20
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Bandar Lampung yang merupakan tempat kedudukan Ibukota Provinsi Lampung. Secara Geografis, posisi Provinsi
Lampung memiliki kedudukan yang strategis karena merupakan pintu gerbang dari Jawa menuju provinsi-provinsi di Sumatera dan sebaliknya merupakan pintu
gerbang dari provinsi di Sumatera menuju propinsi-propinsi di Jawa melalui jalur darat. Kedekatannya dengan Jakarta yang didukung sarana dan prasarana
transportasi yang memadai memungkinkan tingginya mobilitas penduduk Kota Bandar Lampung.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian.
Sumber: Peta Rencana Kawasan Lindung,
Pemda Kota Bandar Lampung 2003
Bandar Lampung
KOTA BANDAR LAMPUNG
21
3.2 Kerangka Penelitian
Ruang terbuka hijau RTH merupakan salah satu unsur lansekap kota yang secara ekologis memiliki peran penting memelihara keseimbangan dan
daya dukung lingkungan perkotaan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota, Ruang Terbuka Hijau
RTH wilayah perkotaan adalah ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjangjalur atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, berisi hijau tanaman atau tumbuh- tumbuhan yang tumbuh secara alami atau tanaman budidaya. Ruang terbuka
hijau meliputi ruang-ruang di dalam kota yang sudah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah perkotaan RTRWP.
Perkembangan yang terjadi pada berbagai bidang pembangunan telah menyebabkan kebutuhan lahan semakin meningkat, termasuk kebutuhan RTH.
Akan tetapi, ketersediaan RTH justru semakin berkurang. Areal-areal yang diperuntukkan bagi RTH banyak beralih fungsi menjadi jalan, permukiman, pasar
dan bangunan lainnya. Mengingat kebutuhan lahan semakin meningkat, sementara ketersediaan lahan semakin berkurang, maka diperlukan
pemanfaatan lahan secara lebih efisien, yaitu meningkatkan fungsi lahan tersebut tanpa menghilangkan fungsi utamanya. Peningkatan fungsi RTH tanpa
mengurangi fungsi utamanya adalah dengan memanfaatkannya untuk konservasi keanekaragaman jenis pohon dan penyimpanan karbon.
Salah satu upaya konservasi keanekaragaman hayati, khususnya pohon, adalah melindungi sebanyak-banyaknya spesies pohon, terutama yang terancam
punah agar tidak punah. Kegiatan tersebut bersifat strategis karena ancaman terhadap kepunahan berbagai spesies pohon semakin meningkat. Ruang
terbuka hijau dapat ditingkatkan perannya bagi konservasi keanekaragaman jenis pohon dengan menggunakannya sebagai arboretum atau kebun koleksi
yang juga dapat berfungsi sebagai bank biji benih spesies bernilai konservasi tinggi. Untuk itu diperlukan suatu metoda atau rumusan yang dapat digunakan
untuk menentukan nilai konservasi suatu komunitas RTH. Pengetahuan tentang nilai tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan
upaya-upaya yang perlu dilakukan bagi peningkatan peran RTH dalam konservasi keanekaragaman jenis pohon.
Peran RTH sebagai penyimpan karbon carbon sink juga bersifat strategis mengingat pada umumnya kawasan perkotaan merupakan tempat yang emisi
22 CO
2
-nya paling tinggi. Selain dari respirasi manusia, CO
2
bersumber dari berbagai kegiatan yang menggunakan bahan bakar minyak BBM sebagai
sumber energi, misalnya kendaraan bermotor, industri, pembangkit listrik, dan aktivitas rumah tangga. Pohon merupakan penyimpan karbon yang efektif
karena dapat bertahan lama, puluhan bahkan ratusan tahun. Selama pohon masih berdiri hidup maka karbon akan tersimpan dalam jaringan kayu. Karbon
tersebut dapat tersimpan dalam bentuk jaringan pada pohon yang bernilai konservasi tinggi. Untuk mengetahui jumlah karbon yang tersimpan dalam pohon
atau komunitas di suatu RTH diperlukan metode pengukuran yang bersifat non- destruktif, sehingga jumlah karbon yang tersimpan dapat dimonitor dari waktu ke
waktu tanpa harus menebang pohon tersebut. Metoda pendugaan jumlah Rosot karbon pada pohon yang telah digunakan secara luas adalah metoda allometrik
Brown 1997. Secara ringkas, kerangka penelitian nilai konservasi keanekaragaman dan rosot karbon pohon pada ruang terbuka hijau disajikan
pada Gambar 2.
3.3 Lingkup dan Batasan Penelitian 3.3.1 Lingkup Penelitian