Analisis dan Sintesis Prosedur Pelaksanaan

masing area permukiman, pertanian dan pesantren. Sedangkan untuk data sekunder berupa data dari studi pustaka. Gambar 5. Tahapan Penelitian

3.4.1 Analisis dan Sintesis

3.4.1.1 Analisis Potensi Pengembangan Pertanian

Analisis potensi pengembangan pertanian dilakukan melalui evaluasi lahan terhadap komoditas pertanian yang sesuai dikembangkan di kawasan Gunung Leutik. Evaluasi lahan ini dilakukan melalui analisis kuantitatif dan analisis spasial. Analisis kuantitatif yaitu mengkaitkan kondisi aktual dengan karakter dan persyaratan tanam beberapa komoditas pertanian seperti tanaman pangan, Tahapan pengumpulan dan klasifikasi data Tahapan analisis dan Sintesis Tahapan Konsep dan Perencanaan Lanskap Analisis kesesuaian ekosistem pertanian Zona Kesesuaian Ekologis Analisis Obyek dan Atraksi Wisata Pembobotan dan Skoring Zona Potensi Pengembangan Wisata Analisis Kondisi, Penerimaan dan Karakter masyarakat Zona Akseptibilitas Masyarakat Fasilitas Agrowisata Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan Pengembangan Aktifitas Agrowisata Program Agrowisata Pembobotan dan Skoring Zona Integratif Untuk Pengembangan Agrowisata Pembobotan dan Skoring Kawasan Gunung Leutik Potensi ekologis kawasan Potensi Pengembangan Pariwisata Masyarakat Lokal Stakeholder Identifikasi Survey Lapangan Studi Pustaka Objek Agrowisata perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan pengolahan hasil pertanian. Kondisi aktual yang dianalisis adalah iklim, jenis tanah, kualitas tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lahan. Analisis spasial dikerjakan dengan melakukan overlay peta kesesuaian lahan tiap-tiap komoditas pertanian berdasarkan jenis tanah, kemiringan lahan dan ketinggian tempat. Penilaian kesesuaian dilakukan berdasarkan faktor penghambat utama untuk pengembangan komoditas pertanian nantinya. Faktor penghambat tersebut harus disesuaikan dengan jenis komoditi nya. Masing – masing komoditi memiliki faktor penghambat utama yang berbeda. Dengan mengetahui masing- masing faktor penghambat nya kita dapat menganalisis dan menentukan tingkatan kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian peruntukan pertanian dilakukan sesuai dengan skema evaluasi lahan FAO 1976. Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap I adalah identifikasi karakteristik lahan, tahap II adalah pencocokan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tanamanusulan penggunaan lahan, tahap III adalah kesesuaian lahan untuk komoditas prioritas yang disesuaikan dengan penggunaan lahan aktual sebagai dasar penyusunan arahan penggunaan lahan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO1976 dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo Kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai S=Suitable dan Lahan yang tidak sesuai N=NotSuitable. Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Kriteria penilaian kesesuaian lahan dibedakan berdasarkan kondisi aktual dan karakteristik lahan yang dicocokan dengan syarat tumbuh komoditas tertentu. Parameter penilaian kesesuaian tersebut terbagi sebagai berikut : 1 KelasS1: Lahan sangat sesuai tidak mempunyai faktor pembatas yang Berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan,atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secaranyata. 2 Kelas S2: Lahan cukup sesuai mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan input. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. 3 Kelas S3: Lahan sesuai marginal, mempunyai faktor pembatas yang berat, faktor pembatas ini sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. 4 Kelas N : Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat danatau sulitdiatasi. Penilaian kesesuaian lahan ini dilakukan melalui interpretasi data hasil survei tanah dan lahan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tabel kriteria kesesuaian lahan. Tiap-tiap komoditas tanaman memiliki tabel kesesuaian lahan yang berbeda. Dengan mengetahui tabel kesesuaian untuk komoditas tertentu maka kita dapat menetapkan kelas kesesuian lahan berdasarkan faktor pembatas. Pada penelitian kesesuaian lahan yang digunakan adalah tanaman padi, palawija, dan perkebunan. Untuk menentukan dan menetapkan kesesuaian lahan nya dibutuhkan tabel persyaratan tumbuh untuk komoditas yang disebutkan di atas.

