43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keragaman Jenis Pohon 5.1.1 Hutan Kota
Ruang terbuka hijau berbentuk hutan kota yang diamati terdiri atas Hutan Kota Way Halim, Bukit Kelutum, Bukit Langgar, Bukit Sukajawa, Gunung Kucing,
dan Taman Kota Dipangga. Areal-areal tersebut tersebut ditetapkan sebagai RTH berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun
2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2015 Lampiran V Rencana Pengelolaan Perbukitan Kota Bandar
Lampung. Areal RTH Hutan Kota Way Halim terletak di pinggir kiri dan kanan jalan,
Taman Kota Dipangga dikelilingi oleh jalan dan terletak di pusat kota, sedangkan RTH berupa bukit umumnya relatif jauh dari jalan raya tetapi dikelilingi oleh
permukiman. Bukit Kucing dikelilingi oleh permukiman. Di bagian kaki bukit terdapat aktivitas pembuatan bata, dan perladangan, sedangkan di bagian yang
lebih tinggi terdapat kegiatan penambanganpenggalian batu untuk pembuatan cobek.
Bukit Sukajawa terletak tidak jauh ± 500 m dari pasar dan dikelilingi oleh permukiman. Di bagian kaki bukit terdapat kegiatan perladangan, sedangkan
bagian atasnya berupa belukar yang merupakan bekas kebun yang tidak terawat. Bukit Kelutum terletak di kawasan permukiman, dilihat dari ukuran yang besar
dan model rumahnya, perumahan yang mengelilingi bukit ini dapat digolongkan kedalam perumah mewah, akan tetapi mendekati puncaknya terdapat
perumahan yang sederhana dan terkesan kumuh. Gunung Langgar terletak agak terpencil. Di sisi baratnya berkembang kompleks-kompleks perumahan
yang mulai merambat naik ke lereng bukit, tetapi di sisi selatan, utara dan timur masih merupakan lahan kosong, sebagian berupa semak dan alang-alang
sedangkan sebagian lain berupa vegetasi kebun campuran dan hutan sekunder. Masyarakat sekitar areal RTH, sebagian besar 95 tidak mengetahui
bahwa areal tersebut merupakan hutan kota RTH. Selain belum pernah mendapatkan penjelasan dari pihak aparat, di lapangan tidak terdapat tanda-
tanda batas areal atau papan identitas yang menunjukkan bahwa areal tersebut merupakan hutan kota atau ruang tebuka hijau. Anggota masyarakat yang
mengetahui bahwa areal tersebut merupakan RTH atau hutan kota mendapatkan
44 informasi dari surat kabar dan atau dari orang lain. Gambaran umum keadaan
RTH yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Gambaran kondisi vegetasi RTH yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil inventarisasi jenis pohon di enam lokasi RTH
berbentuk hutan kota ditemukan 44 spesies pohon yang tercakup dalam 24 famili. Ditinjau dari keliarannya budidaya atau non-budidaya 10 spesies
22,73,67 tergolong pohon non-budidaya pohon yang tumbuh secara alami dan 34 spesies 77,27 tergolong pohon budidaya, yaitu pohon yang sudah
biasa dibudidayakan. Data ringkas hasil inventarisasi jenis pohon di hutan kota Kota Bandar Lampung disajikan pada Tabel 3.
45 Tabel 3 Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui di
masing-masing hutan kota berbentuk area di Kota Bandar Lampung Areal Hutan kota
Family Species Way
Halim Bukit
Kelutum Gunung
Langgar Bukit
Suka Jawa
Gunung Kucing
Anacardiaceae Anacardium occidentale
- - 1,04 -
- Anacardiaceae
Mangifera indica - 2,38
1,04 5,00 5,21
Anacardiaceae Spondias pinnata
- 1,19 -
- -
Annonaceae Annona squamosa
- - 1,04 -
- Apocynaceae
Alstonia scholaris - 4,76
- -
- Bigoniaceae
Spathodea campanulata 11,11 -
- - -
Bombacaceae Durio zibethinus
- - 4,20
3,75 -
Casuarinaceae Casuarina equisetifolia
- - - -
- Combretaceae
Terminalia cattapa - 2,38
1,04 -
- Euphorbiaceae
Aleurites moluccana 1,39 -
5,20 - -
Euphorbiaceae Ricinus communis
- - - -
5,21 Fabaceae
Casia siamea 4,17 -
65,60 - 14,58
Fabaceae Delonix regia
11,11 - - -
- Fabaceae
Acacia mangium 11,11 -
- - 1,04
Fabaceae Acacia auriculiformis
1,39 3,57 - 2,50
- Fabaceae
Leucaena leucocephala 29,17 -
1,04 - 1,04
Fabaceae Leucanena sp
- - 5,20 -
- Fabaceae
Parkia speciosa - 3,57
1,04 1,25 1,04
Fabaceae Pithecellobium lobatum
- - 8,30 -
2,08 Fabaceae
Dalbergia latifolia 6,94 -
- - -
Fabaceae Erythrina variegata
1,39 - - -
2,08 Fabaceae
Sesbania grandiflora - -
- - 53,13
Gnetaceae Gnetum gnemon
- 4,76 1,04
85,00 33,33
Lauraceae Cinnamomum burmanii
- - 2,10 -
- Lauraceae
Persea americana - 8,33
1,04 2,50 -
Lythraceae Lagerstroemia speciosa
34,72 - - -
1,04 Malvaceae
Ceiba pentandra - 3,57
4,20 -
- Meliaceae
Lansium domesticum - -
3,10 - -
Meliaceae Swietenia macrophylla
8,33 - - -
- Mimosaceae
Albizia procera - 1,19
25,00 -
11,46 Mimosaceae
Paraserianthes falcataria 2,78 1,19
- 8,75 1,04
Moraceae Ficus septica
- 10,71 19,80
- 10,42
Moraceae Artocarpus communis
- 1,19 -
- -
Moraceae Artocarpus integra
- 16,67 8,30 17,50
- Moraceae
Caryophyllus aromaticus - -
- - 1,04
Myrtaceae Eugenia aromatica
- 19,05 1,04 1,25 4,17
Myrtaceae Eugenia aquea
- - 1,04 -
1,04 Myrtaceae
Psidium guajava - 1,19
1,04 1,25 1,04
Rutaceae Aegle marmelos
- - 2,10 -
- Sapindaceae
Nephelium lapaceum - -
- 1,25
- Sterculiaceae
