Data yang Dikumpulkan dan Metoda Pengumpulan dan Pengolahannya

31 Masing-masing faktor penentu nilai tersebut Endemisme, Status, Sifat, dan Keliaran tentu memiliki bobot yang berbeda terhadap indeks konservasi I k . Oleh karena itu diperlukan penentuan bobot yang proporsional, tergantung pada nilai pentingnya. Penentuan bobot didasarkan pada prinsip bahwa, makin langka atau makin jarang ditemui spesies tersebut makin penting untuk dilindungi untuk menjaga kelestariannya dengan cara menanam atau mengembangkannya di kawasan RTH. Di dalam komunitas, hal ini ditunjukkan oleh jumlah nilai faktor penentu nilai konservasi Endemisme, Status, Sifat, dan Keliaran, makin kecil jumlah nilai menunjukan jumlah spesies yang bernilai 2 semakin sedikit sehingga dalam memilih jenis yang akan dikonservasi perlu mendapatkan prioritas. Secara rinci, cara penentuan bobot bagi masing-masing faktor penentu nilai konservasi disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan cara penentuan seperti yang disajikan pada Lampiran 3, diperoleh bobot masing-masing faktor adalah sebagai berikut: Endemisme 0,3, Status 0,3, Sifat 0,2, dan Keliaran 0,2. Selanjutnya indek konservasi komunitas adalah 4 Kl 2 , Sft 2 , Sts 3 , End 3 , N 1 i i i N 1 i i i N 1 i i i N 1 i i i ∑ ∑ ∑ ∑ = = = = + + + LN LN LN LN dengan kisaran antara 0 nol s.d. 1 satu. Nilai indeks tersebut selanjutnya dibagi menjadi empat kategori yaitu 0 ≤ I k ≤ 0,25 rendah, 0,26 I k ≤ 0,50 sedang, 0,51 I k ≤ 0,75 tinggi, dan 0,76 ≤ I k sangat tinggi.

3.5 Data yang Dikumpulkan dan Metoda Pengumpulan dan Pengolahannya

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dibangkitkan karena belum tersedia. Pembangkitan data dilakukan melalui observasi, inventarisasi, pengukuran dan penghitungan, dan wawancara. Data sekunder adalah data yang telah tersedia pada berbagai sumber, antara lain Data Statistik Pemerintah Daerah atau instansi terkait, literatur tulisan ilmiah atau Laporan Penelitian, peta atau rujukan lainnya. Data sekunder diperoleh dengan cara mengutip langsung dan menyebutkan sumbernya. Data primer yang dikumpulkan meliputi data vegetasi pada berbagai RTH hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau sungai, dan jalur hijau pantai. Inventarisasi pada vegetasi sampel meliputi pencatatan spesies, penghitungan kerapatan jumlah individu masing-masing spesies, dan pengukuran diameter batang setinggi dada. Data primer lainnya adalah kondisi umum di sekitar areal 32 pengamatan serta yang berkaitan dengan pendapat atau persepsi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar RTH yang diamati. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data kondisi umum kota Bandar Lampung kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi serta data kondisi umum RTH di kota Bandar Lampung. Kondisi umum RTH mencakup luas, distribusi menurut wilayah administratif, penggunaan lahan RTH saat ini, serta gambaran mengenai kondisi umum jalur hijau jalan, sungai dan pantai. Data yang diperoleh diolah dengan metoda tabulasi dengan bantuan komputer.

