sebaliknya
Kejenuhan Basa KB tergolong tinggi di Kampung Gunung Leutik dan rendah di lokasi pesantren. Kondisi sifat KB dberkaitan dengan tingkat kemasaman,
semakin masam semakin rendah KB, atau sebaliknya. Sifat-sifat tanah baik Fisik maupun kimia merupakan indikator yang akan menentukan kesuburan tanah
untuk penggunaannya.
4.5.3 Pilihan Tanaman Pertanian yang Sesuai