Pterospermum javanicum - -
- - 1,04
Sterculiaceae Theobroma cacao
- - -
25,00 -
Verbenaceae Peronema canescens
- - 1,04 -
- Verbenaceae
Tectona grandis - 85,71
12,50 47,50 4,17 Jumlah individu per ha
123,61 171,43
178,08 202,50
155,21 Jumlah spesies
12 17
25 13
20
46 Data Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan penyusun hutan kota, baik
jumlah maupun spesiesnya. Secara kuantitatif, perbedaan tersebut dinyatakan dalam indeks diversitas sebagai berikut Tabel 4. Data Tabel 4 menunjukkan
bahwa spesies penyusun komunitas hutan kota Way Halim berbeda sangat nyata dengan areal-areal hutan kota yang lain. Hutan kota Way Halim merupakan
hutan kota buatan yang terletak di tengah kota Bandar Lampung dan dirancang sebagai hutan kota. Spesies pohon yang ditanam umumnya spesies yang biasa
digunakan sebagai tanaman penghijauan dan peneduh jalan. Spesies tersebut juga ditemukan di hutan kota yang lain, yaitu Acacia auriculiformis, Casia siamea,
Paracerianthes falcataria, dan Leucaena leucocephala. Tabel 4 Indeks diversitas dan indeks similaritas komunitas hutan kota berbentuk
area di Kota Bandar Lampung dilihat dari spesies penyusunnya Lokasi Hutan Kota
Way Halim
Bukit Kelutum
Gunung Langgar
Bukit Sukajawa
Gunung Kucing
Way Halim -
227 0,07
333 0,09
223 0,09
626 0,23
Bukit Kelutum 0,93
- 1230
0,40 1020
0,50 928
0,32 Gunung Langgar
0,91 0,60
-
929 0,31
1233 0,36
Bukit Sukajawa 0,91
0,50 0,69
-
726 0,27
Gunung Kucing 0,77
0,68 0,64
0,73 -
Keterangan:
Indeks similaritas terbesar 50 terdapat antara Bukit Sukajawa dengan Bukit Kelutum. Dari 20 spesies yang ditemui di Bukit Sukajawa atau Bukit
Kelutum, 10 spesies di antaranya ditemui di kedua komunitas tersebut. Spesies yang terdapat di kedua komunitas tersebut adalah Mangifera indica, Gnetum
gnemon, Persea americana, Parkia speciosa, Arthocarpus integra, Eugenia aromatica, dan Psidium guajava merupakan spesies yang biasa dibudidayakan
227 0,07
Jumlah spesies yang terdapat di kedua komunitas Jumlah total spesies dari dua komunitas
Nilai indeks similaritas 0,93
Nilai indeks diversitas
47 masyarakat sebagai tanaman penghasil buah di kebun ladang dan pekarangan.
Selain pohon penghasil buah, juga ditemui Acacia auriciliformis, Paracerianthes falcataria, dan Tectona grandis yang merupakan spesies pohon yang banyak
ditanam dalam kegiatan reboisasi dan penghijauan sebagai penghasil kayu. Bukit Kelutum dan Bukit Sukajawa merupakan hutan kota bervegetasi kebun
campuran dan semak belukar yang dikelilingi oleh permukiman penduduk. Banyaknya spesies penghasil buah yang sudah biasa dibudidayakan
menunjukkan tingginya intervensi manusia dalam pembentukan vegetasi tersebut. Informasi mengenai keliaran, manfaat, dan indeks nilai penting INP
masing-masing spesies disajikan pada Tabel 5. Ditinjau dari kerapatan relatif KR spesies Tectona grandis, Casia siamea,
dan Gnetum gnemon memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibanding spesies lainnya. Hal ini disebabkan spesies tersebut memiliki jumlah individu yang relatif
banyak dibandingkan dengan jumlah individu spesies lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut disukai oleh masyarakat. Selain memiliki
nilai KR yang tinggi, spesies ini juga memiliki nilai frekuensi relatif FR yang relatif tinggi. Artinya, spesies tersebut tersebar secara relatif merata. Dari lima
lokasi pengamatan, spesies tersebut ditemukan pada empat lokasi. Spesies lain yang tersebar relatif merata adalah Eugenia aromatica, Mangifera indica,
Paraserianthes falcataria, Acacia auriculiformis, Parkia speciosa, dan Psidium guajava. Ditinjau dari indeks nilai penting INP, data pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa Tectona grandis, Casia siamea, dan Gnetum gnemon merupakan tiga jenis pohon yang paling dominan. Disamping memiliki nilai KR yang tinggi,
spesies tersebut memiliki nilai FR yang relatif tinggi. Tectona grandis dan Gnetum gnemon ditemui di areal hutan kota Bukit
Kelutum, Bukit Langgar, Bukit Sukajawa, dan Gunung Kucing. Tectona grandis ditanam masyarakat dengan tujuan sebagai persediaan kayu sedangkan Gnetum
gnemon ditanam sebagai penghasil buah untuk bahan baku pembuatan emping atau diambil pucuk dan buahnya sebagai sayuran. Tingginya INP kedua spesies
pohon tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesukaan masyarakat terhadap kedua spesies tersebut relatif tinggi sehingga ditanam sebagai tanaman utama.
48 Tabel 5 Keliaran, manfaat, dan indeks nilai penting INP masing-masing
spesies yang ditemukan di hutan kota berbentuk area Kota Bandar Lampung
Family Species Keliaran
Manfaat KR
FR INP
Verbenaceae Tectona grandis
Budidaya Kayu 16.45 4.35
20.80 Caesalpiniaceae Casia siamea
Budidaya Peneduh 15.40
4.35 19.75
Gnetaceae Gnetum gnemon
Budidaya Buah 13.71
4.35 18.06
Moraceae Ficus septica
Non-budidaya ? 4.96
3.26 8.22 Mimosaceae
Albizia procera Non-budidaya Kayu
4.70 3.26 7.96
Moraceae Arthocarpus integra
Budidaya Buah 4.70 3.26
7.96 Fabaceae
Sesbania grandiflora Budidaya ?
