Konsep Dasar Konsep Perencanaan

4.9 Konsep Perencanaan

4.9.1 Konsep Dasar

Konsep dasar pengembangan kawasan agrowisata berkelanjutan Gunung Leutik adalah agroedutourism. Konsep ini berdasarkan keberadaan dari kawasan pertanian, kawasan pendidikan pesantren dan kawasan permukiman penduduk berbasis pertanian. Keterhubungan konsep agrowisata dengan objek dan atraksi utama pertanian memberikan peluang pengembangan wisata, dimana wisatawan saat berkunjung dapat mengambil ilmu pengetahuan dari melihat objek. Konsep keberlanjutan yang akan dikembangkan di dalam kawasan dilakukan melalui aplikasi pertanian terpadu sebagai objek dan atraksi wisata yang akan dikembangkan.Konsep aktivitas pertanian terpadu terlihat pada Gambar 21. Gambar 21. Bagan Konsep Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di dalam Kawasan Konsep pertanian terpadu dengan sistem LEISA ini dikembangkan berdasarkan kondisi lahan dan kesesuaian peruntukan di dalam kawasan. Konsep ini diimplementasikan pada kawasan pertanian yang terletak di Zona IV dan V, yaitu di area pertanian pesantren yang terletak di dalam area Gunung Leutik. Konsep LEISA ini dikembangkan untuk meminimalisir kerusakan yang diakibatkan oleh intensitas budidaya yang dilakukan di dalam kawasan. Konsep ini meminimalisir input eksternal ke dalam kawasan, input tersebut terkait dengan Sapi Nila Emas Kulit pemupukan dan masukan unsur hara dalam kawasan. Pada kawasan, sistem LEISA ini terdiri atas tiga kelompok utama, yaitu ecofarm, techno farm dan edutourism . Ecofarm terdiri atas budidaya ternak, budidaya tanaman dan budidaya ikan. Budidaya tersebut terletak pada Zona IV dan V yang termasuk dalam kawasan Gunung leutik. Budidaya ternak yang dikembangkan adalah sapi dan kambing produk eksisting. Budidaya tanaman yang dikembangkan terdiri atas komoditas padi, palawija dan tanaman hortikultura sayuran. Budidaya ikan terdiri atas produk yang telah dikembangkan yaitu ikan nila dan ikan emas. Untuk menunjang kegiatan wisata pendidikan pertanian, pada area budidaya dikembangkan fasilitas penunjang antara lain, sarana produksi, lahan budidaya, gudang penampung hasil, biogas, tempat pemrosesan hasil budidaya, showroom hasil budidaya dan fasilitas penunjang lainya toilet, pusat informasi dan servis. Sistem LEISA merupakan integrasi dari pemanfaatan hasil produksi masing-masing budidaya yang dikembangkan. Konsep ini meminimalkan masukan eksternal dan berusaha mengoptimalkan potensi untuk pemenuhan input pertanian secara mandiri sehingga mengurangi dampak kerusakan dan tidak menimbulkan residu dari pengusahaan kegiatan pertanian ataupun wisata. Untuk menunjang kegiatan budidaya tanaman pangan, kehutanan dan hortikultura maka dikembangkan sarana pengolahan produk yang terdiri, tempat penjemuran hasil, pabrik pengolahan dan penyimpanan beras, pabrik pembuatan pakan ternak hasil olahan jerami, berupa dedak dan pelet untuk pakan ikan. Pada area budidaya ikan, terdapat kolam pembesaran dan pembibitan ikan. Kolam ini dapat dimanfaatkan sebagai kolam pancing untuk menunjang kegiatan wisata. Pada area kolam ikan ini diusulkan untuk dikembangkan sarana penaung berupa saung yang terbuat dari bahan-bahan alami kayu pelepah kelapa, daun kelapa dan tali ijuk. Penaung ini merupakan sarana yang dapat digunakan bagi wisatawan keluarga, selain memancing dapat pula digunakan sebagai tempat beristirahat. Pada lereng di atas kolam pancing dapat dikembangkan sebagai teras untuk tempat duduk. Area kolam ini dilengkapi dengan fasilitas