merupakan hal-hal yang dapat memberikan petunjuk, manfaat, dan makna dalam hidup.
Berdasarkan beberapa pengertian identitas diri yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri adalah penghayatan
yang berasal dari apa yang dipikirkan oleh individu mengenai siapa dirinya, adanya penentuan terhadap arah dan tujuan hidup, serta individu memiliki nilai-
nilai yang diyakini, yang dapat dilihat berdasarkan komitmen yang dimiliki terhadap pekerjaan, seksualitas, dan idiologi; yang terbentuk dari pemikiran
individu mengenai siapa dirinya dan harapan masyarakat terhadap dirinya.
2. Pembentukan Identitas Diri
Erikson dalam Berk, 2007 menyatakan bahwa dalam tahap psikososial yang dialami oleh remaja, yaitu identity versus role confusion, remaja akan
mengalami kondisi yang disebut sebagai krisis identitas, yaitu suatu periode dimana remaja mengalami masa-masa yang sulit ketika mencoba alternatif yang
ada pada domain identitas sebelum remaja memutuskan untuk membuat nilai dan tujuan dalam hidupnya. Remaja melalui proses pencarian dari dalam diri,
melakukan pencarian melalui karakteristik-karakteristik yang menggambarkan diri yang dimiliki saat remaja berada dimasa kanak-kanak dan mengkombinasikan
hal tersebut dengan kapasitas dan komitmen yang dimiliki oleh remaja. Remaja akan menjadikan hal ini menjadi bagian inti dari dalam diri yang kemudian akan
menghasilkan kematangan identitas diri.
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan identitas diri dapat digambarkan melalui status identitas berdasarkan ada atau tidaknya eksplorasi dan komitmen Marcia, 1993.
Eksplorasi adalah suatu periode dimana remaja akan secara aktif bertanya, mengidentifikasi, mencari tahu, menggali, dan menyelidiki berbagai alternatif
yang ada untuk mencapai suatu keputusan mengenai tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan keyakinan yang akan diambil. Remaja akan melakukan eksplorasi dengan
mempertanyakan kembali, mengkaji dan mendalami berbagai domain dari identitas diri. Sementara komitmen adalah kesetiaan, keteguhan pendirian,
prinsip, dan tekad yang dimiliki untuk melakukan berbagai kemungkinan atau alternatif yang dipilih. Remaja yang memiliki komitmen akan menetapkan
pilihannya, mempertahankan prinsipnya, kukuh dalam pendirian dan tidak bergeming terhadap hal-hal yang dapat membuat pendiriannya berubah.
Munculnya krisis dan komitmen pada domain identitas dalam diri individu akan semakin kuat ketika individu berada di remaja akhir Marcia, 1993.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam teori perkembangan mengenai pembentukan identitas diri bahwa masa remaja awal dilihat sebagai masa
perubahan dimana pemikiran-pemikiran, kondisi psikoseksual, dan pemenuhan fisiologis yang dimiliki individu sebelum memasuki usia remaja mengalami
perubahan menjadi bentuk yang lebih dewasa. Masa remaja tengah dilihat sebagai periode terjadinya pembentukan kembali dimana pada usia ini individu
mengalami pengaturan baru pada keahlian-keahlian yang lama dan yang baru dimiliki. Masa remaja akhir, yang dilihat sebagai usia yang bertolak belakang
dengan usia remaja awal dan remaja tengah, merupakan usia terjadinya
Universitas Sumatera Utara
penggabungan, yaitu usia dimana susunan identitas diri dapat dibedakan, dan terjadi pengujian identitas diri pada lingkungan. Oleh karena itu, masa remaja
akhir merupakan periode dimana pada kebanyakan individu identitas diri sudah benar-benar terbentuk.
Interaksi dengan teman sebaya merupakan hal yang sangat penting di usia remaja yang dapat menolong remaja dalam memberikan gambaran mengenai
pilihan-pilihan yang ada dan nilai-nilai yang dapat dimiliki oleh remaja yang akan membentuk identitas diri remaja tersebut Berk, 2007. Interaksi dengan teman
sebaya dapat mempengaruhi pandangan remaja mengenai hubungan dengan orang lain, seperti, apa nilai yang diyakini ketika bersahabat dengan orang lain dan
ketika akan memilih pasangan hidup nantinya. Selain itu, teman sebaya juga dapat mempengaruhi remaja dalam hal pencarian informasi mengenai karir dan juga
mempengaruhi keputusan remaja dalam memilih karir. Menurut Papalia 2008 interaksi dengan teman sebaya merupakan
sumber dari adanya rasa kasih sayang, simpati dan saling memahami bagi remaja. Melalui interaksi dengan teman sebaya remaja dapat mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan moral, yaitu pengetahuan mengenai apa yang benar dan salah serta mempelajari nilai-nilai yang berkaitan dengan politik dan agama, seperti
adanya keinginan untuk memperhatikan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat, serta memilih keyakinan yang tepat bagi dirinya.
Interaksi remaja dengan teman sebaya juga dapat mempengaruhi pandangan remaja mengenai perasaan-perasaan seksual seperti gairah seksual dan
perasaan tertarik, mengembangkan bentuk intimasi yang baru, serta mengatur
Universitas Sumatera Utara
perilaku seksual sehingga remaja dapat menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan Santrock, 2007. Kelompok teman sebaya merupakan tempat bagi
remaja untuk dapat membentuk hubungan yang dekat, yang dapat menjadi suatu proses pembelajaran bagi remaja untuk dapat menjalankan peran sebagai orang
dewasa nantinya.
3. Status Identitas Menurut Erikson dalam Berk, 2007, pembentukan identitas diri dapat