6.66 1.09
7.75 Myrtaceae
Eugenia aromatica Budidaya Buah 2.87
4.35 7.22
Lythraceae Lagerstroemia speciosa
Budidaya Hias 3.92 3.26
7.18 Fabaceae
Leucaena leucocephala Budidaya Kayu 3.00
3.26 6.26
Anacardiaceae Mangifera indica
Budidaya Buah 1.57 4.35
5.92 Mimosaceae
Paracerianthes falcataria Budidaya Kayu 1.44
4.35 5.79
Mimosaceae Acacia auriculiformis
Budidaya Kayu 1.04 4.35
5.39 Mimosaceae
Parkia speciosa Budidaya Buah 0.78
4.35 5.13
Myrtaceae Psidium guajava
Non-budidaya Buah 0.52
4.35 4.87 Lauraceae
Persea americana Budidaya Buah 1.31
3.26 4.57
Sterculiaceae Theobroma cacao
Budidaya Buah 2.61 1.09
3.70 Fabaceae
Pithecellobium lobatum Budidaya Buah 1.31
2.17 3.48
Fabaceae Acacia mangium
Budidaya Kayu 1.17 2.17
3.34 Bombacaceae
Durio zibenthinus Budidaya Buah 0.91
2.17 3.08
Malvaceae Ceiba pentandra
Budidaya Buah 0.91 2.17
3.08 Euphorbiaceae
Aleurites moluccana Budidaya Buah 0.78
2.17 2.95
Combretaceae Terminalia cattapa
Non-budidaya Hias 0.39
2.17 2.56 Fabaceae
Erythrina variegata Budidaya Naungan
0.39 2.17
2.56 Myrtaceae
Eugenia aquaea Budidaya Buah 0.26
2.17 2.43
Bigoneaceae Spathoadea campanulata
Non-budidaya ? 1.04
1.09 2.13 Fabaceae
Delonix regia Budidaya Hias 1.82
2.18 4.00
Meliaceae Swietenia macrophylla
Budidaya Kayu 0.78 1.09
1.87 Euphorbiaceae
Ricinus communis Budidaya Peneduh
0.65 1.09
1.74 Fabaceae
Leucanena sp Budidaya Buah 0.65
1.09 1.74
Fabaceae Dalbergia latifolia
Budidaya Kayu 0.65 1.09
1.74 Apocynaceae
Alstonia scholaris Non-budidaya Kayu
0.52 1.09 1.61
Meliaceae Lansium domesticum
Budidaya Buah 0.39 1.09
1.48 Lauraceae
Cinnamomum burmanii Budidaya Rempah
0.26 1.09
1.35 Rutaceae
Aegle marmelos Non-budidaya ?
0.26 1.09 1.35
Moraceae Caryophyllus aromaticus
Non-budidaya ? 0.13
1.09 1.22 Anacardiaceae
Anacardium occidentale Budidaya Buah 0.13
1.09 1.22
Anacardiaceae Spondias pinnata
Budidaya Buah 0.13 1.09
1.22 Annonaceae
Annona squamosa Budidaya Buah 0.13
1.09 1.22
Casuarinaceae Casuarina equisetifolia
Non-budidaya Hias 0.13
1.09 1.22 Moraceae
Arthocarpus communis Budidaya Buah 0.13
1.09 1.22
Sapindaceae Nephelium lapaceum
Budidaya Buah 0.13 1.09
1.22 Sterculiaceae
Pterospermum javanicum Non-budidaya Kayu
0.13 1.09 1.22
Verbenaceae Peronema canescens
Budidaya Kayu 0.13 1.09
1.22 Σ 24 family
Σ 44 spesies 100.00 100.00
200.00
Keterangan: ? = Belum teridentifikasi
49 Pohon penghasil buah, walaupun dari segi jumlah spesies paling besar,
akan tetapi jumlah individu masing-masing spesiesnya relatif kecil 0,13 s.d 13.71, kecuali Gnetum gnemon. Pohon buah umumnya tumbuh secara alami
atau ditanam hanya sebagai tanaman sela untuk memenuhi kebutuhan subsisten atau untuk penghasilan tambahan. Pohon Casia siamea, selain mendominasi
seluruh areal Taman Dipangga juga ditemui di Hutan Kota Way Halim. Pohon ini ditanam sebagai tanaman peneduh. Taman Dipangga dan Hutan Kota Way
Halim merupakan areal hutan kota yang terletak di tengah perkotaan dengan fungsi utama sebagai taman. Vegetasi yang ada merupakan vegetasi buatan,
seluruh pohon yang ada merupakan pohon budidaya hasil penanaman. Dikelompokkan berdasarkan keliarannya, sebagian besar 72,27 spesies
pohon penyusun komunitas hutan kota berbentuk area RTH Kota Bandar Lampung merupakan pohon budidaya. Berdasarkan kegunaannya manfaat
utamanya, sebagian besar 70,45 merupakan pohon penghasil buah dan atau kayu. Dominannya spesies pohon budidaya menunjukkan besarnya peran
manusia terhadap pembentukan vegetasi RTH. Kecuali Hutan Kota Way Halim dan Taman Dipangga, hutan kota lainnya yaitu Bukit Kelutum, Bukit Langgar,
Bukit Sukajawa, dan Gunung Kucing merupakan areal perbukitan yang berstatus lahan milik dengan kondisi vegetasi relatif alami, tetapi di dalamnya terdapat
areal perladangan. Perbukitan tersebut, terutama areal perladangannya ditumbuhi dengan berbagai tanaman budidaya, terutama penghasil buah dan
kayu. Hutan Kota Way Halim dan Taman Kota Dipangga merupakan lahan negara yang ditanami pohon budidaya yang fungsi utamanya sebagai peneduh
dan atau penghias. Pengelompokan spesies pohon yang ditemui di RTH Kota Bandar Lampung berbentuk area berdasarkan keliaran dan kegunaan utamanya
disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai indeks kekayaan jenis
Indeks Margalef, indeks keragaman jenis Shanon H, dan indeks kemerataan jenis E masing-masing komunitas hutan kota berbentuk area di Kota Bandar
Lampung dan komunitas hutan pembanding di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman seperti disajikan pada Tabel 7. Data pada Tabel 7 menunjukkan
bahwa vegetasi hutan kota perbukitan yang relatif alami, meskipun telah digunakan sebagai areal perladangan, memiliki keragaman jenis pohon yang
lebih tinggi dibandingkan dengan vegetasi buatan, yaitu Hutan Kota Way Halim dan Taman Kota Dipangga yang terletak di tengah kota.