bangku, meja, shelter, area pemanggangan ikan, dan toilet. Pada area budidaya ternak, dikembangkan rumah sapi dan kambing yang merupakan gerai outlet penjualan produk olahan budidaya. Produk yang dikembangkan antara lain, susu, yoghurt, kefir, dan produk olahan lain keripik kulit sapi dan sebagainya. Selain itu, dikembangkan pula restoran dan rest area yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, bermain serta interpretasi kawasan. Keberadaan kandang sapi dan kambing dapat dikembangkan sebagai area interpretasi budidaya kepada pengunjung. Pengunjung dapat menikmati kegiatan terkait dengan budidaya, pembersihan kandang, pemerahan susu, memberi makan ternak, membersihkan ternak, dan kegiatan lainya. Pengembangan lain terkait implementasi pertanian terpadu adalah sarana bermain pertanian yang terdiri atas kegiatan permainan dengan memanfaatkan lahan sebagai area bermain. Aktifitas yang diusulkan, ski lumpur pada area persawahan, bermain bola di lahan sawah yang dikeringkan, pemanenan padi dan penggilingan padi tradisional, menunggang kerbau di lahan sawah, outbond pertanian, latihan ketrampilan memanjat tali pada rumah sawah yang terletak di pematang. Rumah sawah yang dikembangkan merupakan saung besar yang dibangun di atas pematang dan menggunakan bahan-bahan alami terutama batang pohon kelapa. Area techno farm merupakan area dengan peruntukan pengolahan hasil budidaya pada kawasan. Sebagai penunjang kegiatan pengolahan kompos yang berasal dari kotoran sapi dan kambing dikembangkan fasilitas komposting dan pengolahan kotoran sapi sebagai bahan bakar biogas. Hasil dari pembuatan kompos kotoran sapi dan kambing digunakan sebagai pupuk kandang dan pakan ikan. Pembuatan pupuk kandang dan pakan tersebut dilakukan pada unit pemrosesan kotoran. Unit ini dapat digunakan sebagai pusat kajian dan pengembangan serta pembelajaran bagi siswa pesantren. Selain hard material, pada area pemrosesan, pengolahan hasil dan kandang ternak perlu dikembangkan tanaman yang dapat mengurangi bau yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Diperlukan suatu lahan khusus untuk penanaman tanaman hijauan sebagai pakan ternak, dan sebagai screening dari kegiatan budidaya. Unit lain yang dikembangkan adalah jalur interpretasi kawasan pertanian terpadu, berupa trek dan sarana interpretasi. Pada kawasan budidaya, trek yang dapat dikembangkan berupa jalur pematang sawah, jalur kandang, jalur kolam, jalur kampung dan jalur area penyangga. Konsep ini diperdalam dalam bahasan konsep sirkulasi. Sistem LEISA tidak terlepas dari rangkaian dan daur energi, yang menggambarkan konsep penggunaan dan pemanfaatan produk dan olahan budidaya untuk meminimalisirmereduksi limbah dan residu. Pada penelitian ini tidak dibahas secara ditail terkait besarankuantitas energi yang dapat dihitung pada pengembangan pertanian terpadu. Penelitian ini difokuskan pada peletakan dan penataan secara spasial. Adapun alur energi pada area budidaya yang dikembangkan tersaji pada Gambar 22. Gambar22. Model Daur Energi Pertanian Terpadu Sebagian produk dari tanaman dapat digunakan sebagaipakan ternak dan pupuk. Air kolam dimanfaatkan untuk irigasi tanaman. Limbahcair wisata Dedak halus sungai Budi Daya Ikan Budi Daya kambing - sapi Budi Daya Padi Budi Daya Palawija Budi Daya Sayuran Pabrik Beras Pasar Masukan Eksternal air; hara jerami Pupuk kandang air; hara air; hara air; hara air; hara air; hara Pupuk kandang;sisa pakan Pupuk urea Benih tanaman Daging Kulit gas bibit sapikambing yogurt kefir Dedak