Hubungan Motivasi Pembahasan 1. Motivasi Kerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di

tuntutan asuhan keperawatan. Kemungkinan hal ini terjadi karena adanya kemauan yang tinggi dari perawat terhadap pekerjaannya.

3. Hubungan Motivasi

Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman diperoleh r=0,259 dan didapat nilai interpretasi bahwa tingkat hubungan lemah antara motivasi kerja dengan kinerja perawat. Hasil analisis hubungan kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikan yaitu p=0,030, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat diterima. Pada variabel motivasi kerja terbagi atas dua bagian yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Menurut Suarli Bahtiar 2010, motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri individu sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar individu. Jika dilihat dari lampiran 13, perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa sangat profesionalisme dengan pekerjaan mereka. Berdasarkan indikator tanggung jawab pada faktor intrinsik, mereka menyatakan bahwa dalam keadaan dan situasi apapun mereka siap melakukan tugas untuk meningkatkan produktivitas kerja 38,6 dan mereka selalu mengikuti Universitas Sumatera Utara operan setiap pergantian shift kerja 80. Hal itu juga terlihat dari indikator pekerjaan itu sendiri, mereka menyatakan saya merasa bahwa pekerjaan perawat yang mereka jalani sekarang sesuai dengan keinginan mereka 54,3 dan mereka merasa puas dengan hasil pekerjaan yang mereka jalani selama ini 42,9. Namun pada indikator supervisi faktor ekstrinsik, mereka menyatakan mereka memberikan arahan dan bimbingan untuk bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan 41,4, atasan mereka memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendiskusikan masalah dalam pekerjaan 44,3, atasan mereka memberikan umpan balik pada setiap permasalahan yang mereka ajukan 37,1, dan atasan mereka menunjukkan kesungguhan dan mendengarkan dengan baik setiap berkomunikasi dengan mereka 58,6. Hal ini menunjukkan bahwa perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa termotivasi untuk bekerja dikarenakan adanya supervisi dari atasan mereka, bukan termotivasi dari diri mereka sendiri. Sebaliknya, kinerja perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa berada dalam kategori tinggi 88,6. Mereka bekerja berdasarkan standar asuhan keperawatan yang telah disahkan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Nomor YM. 00.03.2.6.7637 sehingga pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah Yahmono, 2000. Hal ini terlihat pada instrumen penelitian pada pernyataan yang mengukur indikator falsafah keperawatan dan implementasi keperawatan Universitas Sumatera Utara lampiran 14. Hampir semua perawat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa menyatakan bahwa mereka selalu tidak membeda-bedakan pasien dari status ekonomi, sosial, suku, dan kepercayaan 72,9, mereka selalu bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam melakukan asuhan keperawatan 62,8 dan dalam melaksanakan implementasi keperawatan mereka mengacu kepada rencana keperawatan 61,4. Hasil penelitian ini sebenarnya tidak sesuai dengan konsep, dimana ketika motivasi meningkat maka kinerja juga akan meningkat, ketika motivasi menurun maka kinerja juga akan menurun. Dalam hal ini, peneliti tidak menemukan konsep yang sesuai dengan hasil peneliti. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Naswati 2001 yang menyatakan bahwa motivasi mempunyai hubungan korelasi yang tinggi r=0,807 dengan kinerja perawat. Hasil penelitian Amriyanti 2002 juga menemukan bahwa adanya hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan perawat. Ketidaksesuaian hasil yang didapat bisa jadi dikarenakan oleh kurangnya jumlah sampel. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

B. Saran 1. Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan kepada perawat untuk dapat terus meningkatkan motivasi kerjanya sehingga kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga akan meningkat.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi institusi pendidikan keperawatan agar dapat mengintegrasikan dalam pembelajaran terkait dengan motivasi kerja dan kinerja. Sehingga dapat melahirkan perawat-perawat yang mempunyai motivasi kerja dan kinerja yang tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian ini tidak dibahas secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Oleh karena itu, diharapkan kepada peneliti selanjutnya perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Ataupun bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan metode observasi untuk mengukur kinerja perawat agar hasilnya lebih objektif. 60 Universitas Sumatera Utara