50 Tabel 6 Pengelompokan jenis pohon RTH hutan kota Kota Bandar Lampung
berdasarkan sifat dan kegunaan utamanya Keliaran
Kegunan atau fungsi utama
Budidaya Non-Budidaya
Jumlah Penghasil Buah
19 1
20 45,45
Hias 2 2
4 9,09
Penghasil Kayu 8
3 11
25,00 Naungan 1
1 2,27
Peneduh 2 2
4,56 Penghasil Rempah
1 1
2,27 Belum jelas
1 4
5 11,36
Jumlah 34 10
44 100,00
Tabel 7 Parameter keragaman spesies pohon masing-masing komunitas hutan kota berbentuk area di Kota Bandar Lampung
RTH Jumlah Individu
per ha Indeks
Kekayaan R
Indeks Keragaman
H Ideks
Kemerataan E
Hutan Kota Way Halim 123,61
2,28 2,04
0,55 Bukit Kelutum
171,43 3,11
1,87 0,32
Bukit Langgar 178,08
4,63 2,28
0,41 Sukajawa 202,50
2,26 1,71
0,41 Gunung Kucing
155,21 3,77
2,13 0,44
Hutan Kota Bandar Lampung
1
166,17 8,78 2,82 0,53
Tahura WAR
2
217,65 7,34
3,51 0,83
Keterangan:
1
: Didasarkan pada jumlah spesies dan jumlah individu di enam lokasi hutan kota
2
: Didasarkan pada areal sampel di lokasi yang relatif masih alami di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachaman
Perbedaan keragaman jenis terutama disebabkan oleh tujuan penanaman dan tindakan pengelolaan. Hutan Kota Way Halim yang merupakan vegetasi
buatan yang dikelola dengan tujuan untuk menghasilkan bentuk vegetasi hutan. Untuk kepraktisan pengelolaan, areal ini ditanami hanya dengan beberapa jenis
pohon yang cepat tumbuh, yaitu Acacia mangium, Delonix regia, Dalbergia latifolia, Lagerstroemia speciosa, dan Leucaena leucocephala. Spesies tersebut,
51 kecuali Delonix regia dan Lagerstroemia speciosa, merupakan spesies yang
digunakan untuk program reboisasi di Propinsi Lampung sehingga bibitnya banyak tersedia. Delonix regia dan Lagerstroemia speciosa banyak digunakan
sebagai tanaman peneduh jalan sedangkan spesies lainnya telah ada sebelum areal tersebut ditanami sebagai hutan kota. Taman Dipangga merupakan taman
yang luasannya relatif kecil, telah tua dan tidak mengalami pengayaan jenis. Tajuk pohon yang ada telah menutupi hampir seluruh areal taman sehingga
pengayaan jenis tidak dapat dilakukan, kecuali dengan tanaman berhabitus semak.
Apabila spesies penyusun vegetasi hutan kota Kota Bandar Lampung dibandingkan dengan spesies penyusun Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman Tahura WAR, vegetasi hutan alami terdekat, jumlah spesies yang terinventarisir relatif sama, yaitu masing-masing 44 dan 45 spesies Tabel 5.
Akan tetapi, vegetasi Tahura WAR memiliki indeks kekayaan R, indeks kemerataan E, dan indeks keragaman H yang lebih besar dibanding dengan
vegetasi hutan kota Kota Bandar Lampung. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu yang terdapat dalam vegetasi Tahura WAR tersebar secara lebih merata
pada masing-masing spesies. Sebaliknya, pada vegetasi hutan kota terdapat dominasi spesies tertentu, terutama Tectona grandis, Gnetum gnemon, Casia
siamea, dan Sesbania grandiflora sehingga indeks kekayaan, indeks keragaman, dan indeks kemerataannya lebih kecil.
Irawan 2000 menginventarisasi jenis pohon pada hutan primer di Areal HPH PT Ratah Timber Co. Kalimantan Timur mendapatkan 79 spesies dengan
indeks keragaman H sebesar 3.42. Nilai indeks tersebut lebih kecil dari nilai indeks keragaman H di Tahura WAR 3,51 padahal jumlah spesiesnya lebih
sedikit 45 spesies. Hal ini menunjukkan bahwa penggambaran suatu komunitas hanya dengan nilai indeks keragaman H kurang informatif.
Selain indeks keragaman, hutan kota Kota Bandar Lampung memiliki komposisi spesies penyusun vegetasi yang berbeda dengan vegetasi Tahura
WAR. Vegetasi hutan kota Kota Bandar Lampung didominasi tumbuhan budidaya, sementara Tahura WAR lebih didominasi tumbuhan non-budidaya
86,67 yang tidak terdapat di hutan kota Kota Bandar Lampung. Dari 84 spesies yang terinventarisir di hutan kota dan Tahura WAR, hanya 6 spesies
yang terdapat di kedua vegetasi. Apabila dinyatakan dalam indeks similaritas
52 dengan kisaran antara 0 s.d. 1, nilai indeks kesamaan vegetasi hutan kota Kota
Bandar Lampung dengan Tahura WAR adalah 0,13 atau indeks perbedaan 0,87. Artinya, ditinjau dari spesies penyusunnya, kesamaan vegetasi hutan kota Kota
Bandar Lampung dengan vegetasi Tahura WAR adalah 13. Spesies yang terdapat di kedua vegetasi tersebut semuanya adalah
tanaman budidaya, yaitu Aleurites moluccana, Eugenia aromatica, Leucaena leucocephala, Mangifera indica, Parkia speciosa, dan Psidium guajava. Hal ini
disebabkan kawasan Tahura WAR telah mengalami perambahan untuk kepentingan areal perladangan. Disamping menanam tanaman Coffea spp
sebagai tanaman pokok, peladang umumnya menanam tanaman penghasil buah. Pada vegetasi hutan kota Kota Bandar Lampung tidak ditemukan lagi
spesies dari family Dipterocarpaceae yang merupakan ciri khas hutan hujan tropika Indonesia. Sementara pada vegetasi Tahura WAR, spesies dari family
Dipterocarpaceae masih ditemukan, yaitu Dipterocarpus sp.