3.5.1 Populasi dan Contoh Penelitian

Populasi penelitian adalah ruang terbuka hijau RTH yang terdapat di Kota Bandar Lampung sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas unit-unit areal RTH. Berdasarkan bentuknya, unit areal RTH tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu berbentuk area pitch dan berbentuk jalur. Areal RTH berbentuk area terdiri atas perbukitan, hutan kota, dan taman kota. Ruang terbuka hijau berbentuk jalur terdiri atas jalur hijau sempadan jalan, sempadan sungai, dan sempadan pantai. Penentuan contoh dilakukan secara terarah purposive didasarkan pada prinsip keterwakilan bentuk dan letak geografi. Untuk contoh RTH berbentuk area diambil 6 unit contoh, meliputi empat perbukitan, satu hutan kota dan satu taman kota. Penyebaran unit contoh di lapangan dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk sampel RTH berbentuk jalur diambil tujuh 7 jalur sempadan jalan, yaitu Jalan Soekarno Hatta, Jalan M. Noer, Jalan Gatot Subroto, Jalan Sultan Agung, Jalan Radin Intan, Jalan Laksamana Malahayati, dan Jalan Teuku Cik Ditiro; empat 4 jalur sempadan sungai way, yaitu Way Halim, Way Kuripan, Way Sukoharjo, dan Way Simpur; serta dua 2 jalur sempadan pantai yaitu Pantai Panjang dan Pantai Lempasing. Sebagai vegetasi pembanding kondisi keanekaragaman jenis pohon digunakan vegetasi yang relatif alami dan terdekat dengan Kota Bandar Lampung. Untuk vegetasi contoh digunakan suatu bagian dari vegetasi di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman yang kondisinya mendekati hutan primer. 33

3.5.2 Teknik Inventarisasi Pohon

Inventarisasi jenis pohon di areal RTH berbentuk area dilakukan dengan menggunakan metoda jalur berpetak. Pada masing-masing areal pengamatan dibuat satu jalur selebar 20 m yang memotong bagian tengah areal. Jalur tersebut dibagi menjadi bagian-bagian masing-masing sepanjang 20 m sehingga masing-masing bagian jalur tersebut membentuk petak segi empat berukuran 20 m x 20 m. Secara keseluruhan jalur memanjang tersebut menjadi jalur berpetak seperti dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Jalur berpetak untuk inventarisasi jenis-jenis pohon RTH berbentuk area. Untuk inventarisasi pohon di sepanjang sempadan jalan dan sungai petak- petak tunggal berukuran 20 m x 20 m ditempatkan secara sistematis dengan jarak antar petak 60 m. Sampel sempadan pantai berupa jalur memanjang seperti pada Gambar 3 dari garis pantai ke arah darat dengan lebar 20 meter sampai pohon terjauh. Jarak maksimal dari pantai adalah 100 m. Untuk masing- masing sampel pantai dibuat lima 5 jalur. Setiap individu pohon yang masuk dalam petak dan berukuran diameter batang ≥ 5 cm dicatat nama dan diukur diameter batangnya. Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian 140 cm dari permukaan tanah. Petak petak yang tidak berpohon dengan diameter ≥ 5 cm dinyatakan sebagai petak kosong. Pengukuran diameter batang pohon yang kurang dari 10 cm dilakukan dengan menggunakan kaliper dan yang lebih dari 10 cm dengan menggunakan phi-band. 1 2 3 4 5 Arah jalur 20 m 34 Untuk mengetahui perbedaan jumlah Rosot karbon pada pohon dan tumbuhan bawah berdasarkan intensitas penutupan tajuk, dari masing-masing lokasi kecuali Taman Dipangga diambil 3 petak sampel berukuran 20 m x 20 m. Kriteria penutupan tajuk yang digunakan adalah tipe vegetasi rapat penutupan tajuk 70, tipe vegetasi sedang penutupan tajuk 40, dan tipe vegetasi jarang penutupan tajuk 40. Dari Taman Dipangga tidak dilakukan pengambilan contoh berdasarkan penutupan tajuk karena arealnya sempit dan tidak terdapat perbedaan penutupan tajuk berdasarkan kriteria tersebut. Pada petak berukuran 20 m x 20 m dibuat tiga buah petak contoh tumbuhan bawah berukuran 1 m x 1 m. Pengambilan contoh tumbuhan bawah dilakukan secara destruktif, seluruh tumbuhan bawah yang terdapat dalam petak berukuran 1 m x 1 m diambil dan ditimbang bobot basahnya. Ketiga contoh tumbuhan bawah dari petak berukuran 20 m x 20 m dicampur dikompositkan dan dihitung rata-rata bobot basahnya. Dari contoh tumbuhan bawah yang telah dikompositkan diambil contoh sub-contoh sebanyak 300 gram. 3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Penghitungan Parameter Keanekaragaman