Menir Keong digunakan untuk irigasi kolam, tetapi dipisahkan antara limbahyang tercampur sabun dengan yang tidak karena air sabun berbahaya bagikelangsungan hidup ikan. Limbah padat rumah tangga berupa bahan organik dapatmenjadi pupuk bagi tanaman Gambar 20. Kegiatan pengolahan produk pertanian yang mempertahankan penggunaan teknologi lokal ditunjang pemrosesan menggunakan teknologi terapan merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan untuk wisata pendidikan berbasis pertanian. Pada unit pertanian, dikembangkan budidaya tanaman dengan komoditas antara lain palawija, padi dan sayuran. Dalam pengembangan wisata pertanian, unit usaha ini dan kegiatannya sangat berpotensi digunakan sebagai objek wisata yang menarik. Pada Kampung Gunung Leutik terdapat Kelompok Tani Asih sebagai wadah petani Kampung Gunung Leutik. Kelompok tani ini mengelola lahan persawahan untuk tanaman padi dan palawija, tegalan untuk sayuran dan tanaman buah. Disamping itu kelompok tani ini memproduksi berbagai bibit tanaman kehutanan. Pada persawahan petani menerapkan pola tanam Padi-Padi-Palawija, atau Padi- Palawija-Padi. Varietas yang dipilih petani adalah padi varietas Ciherang, jagung manis varietas SD2, pepaya bangkok dan california, dan singkong varietas Adira. Tanaman palawija yang biasa di tanam adalah jagung, singkong, kacang tanah dan ubi jalar, sedangkan untuk tanaman sayuran adalah dari mentimun, oyong dan kacang panjang. Pada unit peternakan, budidaya yang dikembangkan adalah sapi dan kambing. Untuk menunjang pengolahan dan proses budidaya ternak maka dikembangkan sarana penunjang antara lain pabrik pakan, pabrik pupuk organik granular, unit pembuatan bokasi dan unit biogas. Sarana penunjang ini dimaksudkan untuk mengolah hasil dari ternak kotoran ternak dan pertanian sisa gabah dan hasil pengolahan pertanian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk dan meminimalkan masukan dari luar. Pengolahan dan pemanfaatan lain dari unit peternakan adalah pemanfaatan produk susu yang dihasilkan pada pesantren unit pembuatan pasteurisasi susu segar dan terdapat unit pengolahan Yogurt.Untuk unit budidaya ikan, komoditas yang dikembangkan adalah komoditas eksisting saat ini. Unit pengolahan yang dapat dikembangkan berkerjasama dengan masyarakat adalah pengolahan kulit ikan untuk kripik ataupun sebagai penganan ringan lainya. Konsep pengembangan dan penataan kawasan wisata bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pendidikan islam dan pertanian sebagai obyek dan daya tarik wisata. Program ini melibatkanpemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat sebagai tuan rumah host yang baik dan ramah. Sebagai guide, maupun peran aktif dalam menaikkan pendapatan mereka melalui kegiatan ekonomi seperti menjual kerajinan tangan, makanan khas, penginapan ataupun petani yang secara tidak langsung menjaga dan melestariakan adat dan budaya di kawasan pertanian. Konsep pengembangan lanskap agrowisata pada kawasan Gunung Leutik sesuai dengan konsep wisata baru dimana pariwisata dikemas sebagai unit kegiatan berciri khusus, berpengalaman dan mandiri, yang bertujuan tinggal mencari liburan fleksibel, keragaman dan minat khusus pada lingkungan alam dan pengalaman asli. Low Choy dan Heillbronn, 1996 dalam Aryanto, 2003, merumuskan lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu : 1. Lingkungan; ekowisata bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang belum tercemar 2. Masyarakat; ekowisata bermanfaat ekologi, social dan ekonomi pada masyarakat. 