5.1.2 Jalur Hijau
5.1.2.1 Jalur Hijau Jalan
Dari hasil inventarisasi jalur hijau 7 tujuh ruas jalan di Kota Bandar Lampung ditemukan 44 spesies pohon yang termasuk dalam 23 famili. Data
rata-rata jumlah individu masing-masing spesies di masing-masing jalur hijau disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa masing-masing jalur hijau
memiliki komposisi spesies dan jumlah individu yang berbeda. Jalan yang memiliki spesies terbanyak adalah Jalan Gatot Subroto, yaitu 21 spesies dengan
kerapatan 143,33 pohon per ha, sedangkan yang paling sedikit memiliki spesies adalah Jalan Radin Intan, yaitu dua spesies dengan kerapatan 100,00 pohon per
ha. Kerapatan masing-masing spesies juga berbeda-beda spesies Pterocarpus indicus, Swietenia macrophylla, Leucaena leucocephala, Dalbergia latifolia,
Acacia auriculiformis, dan Roystone regia ditemukan dengan kerapatan yang relatif jauh lebih tinggi rata-rata 10 pohon per ha dibanding yang lain. Lima
spesies pertama, dikembangkan secara ekstensif oleh Dinas Kehutanan dalam kegiatan reboisasi dan penghijauan, sedangkan Roystone regia merupakan
spesies eksotik yang disenangi masyarakat dan ditanam oleh banyak pengembang sebagai tanaman hias di kompleks perumahan.
53 Tabel 8 Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui di
masing-masing jalur hijau jalan Kota Bandar Lampung
Famili Spesies Pohon
Teuku Cik Ditiro
Laks. Ma- lahayati
Radin Intan
Sultan Agung
Gatot Subroto
M. Noer Sukarno -Hatta
Anacardiaceae Spondias pinnata
- 15,63 -
- 33,33
10,00 -
Anacardiaceae Mangifera indica
1,67 - -
1,04 6,25
- 4,17
Aracaceae Roystone regia
- 15,63 58,33
22,92 -
- -
Arecaceae Areca catechu
3,33 - -
- 8,33
- -
Bombacaceae Durio zibethinus
- - -
- -
3,33 -
Casuarinaceae Casuarina sumtrana
- - -
6,25 14,58
- -
Combretaceae Terminalia cattapa
- - -
- 2,08
- -
Euphorbiaceae Jatropha gossyfolia
3,33 9,38 - - -
13,33 2,08
Euphorbiaceae Hevea brasiliensis
- - -
- -
5,00 -
Fabaceae Delonix regia
- - -
- 29,17
- -
Fabaceae Casia siamea
3,33 - -
- -
18,33 -
Fabaceae Tamarindus indica
- - -
- 4,17
- -
Fabaceae Acacia mangium
6,67 - -
3,13 4,17
1,67 -
Fabaceae Intsia bijuga
- - -
22,92 -
- -
Fabaceae Acacia auriculiformis
6,67 3,13 - 16,67
22,92 - 27,08
Fabaceae Leucaena leucocephala
3,33 - -
4,17 4,17
5,00 91,67
Fabaceae Parkia speciosa
1,67 - -
2,08 2,08
- -
Fabaceae Leucaena glauca
- - -
- -
- 6,25
Fabaceae Dalbergia latifolia
50,00 - -
13,54 -
13,33 -
Gnetaceae Gnetum gnemon
- - -
- -
- 6,25
Lauraceae Persea americana
1,67 - -
- -
- -
Leguminosae Bauhinia purpurea
3,33 - -
- -
25,00 -
Leguminosae Enterolobium cylocarpum
- - -
2,08 -
8,33 -
Leguminosae Pterocarpus indicus
33,33 37,50 41,67
50,00 22,92
41,67 33,33
Lythraceae Lagerstroemia speciosa
- - -
3,13 2,08
1,67 18,75
Malvaceae Ceiba pentandra
- - -
- -
- 8,33
Malvaceae Swietenia macrophylla
13,33 6,25 - 13,54
4,17 36,67
37,50 Meliaceae
Toona sureni - -
- -
- 13,33
- Mimosaceae
Paracerianthes falcataria - -
- -
2,08 21,67
- Moraceae
Ficus benjamina 3,33 -
- 1,04
- -
- Moraceae
Arthocarpus integra - -
- -
8,33 -
18,75 Moraceae
Arthocapus communis - -
- -
- -
8,33 Myrtaceae
Eugenia aromatica - -
- -
2,08 -
- Myrtaceae
Eugenia aquea 5,00 -
- -
6,25 -
- Myrtaceae
Psidium guajava - -
- 3,13
- -
8,33 Palmae
Cocos nucifera 1,67 -
- -
- -
20,83 Palmae
Palm - -
- -
10,42 5,00
- Rutaceae
Morinda citrifolia - -
- -
- -
6,25 Sapindaceae
Nephelium lapaceum - -
- -
2,08 -
- Sapotaceae
Mimusop elengi - -
- 6,25
- -
- Sterculiaceae
Pterospermum javanicum - -
- 35,42
- 3,33
8,33 Sterculiaceae
Theobroma cacao - -
- 3,13
- -
2,08 Verbenaceae
Tectona grandis 1,67 -
- 10,42
29,17 15,00
6,25 Verbenaceae
Gmelina arborea - -
- -
2,08 -
- Jumlah individu per ha
143,33 87,50 100,00 220,83
222,92 241,67
314,58 Jumlah spesies
17 6
2 19
21 17
18
54 Secara kuantitatif perbedaan komposisi spesies antar komunitas jalur hijau
dinyatakan dengan nilai indeks diversitas seperti disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa indeks diversitas komunitas jalur hijau di Kota Bandar
Lampung seluruhnya lebih besar dari 60, artinya spesies penyusun komunitas tersebut memiliki perbedaan ≥60 atau kesamaan
≤ 40. Indeks kesamaan tertinggi terdapat antara jalur hijau jalan Teuku Cikditiro dan jalur hijau jalan
Laksamana Malahayati. Dari 10 spesies yang terdapat pada kedua jalur hijau tersebut, empat spesies terdapat di kedua jalur hijau tersebut. Pada Tabel 9
dapat dilihat, spesies yang terdapat di kedua jalur hijau jalan tersebut adalah Jatropha gossyfolia, Swietenia macrophylla, Acacia auriculiformis, dan
Pterocarpus indicus. Kecuali Jatropha gossyfolia, spesies tersebut relatif umum ditemui, selain di kedua jalur hijau tersebut juga ditemui di jalur hijau lainnya.
Pterocarpus indicus ditemukan pada semua tujuh jalur hijau, Swietenia macrophilla ditemukan pada enam jalur hijau, dan Acacia auriculiformis
ditemukan pada lima jalur hijau. Ketiga spesies tersebut banyak digunakan sebagai tanaman peneduh jalan karena cepat tumbuh dan bibitnya mudah
diperoleh. Spesies tersebut sering digunakan oleh Dinas Kehutanan sebagai tanaman reboisasi dan penghijauan.
