Rencana Lanskap Site Plan Agrowisata Berkelanjutan

catpewarna, diharapkan dapat memberikan kesan alami, perdesaan dan perkampungan. Konsep ini diharapkan dapat meminimalisir penggunaan material buatan dan menghemat pemeliharaan serta hanya menggunakan bahan material yang tersedia di dalam kawasan, ataupun disekitar lokasi.

4.9.7 Rencana Lanskap Site Plan Agrowisata Berkelanjutan

Sutjipta 2001 menyatakan bahwa agrowisata dapat berkembang dengan baik jika terjadi Tri mitra dan tri karya pembangunan agrowisata yang meliputi, pemerintah sebagai pembuat aturan,rakyatpetani sebagai subyek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat. Rencana pengembangan lanskap wisata pertanian di kawasan Gunung Leutik, terdiri atas : 1. Penerapan konsep dan pengembangan green infrastructure ramah lingkungan untuk mencegah kerusakan kawasan melalui penggunaan material dasar yang tersedia di dalam kawasan. 2. Mempertahankan kondisi eksisting pertanian dalam penataan lanskapnya 3. Mempertahankan budaya asli sunda dengan membangun fasilitas sesuai desain arsitektur adat. Menyelenggarakan pagelaran seni dan budaya, dan mengembangkan usaha lokal seperti penginapan, mengembangkan usaha pembuatan dan penjualan souvenir, pengembangan obyek dan atraksi wisata yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. 4. Konservasi dan perbaikan kawasan atau obyek wisata Fasilitas yang direncanakan berdasarkan jenis aktivitas wisata yang terdapat pada kawasan, sedangkan karakter bangunan dari fasilitas tersebut disesuaikan dengan karakter asli dari adat dan budaya masyarakat lokal.Salah satu aktivitas agrowisata berkelanjutan yang dikembangkan adalah aktivitas permainan berbasis pertanian dan kegiatan petualangan alam. Untuk menguatkan kesan islami pada kawasan maka dapat dikembangkan melalui arsitektur bangunan dengan mempertahankan karakter lokal sunda dan bercirikan islam. Ciri arsitektur tersebut dapat diadaptasikan pada fasilitas pendukung wisata berupa gerbang, ruang terbuka, dan fasilitas informasi wisata. Konsep keberlanjutan dari kawasan agrowisata juga diterjemahkan melalui struktur dan material bangunan fasilitas penunjang dan utilitas wisata. Untuk fasilitas wisata pertanian pada unit pertanian, penggunaan material lokal dengan konstruksi dan ciri lokal kawasan. Material yang digunakan meliputi, batu kali untuk fondasi dasar bangunan dan fondasi umpak; bambu, ijuk dan rumbia digunakan sebagai bahanmaterial bangunan fasilitas rumah sawah, toilet, shelter dan restoran sawah. Disamping konsep keberlanjutan bangunan, sistem drainase dan pembuangan perlu ditindaklanjuti melalui pengembangan sistem terpadu yang menghubungkan antara fasilitas pembuangan dan pengolahan. Diperlukan pengembangan pengolahan lebih lanjut gas yang berasal dari kotoran manusia, baik air seni maupun kotoran. Pengolahan ini terkait dengan sistem LEISA yang diterapkan dan dikembangkan sebagai konsep keberlanjutan. Rencana tapak site plan yang dikembangkan meliputi lingkup tapak dan lingkup kawasan. Lingkup tapak terkait dengan faktor penunjang keberlanjutan aktifitas pertanian dan wisata di dalam tapak. Faktor tersebut antara lain, keberadaan fasilitas, konsep dan material bangunan, ketersediaan penunjang wisata, dan dimensi bangunan. Lingkup kawasan terkait dengan faktor keberadaan masyarakat sebagai pengguna dan stakeholder kawasan. Rencana tapak mengakomodasikan kepentingan masyarakat sekitar sebagai host dari aktivitas wisata. Pola pengelolaan agrowisata yang dikembangkan perlu mengikutsertakan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan yang menunjang usaha agrowisata. Dengan keikutsertaan masyarakat di dalam pengembangan agrowisata diharapkan dapat ditumbuh kembangkan interaksi positif dalam bentuk rasa ikut memiliki untuk menjaga eksistensi obyek. Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui : 1. Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan yang dibangun agar tetap dapat mengolah lahannya sehingga menunjang peningkatan hasil produk pertanian yang menjadi daya tarik agrowisata dan di sisi lain akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab di dalam pengelolaan kawasan secara keseluruhan. 2. Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan secara langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan wisata, pemandu dan lain-lain. Untuk itu pihak pengelola perlu melakukan langkah-langkah dan upaya utnuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari masyarakat. 3. Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan dan cendera mata bagi masyarakat desa di sekitar kawasan, sehingga dapat memperkenalkan khas demi meningkatkan penghasilan. Beberapa prinsip penting dari pembangunan pariwisata berkelanjutan, Inskeep1991, yaitu: 1 Pariwisata tersebut mempunyai prakarsa untuk membantu masyarakat agar dapat mempertahankan kontrol pengawasan terhadap perkembangan pariwisata tersebut; 2 Pariwisata ini mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas kepada dan dari masyarakat setempat dan terdapat pertalian yang erat yang harus dijaga antara usaha lokal dan pariwisata; 3 Terdapat peraturan tentang perilaku yang disusun untuk wisatawan pada semua tingkatan nasional, regional dan setempat yang didasarkan pada standar kesepakatan internasional.; 4 Terdapat program-program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan serta menjaga warisan budaya dan sumber daya alam yang ada. Perencanaan agrowisata kawasan Gunung Leutik yang berkelanjutan memadukan pengembangan kawasan pertanian terpadu dengan aktifitas wisata. Pertanian terpadu yang dikembangkan meliputi sumberdaya pertanian dan sumberdaya sosial. Untuk menjaga kelestarian kawasan tersebut perlu dikembangkan sarana prasarana agribisnis, umum dan sosial sebagaimana terlihat pada Gambar 30. Sarana prasarana agribisnis Sumberdaya pertanian Sarana prasaran a umum Kelestarian lingkungan Sarana prasarana sosial PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN Gambar 30. Diagram Konsep Berkelanjutan Kawasan Agrowisata dan Pertanian Program pengembangan agrowisata terpadu ditikberatkan pada pengembangan kemampuankapasitas masyarakat, pesantren dan perkampungan yang terletak di Gunung Leutik. Pengembangan tersebut meliputi penguatan kelembagaan masyarakat wisata pada kawasan. Kegiatan pengembangan meliputi aktivitas ecotourism, ecoculture, agroeco adventure dan edutourism . Ecotourism ekowisata yang dapat dikembangkan pada kawasan berupa aktivitas viewing dan interaksi dengan alam yang memanfaatkan sumberdaya alam pada kawasan. Aktivitas interpretasi alam berupa penyusuran hutan tanaman industri dan aktivitas menyusuri sungai. Kegiatan ekowisata di dalam kawasan dikembangkan melalui penyediaan ruang berupa sawah, lapangan, jalan, sungai, jalur interpretasi, dan bangunan yang berguna sebagai titik pengamatan atau pengambilan foto menara pengamat dan rumah sawah. Ruang wisata yang dikembangkan meliputi, ruang wisata budidaya pertanian, ruang wisata budidaya peternakan, ruang wisata budidaya ikan, dan ruang wisata budaya keliling kampung. Ruang wisata budidaya pertanian meliputi ruang bercocok tanam, lahan sawah, lahan kebun palawija, pembibitan dan budidaya tanaman hortikultura. Di dalam ruang wisata budidaya pertanian juga dikembangkan fasilitas bermain di luar ruangan berupa outbond pertanian, bermain bola, mengejar dan menangkap serangga dan binatang, menunggang kerbau, menggembala kambing, bermain ski lumpur dan sepak bola lumpur. Fasilitas tersebut berupa lahan sawah yang telah dikeringkan, dan lahan sawah basah yang berlumpur. Jalur interpretasi berupa pematang sawah. Pada area pelayanan dan bermain sawah dikembangkan rumah sawah yang berdiri diatas pematang sawah. Rumah sawah ini dikembangkan berdasarkan ide saung peristirahatan petani. Rumah sawah ini memiliki kesamaan ide dengan rumah pohon, dan berfungsi sebagai sarana peristirahatan maupun interpretasi lingkungan kawasan berupa pengambilan foto dan sebagainya. Ruang wisata budidaya peternakan meliputi ruang kandang budidaya, ruang hijauan pakan ternak, ruang pengolahan ternak, ruang pengolahan kompos, ruang pengolahan biogas, ruang pertunjukan dan interpretasi serta ruang istirahat. Ruang istirahat berupa sarana naungan, toilet dan restoran. Rumah ternak dikembangkan sebagai sarana penjualan hasil produk pengolahan ternak, dan direncanakan dengan konsep bangunan ranch dan bercorak ternak yang dikembangkan. Pada ruang wisata peternakan direncanakan jalur interpretasi proses budidaya dan pengolahan ternak. Pada jalur interpretasi ini direncanakan terdapat patung-patung ikon ternak yang menarik pengunjung dan berfungsi sebagai tandaidentitas area tersebut. Ruang wisata budidaya ikan meliputi ruang kolam pembibitan dan pembesaran ikan, area kolam pancing, area shelter dan berkumpul, area pengolahan ikan, dan area restoran ikan yang terbuka. Kolam pancing direncanakan sebagai area menarik untuk beraktivitas bersama-sama. Pada area kolam pancing terdapat area shelter dan tempat duduk pemancing. Di dalam area ini dikembangkan sistem drainase buangan air kolam dan saluran irigasi serta filter yang berfungsi mereduksi bau amis dan menjaga kondisi air dalam kolam tetap bersih. Selain tempat pemancingan, juga dikembangkan ruang terbuka di bawah naungan pohon sebagai tempat beristirahat dan membakar hasil tangkapan ikan. Ruang terbuka tersebut berupa padang rumput, dimana pada masing-masing lapak disediakan ruang pembakaran berupa tungku batu dan tempat panggang ikan. Ecoculture merupakan suatu kegiatan berupa interpretasi wisata sosial budaya. Aktivitas ini merupakan pengembangan dari ruang wisata budaya berupa jalur interpretasi keliling kampung dan kawasan pesantren untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pengunjung terkait kebiasaan dan pola hidup masyarakat di sekitar kawasan wisata. Fasilitas yang dikembangkan berupa trek interpretasi, promenade, dan fasilitas transportasi wisata berupa gerobak wisata. Fasilitas pelayanan wisata berupa visitor information dan pelayanan umum toilet serta ruang terbuka direncanakan pada ruang wisata budaya. Ilistrasi ruang pelayanan wisata yang berwujud Main Gate dan Shelter terdapat pada Gambar 32. Ruang terbuka direncanakan sebagai ruang interaksi dan pertunjukan budaya lokal. Ditail dari peletakan dan rencana tapak tersaji pada gambar 31 96 Gambar 31. Site Plan 4 Gambar 32: Ilustrasi Ruang Pelayanan Wisata

4.9.8 Program Wisata