3. Pendidikan dan Pengalaman; Ekotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki 4. Berkelanjutan; Ekotourism dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Manajemen; ekotourism harus dikelola secara baik dan menjamin sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang. 4.9.2 Konsep Ruang Konsep ruang wisata disesuaikan dengan kondisi eksisting lingkungan. Ruang wisata dibagi menjadi tiga yaitu ruang pelayanan Welcome area, ruang wisata utama dan ruang penyangga. Pada tiap ruang wisata terdapat aktifitas dan fasilitas yang mendukung tema dan tujuan dari ruang wisata tersebut. Ruang tersebut adalah : 1. Ruang pelayanan Welcome area Entrance Merupakan pusat informasi bagi wisatawan yang masuk ke area wisata. Area ini bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi bagi wisatawan yang mendukung kegiatan wisata. Selain sebagai pusat informasi, ruang ini juga menyediakan fasilitas pendukung seperti tempat parkir, galeri serta pusat souvenir dan pasar seni yang berisi kerajinan tangan maupun makanan khas lokal Gambar 23. Gambar 23. Ilustrasi Ruang Pelayanan Wisata 2. Ruang Wisata Ruang wisata terdiri atas dua ruang, yaitu ruang utama wisata dan ruang penyangga. Ruang utama wisata terdiri atas tiga kawasan berbeda, yaitu : 1. Unit Pendidikan area pesantren Area ini merupakan pusat aktivitas pendidikan di kawasan Pesantren Darul Fallah, yang mengakomodasikan fasilitas pendidikan islami. Area ini memiliki potensi pengembangan untuk pusat pendidikan dan penelitian berbasis pertanian serta sebagai area penjelasaninterpretasi berkaitan dengan kegiatan wisata dan produksi pertanian. Fasilitas penunjang kegiatan ini adalah pusat pelayanan informasi berupa teater mini yang berfungsi menjelaskan kegiatan di kawasan. 2. Unit Pertanian a Eco farm Agroeco and Edutourism Merupakan ruang yang mengakomodasikan aktifitas dan fasilitas wisata untuk agrowisata dan wisata pendidikan. Wisata edukasi yaitu mengajak wisatawan untuk menikmati suasana pertanian dan perdesaan dengan adanya sungai dan area persawahan sebagai obyek agrowisata, sehingga wisatawan dapat merasakan suasana pertanian di pedesaan b Techno farm Merupakan ruang yang mengakomodasikan aktifitas dan fasilitas wisata penunjang kegiatan agrowisata yang berbasis processing hasil produksi pertanian. Techno farm juga merupakan area pusat pembibitan tanaman, penangkaran, penggemukan ternak sapi dan kambing, komplek pengolahan gas, kompleks pengolahan hasil pertanian, workshop dan showroom produk pengolahan agribisnis. 3. Unit Permukiman Kawasan Permukiman berlatar belakang pertanian Merupakan ruang wisata yang mengakomodasikan kegiatan sosial budaya yang terdapat di tapak. Aktifitas terdiri atas wisata petualangan atau adventure tourism yang terdiri atas aktifitas wisata dengan memanfaatkan lanskap yang indah sehingga dapat dimanfaatkan oleh wisatawan untuk aktifitas photo hunting. Kemudian wisata budaya yaitu adanya desa wisata yang merupakan tampilan desa kecil yang mencerminkan desa dengan adat yang masih asli memanfaatkan kearifan lokal yang ada, dengan mempertahankan adat istiadat serta bangunan yang alami. Area penyangga ini merupakan suatu daerah yang diperuntukan sebagai penyangga kegiatan wisata berupa area konservasi. Area penyangga ini dapat difungsikan sebagai pembatas area border. Konsep ruang lanskap agrowisata berkelanjutan di kawasan wisata Gunung Leutik, Bogor tersaji pada Gambar 24. 78 Gambar 24. Zona ruang Wisata

4.9.3 Konsep Sirkulasi Wisata