Tabel 9 Indeks diversitas dan indeks similaritas komunitas jalur hijau jalan Kota Bandar Lampung dilihat dari spesies penyusunnya
Teuku Cikditiro
Laks. Malahayati
Radin Intan
Sultan Agung
Gatot Subroto
M. Noer
Sukarno- Hatta
Teuku Cikditiro
410 0,40
118 0,05
1026 0,38
1026 0,38
926 0,35
827 0,30
Laks. Malahayati
0,60 226
0,23 421
0,19 424
0,17 420
0,20 420
0,20 Radin Intan
0,95 0,77
219 0,10
122 0,04
118 0,05
119 0,05
Sultan Agung
0,62 0,81
0,90 1031
0,32 928
0,32 1027
0,37 Gatot
Subroto 0,62
0,83 0,96
0,68 931
0,29 832
0,25 M. Noer
0,65 0,80
0,95 0,68
0,71 729
0,24 Sukarno-
Hatta 0,70
0,80 0,95
0,63 0,75
0,75 Keterangan:
410 0,40
Jumlah spesies yang terdapat di kedua komunitas Jumlah total spesies dari dua komunitas
Nilai indeks similaritas 0,60
Nilai indeks diversitas
55 Dilihat dari keliarannya, sebagian besar 95,45 tergolong spesies pohon
budidaya. Dari 44 spesies yang ditemui, hanya 2 spesies yang tergolong spesies liar, yaitu Terminalia cattapa dan Ficus benjamina. Pohon tersebut tumbuh
secara alami dan dibiarkan berkembang, tidak ditebang. Berdasarkan kegunaan utamanya, sebagian besar 75,00 merupakan pohon penghasil buah atau
kayu. Seluruh spesies pohon tersebut, baik penghasil buah maupun kayu, merupakan spesies yang sudah biasa dibudidayakan oleh masyarakat atau
Departemen Kehutanan. Pengelompokan spesies pohon yang ditemui di jalur hijau jalan berdasarkan kegunaan utama dan keliarannya disajikan pada Tabel
10. Tabel 10 Pengelompokan jenis pohon RTH jalur hijau jalan kota Kota Bandar
Lampung berdasarkan sifat dan kegunaan utamanya Keliaran
Kegunan atau fungsi utama
Budidaya Non-Budidaya
Jumlah Penghasil Buah
20 20
45,45 Hias 5
2 7
15,91 Penghasil Kayu
13 13
29,55 Getah 1
1 2,27
Peneduh 3 3
6,82 Jumlah 42
2 44
100,00 Spesies pohon penghasil buah umumnya terdapat di jalur hijau yang
berlokasi di sekitar permukiman. Pohon tersebut sengaja ditanam atau tumbuh dengan sendirinya dan dibiarkan berkembang. Di jalur hijau yang berdekatan
dengan areal pertokoan dan perkantoran lebih banyak ditemui spesies pohon penghasil kayu atau peneduh. Walaupun demikian, spesies ini banyak juga
ditemui di jalur hijau yang berdekatan dengan permukiman. Pohon penghasil kayu atau hias, selain ditanam oleh Pemda Kota Bandar Lampung juga oleh
masyarakat tetapi dengan fungsi utama sebagai peneduh atau pelindung dari terik sinar matahari.
Ditinjau dari aspek keragaman, berdasarkan indeks keragaman Shanon H, jalur hijau jalan di Kota Bandar Lampung umumnya memiliki nilai H lebih
besar dari 2,00, hanya jalan Laksamana Malahayati dan Radin Intan yang memiliki nilai H 2,00. Di jalur hijau Jalan Radin Intan hanya ditemukan dua
spesies. Jalan Laksamana Malahayati, walaupun memiliki nilai indeks kekayaan
56 spesies paling besar 4,25 tetapi memiliki nilai H sebesar 1,52. Di jalur hijau
jalan ini hanya ditemui 6 spesies dengan jumlah individu per ha paling kecil 87,5. Jalan Radin Intan dan Laksamana Malahayati merupakan areal
pertokoan yang relatif padat, areal jalur hijau lebih banyak digunakan untuk areal parkir. Parameter keragaman spesies masing-masing jalur hijau di Kota Bandar
Lampung disajikan pada Tabel 11. Hasil perhitungan keanekaragaman setiap RTH selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 11 Parameter keragaman spesies pohon masing-masing komunitas jalur hijau jalan Bandar Lampung
Jalur Hijau Jalan Jumlah
Individ u per
ha Indeks
Kekayaa n R
Indeks Keragaman
H Indeks
Kemerataa n E
Teuku Cikditiro 143,33
3,83 2,11
0,43 Laksamana Malahayati
87,50 4,25
1,52 0,46
Radin Intan 100,00
0,22 0,68 0,21 Sultan Agung
220,83 3,33
2,44 0,60
Gatot Subroto 222,92
3,88 2,65
0,66 M Noer
241,67 3,10 2,56 0,68
Soekarno-Hatta 314,58
2,96 2,40 0,52
5.1.2.2 Jalur Hijau Sungai
Hasil inventarisasi di 4 empat jalur hijau sungai mendapatkan bahwa di jalur hijau sungai Kota Bandar Lampung terdapat 39 spesies pohon yang
termasuk dalam 23 famili. Data rata-rata jumlah individu masing-masing spesies di masing-masing jalur hijau sungai disajikan pada Tabel 12. Berbeda dengan
jalur hijau jalan, rata-rata jumlah spesies yang terdapat di jalur hijau sungai lebih besar. Rata-rata jumlah spesies pada jalur hijau jalan adalah 20,75 dengan
kisaran 2 s.d. 21 standar deviasi 7,25, sedangkan rata-rata jumlah spesies pada jalur hijau sungai 14,29 dengan kisaran 15 s.d. 26 standar deviasi 2,79.
Ini menunjukkan bahwa, perbedaan jumlah spesies pada jalur hijau jalan sungai lebih kecil dibandingkan dengan jalur hijau jalan.