3.4.1.2 Analisis Obyek dan Atraksi Wisata

Analisis potensi pengembangan agrowisata dilakukan melalui analisis deskriptif dan pembobotan atau scoring. Penilaian potensi pengembangan kawasan dilakukan terhadap zona yang berada di kawasan Gunung Leutik. Hal ini dilakukan untuk menemukan zonaarea yang paling berpotensi untuk dikembangkan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui potensi tapak dalam kawasan untuk dikembangkan sebagai unit agrowisata berkelanjutan. Untuk penilaian potensi obyek dan atraksi wisata menggunakan beberapa kriteria Smith 1989 modifikasi, yang terbagi menjadi beberapa kelas penilaian. Penilaian kelayakan seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian Kelayakan Potensi Kawasan Agrowisata Sumber : Smith 1990. Modifikasi Perhitungan penilaian obyek dan atraksi wisata menggunakan formula sebagai berikut ; Keterangan : KKA=Kelayakan Kawasan Agrowisata, Sij=kriteria agrowisata tiap kawasan, Aij=bobot kriteria agrowisata Penentuan klasifikasi tingkat potensi obyek dan atraksi sebagai berikut : Dari penghitungan skor masing-masing parameter, maka dilakukan pembobotan dan dikategorikan dalam kelas kesesuaian, sehingga hasil Penilaian kawasan wisata di klasifikasikan menjadi : SP Sangat potensial . Artinya, bahwa obyek dan atraksi wisata sangat potensial untuk dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata. Perlakukan yang dilakukan hanya untuk menjaga kualitas obyek dan atraksi agar tetap terjaga CP Potensial . Artinya, bahwa obyek dan atraksi wisata cukup potensial untuk dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata. Perlu perlakuan untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial Faktor Bobot Nilai 4 3 2 1 sangat baik Baik Buruk Sangat Buruk Kondisi Atraksi dan keberadaan lahan Pertanian 40 Beragam aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian sekitarnya Cukup beragam aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya kurang beragam aktivitas pertanian dan kurang keindahan pemandangan sekitarnya Kurang beragam dan tak indah Pemandangan alami scenary 30 alami dengan keindahan dan kenyamanan alami Cukup alami dengan keindahan dan kenyamanan alami alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan rekayasa Kurang alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan rekayasa Ketersediaan Sumberdaya Wisata 20 Tersedia, kualitas baik dan terawat Ada beberapa, cukup terawat Ada beberapa, kurang terawat Tidak tersedia Kondisi Akses 10 Kondisi sangat baik Kondisi baik Kondisi sedang Buruk Klasifikasi Tingkat Potensi = N Skor maksimal – N Skor minimal N Tingkat Klasifikasi ∑KKA = ∑ Sij. Aij KP Kurang Potensial . Artinya, bahwa bahwa obyek dan atraksi wisata kurang potensial untuk dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata. Perlu perlakuan lebih banyak untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial

3.4.1.3 Analisis Potensi Masyarakat

Analisis potensi masyarakat di kawasan perencanaan wisata Gunung Leutik dilakukan melalui analisis deskriptif yang disusun berdasarkan preferensi stakeholder . Preferensi stakeholder diketahui melalui data literatur hasil penelitian sebelumnya pada kawasan Gunung Leutik. Analisis ini dilakukan melalui pengamatan lapang dan interview terhadap kesiapan masyarakat untuk menerima kegiatan wisata. Potensi yang dimaksut dapat ditinjau berdasarkan keberadaan infrastruktur wisata di masyarakat, dan akseptibilitas daya terimakesiapan masyarakat sebagai host kegiatan wisata. Analisis ini dilakukan dengan melihat keadaan masyarakat di tapak dan keterkaitan nya dengan pengembangan pertanian dan agrowisata berkelanjutan. Analisis potensi masyarakat ini dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.

3.4.2 Konsep dan Perencanaan