57 Tabel 12 Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui
di masing-masing jalur hijau sungai Kota Bandar Lampung Famili Spesies
Pohon Way Halim
Way Kuripan
Way Sukoharjo
Way Simpur
Anacardiaceae Spondias pinnata
2,50 28,13
15,28 - Anacardiaceae
Mangifera indica 10,00
20,31 8,33 5,00
Annonaceae Annona muricata
1,25 4,69
- - Annonaceae
Annona squamosa -
- 1,39 -
Arecaceae Arenga pinnata
- -
5,56 10,00 Arecaceae
Areca catechu 6,25
- 5,56 -
Arecaceae Roystone regia
10,00 -
- - Bombacaceae
Durio zibethinus -
- - 5,00
Caesalpiniaceae Casia siamea
- -
- 5,00 Combretaceae
Terminalia cattapa 6,25
1,56 6,94 5,00
Euphorbiaceae Jatropha gossyfolia
- -
2,78 2,50 Euphorbiaceae
Hevea brasiliensis 10,00
3,13 5,56 -
Fabaceae Tamarindus indica
1,25 -
1,39 - Fabaceae
Acacia auriculiformis -
1,56 2,78 5,00
Fabaceae Leucaena leucocephala
5,00 4,69
1,39 - Fabaceae
Parkia speciosa 5,00
- - -
Gnetaceae Gnetum gnemon
18,75 -
36,11 10,00 Lauraceae
Persea americana -
4,69 - 2,50
Leguminosae Bauhinia purpurea
13,75 -
- - Leguminosae
Pterocarpus indicus 10,00
- 2,78 15,00
Lythraceae Lagerstroemia speciosa
1,25 -
1,39 - Malvaceae
Ceiba pentandra -
- 4,17 7,50
Malvaceae Hibiscus tiliaceus
13,75 12,50
16,67 20,00 Meliaceae
Melia azedarach -
- - 2,50
Mimosaceae Paracerianthes falcataria
2,50 -
- - Moraceae
Ficus benjamina 1,25
- - -
Moraceae Arthocarpus integra
3,75 17,19
2,78 10,00 Moraceae
Arthocarpus communis 5,00
17,19 1,39 2,50
Myrtaceae Eugenia aromatica
- 9,38
2,78 - Myrtaceae
Eugenia aquea 1,25
4,69 1,39 -
Oxalidaceae Averhoa bilimbi
1,25 -
- - Palmae
Cocos nucifera 56,25
60,94 86,11 37,50
Palmae Palm
- -
- 22,50 Rutaceae
Aegle marmelos 1,25
- - -
Rutaceae Morinda citrifolia
1,25 1,56
1,39 - Sapindaceae
Nephelium lapaceum -
- - 2,50
Sterculiaceae Pterospermum javanicum
3,75 -
- - Verbenaceae
Tectona grandis 3,75
- - 2,50
Verbenaceae Gmelina arborea
- -
2,78 - Jumlah individu per ha
196,25 192,19
216,67 172,50 Jumlah spesies
26 15
23 19
Dilihat dari spesies penyusunnya, secara kuantitatif perbedaan penyusun spesies ditunjukkan oleh nilai indeks diversitas seperti disajikan pada Tabel 13.
Dibandingkan dengan rata-rata nilai indeks diversitas jalur hijau jalan sebesar 0,76 standar deviasi 0,12 rata-rata nilai indeks diversitas jalur hijau sungai lebih
58 kecil, yaitu 0,61 standar deviasi 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa spesies
penyusun jalur hijau sungai lebih banyak persamaannya dibanding dengan jalur hijau jalan. Beberapa spesies, seperti Mangifera indica, Terminalia cattapa,
Hibiscus tiliaceus, Arthocarpus integra, Arthocarpus communis, dan Cocos nucifera bahkan ditemui di keempat jalur hijau sungai. Sementara Spondias
pinnata, Hevea brasiliensis, Gnetum gnemon, Acacia auriculiformis, Leucaena leucocephala, Eugenia aquea, Morinda citrifolia, dan Pterocarpus indicus
ditemukan di tiga jalur hijau. Tabel 13 Indeks diversitas dan indeks similaritas komunitas jalur hijau sungai
Kota Bandar Lampung dilihat dari spesies penyusunnya Way Halim
Way Kuripan Way Sukoharjo
Way Simpur Way Halim
1229 0,41
1534 0,44
837 0,23
Way Kuripan 0,59
1325 0,52
826 0,31
Way Sukoharjo 0,56
0,48 1230
0,40 Way Simpur
0,77 0,69
0,60 Keterangan:
Tingginya kesamaan komunitas jalur hijau sungai antara lain menunjukkan persamaan kondisi lingkungan dan kesukaan masyarakat terhadap spesies
tumbuhan. Spesies yang banyak ditemui di jalur hijau sungai adalah tanaman budidaya penghasil buah dan kayu. Areal jalur hijau sungai adalah lahan milik
yang penggunaannya sebagai kebun, pekarangan, atau permukiman. Oleh karena itu di lahan ini banyak ditemui tanaman budidaya, terutama tanaman
buah dan kayu. Ditinjau dari aspek keragaman hayati, berdasarkan indeks keragaman
Shanon H, seluruh jalur hijau sungai memiliki nilai H 2,00 Tabel 14. Jalur 1229
0,41 Jumlah spesies yang terdapat di kedua komunitas
Jumlah total spesies dari dua komunitas Nilai indeks similaritas
0,59 Nilai indeks diversitas
59 hijau sungai Way Halim, di samping memiliki indeks kekayaan spesies paling
tinggi 4,74 juga memiliki keragaman jenis paling tinggi 2,66. Akan tetapi jalur hijau sungai ini memiliki nilai indeks kemerataan yang relatif rendah 0,49,
artinya terdapat dominasi beberapa spesies, yaitu Cocos nucifera dan Gnetum gnemon. Di Way Sukoharjo, dilihat dari jumlah individu per ha, dominasi spesies
tersebut lebih besar. Spesies lain yang relatif dominan adalah Spondias pinnata dan Hibiscus tiliaceus. Akibatnya indeks kemerataan komunitas jalur hijau Way
Sukoharjo jauh lebih kecil. Tabel 14 Parameter keragaman spesies pohon masing-masing komunitas jalur
hijau sungai Bandar Lampung Jalur Hijau Sungai
Jumlah Individu
per ha Indeks
Kekayaan R
Indeks Keragaman
H Ideks
Kemerataan E
Way Halim 196
4,74 2,66
0,49 Way Kuripan
192 2,66
2,19 0,52
Way Sukoharjo 217
2,09 2,20
0,37 Way Simpur
172 3,49 2,57 0,62
5.1.2.3 Jalur Hijau Pantai
Dibandingkan dengan jalur hijau jalan dan jalur hijau sungai, jumlah spesies dan jumlah individu per ha di jalur hijau pantai lebih kecil. Data jumlah individu
masing-masing spesies yang ditemui di jalur hijau disajikan pada Tabel 15. Selain Cocos nucifera yang ditemukan di jalur hijau pantai panjang, di jalur hijau
pantai tidak ditemukan tanaman penghasil buah. Sebagian besar spesies yang ditemui merupakan pohon penghasil kayu dan sebagian kecil pohon
peneduhhias. Dilihat dari spesies penyusunnya, jalur hijau pantai Panjang dan jalur hijau
pantai Lempasing memiliki indeks diversitas yang tinggi 0,67 atau indeks kesamaan rendah 0,33. Dari 12 spesies yang ditemui, hanya 4 empat spesies
yang ditemui di kedua jalur hijau. Spesies tersebut adalah Terminalia cattapa, Hibiscus tiliaceus, Acacia auriculiformis, dan Leucaena leucocephala. Kedua
spesies pertama merupakan spesies yang biasa tumbuh alami di pantai, sedangkan kedua spesies terakhir merupakan spesies eksotik yang biasa
digunakan untuk kegiatan reboisasi dan penghijauan.
60 Tabel 15 Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui
di masing-masing jalur hijau pantai Kota Bandar Lampung Famili Nama
Ilmiah Lempasing Panjang
Arecaceae Roystone regia
2,63 - Casuarinaceae
Casuarina equisetifolia - 8,33
Combretaceae Terminalia cattapa
26,32 13,33 Fabaceae
Casia siamea 42,11 -
Fabaceae Acacia mangium
42,11 - Fabaceae
Acacia auriculiformis 3,95 18,33
Fabaceae Leucaena leucocephala
17,11 15,00 Malvaceae
Hibiscus tiliaceus 17,11 18,33
Meliaceae Toona sureni
11,84 - Mimosaceae
Paracerianthes falcataria 11,84 -
Moraceae Ficus benjamina
2,63 - Palmae
Cocos nucifera - 16,67
Jumlah individu per ha 178,63
90,00 Jumlah spesies
10 6
Dilihat dari penggunaan lahannya, jalur hijau pantai Panjang merupakan bagian dari pelataran pabrik dan perkantoran swasta, sedangkan jalur hijau
pantai Lempasing merupakan areal kompleks perumahan. Di jalur hijau pantai Panjang, sebagain besar pohon tumbuh secara alami tidak ditanam, kecuali
Acacia auriculiformis dan Leucaena leucocephala yang banyak ditanam di areal perkantoran sebagai tanaman peneduh. Sementara di jalur hijau pantai
Lempasing, sebagian besar pohon tumbuh karena ditanam, kecuali Terminalia cattapa dan Hibiscus tiliaceus yang tumbuh secara alami di pinggir laut.
Tabel 16 Parameter keragaman spesies pohon masing-masing komunitas jalur hijau sungai Bandar Lampung
Jalur Hijau Pantai Jumlah
Individu per ha
Indeks Kekayaan
R Indeks
Keragaman H
Indeks Kemerataan
E Lempasing 178
1,74 1,99
0,59 Panjang
90 1,11 1,76 0,92
Secara umum, dari hasil pengamatan di tujuh jalur hijau yang terdiri dari jalur hijau jalan, sungai, dan pantai ditemukan 54 spesies pohon Tabel 17.
61 Data pada Tabel 17 menunjukkan bahwa lima jenis pohon yang paling banyak
ditemui di jalur hijau jalan adalah Pterocarpus indicus, Swietenia macrophylla, Leucaena leucocephala, Dalbergia latifolia, dan Acacia auriculiformis; di jalur
hijau sungai adalah Cocos nucifera, Gnetum gnemon, Hibiscus tiliaceus, Spondias pinnata, dan Mangifera indica; sedangkan di jalur hijau pantai adalah
Casia siamea, Acacia auriculiformis, Terminalia cattapa, Hibiscus tiliaceus, dan Leucaena leucocephala. Akan tetapi, jika dilihat dari indeks nilai penting INP,
jenis pohon yang dominan di keseluruhan jalur hijau adalah Cocos nucifera, Pterocarpus indicus, Leucaena leucocephala, Swietenia macrophylla, dan Acacia
auriculiformis. Semuanya merupakan pohon yang sudah biasa dibudidayakan. Kecuali Cocos nucifera, jenis pohon tersebut diketahui merupakan tanaman
eksotik bagi Lampung yang dikembangkan oleh Departemen Kehutanan dalam kegiatan reboisasi. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekosistem buatan,
manajemen dan intervensi manusia sangat berperan terhadap keragaman jenis pohon di suatu daerah, khususnya di Kota Bandar Lampung.
Secara kuantitatif perbedaan spesies penyusun komunitas jalur hijau jalan, sungai, dan pantai ditunjukkan oleh nilai indeks similaritas IS atau indeks
diversitas seperti disajikan pada Tabel 18. Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa indeks similaritas antara jalur hijau jalan dan sungai adalah 0,60, berarti
60 spesies terdapat dikedua komunitas, baik di jalur hijau jalan maupun jalur hijau sungai. Antara jalur hijau jalan dengan jalur hijau pantai dan antara jalur
hijau sungai dengan jalur hijau pantai memiliki nilai indeks similaritas yang rendah, masing-masing 0,24 dan 0,22. Hal ini disebabkan, selain karena
kurangnya pengayaan pada komunitas jalur hijau pantai, juga karena kondisi edafis dan atmosfer pantai bersifat spesifik salin sehingga spesies yang cocok
dengan lingkungan jalur hijau jalan dan sungai belum tentu cocok dengan lingkungan pantai. Selain itu, pantai-pantai di Kota Bandar Lampung, merupakan
areal yang padat dengan bangunan. Pantai Panjang, merupakan tempat kedudukan Pelabuhan Panjang yang disekitarnya berkembang berbagai
bangunan, baik pergudangan, perkantoran, maupun permukiman. Sebagian Pantai Lempasing merupakan areal timbunan yang di atasnya berkembang
permukiman penduduk, baik permukiman yang dikembangkan oleh pengembang maupun yang dibangun oleh masyarakat secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
ruang tumbuh bagi pohon di kedua pantai ini semakin berkurang.
62 Tabel 17 Jenis-jenis pohon yang ditemui di berbagai jalur hijau Kota Bandar
Lampung
Jumlah individu pada jalur hijau
Famili Nama Ilmiah
Jalan Sungai Pantai KR FR
INP Anacardiaceae
Spondias pinnata 8,42 11,48
- 3,14 3,09 6.23 Anacardiaceae
Mangifera indica 1,88 10,91
- 3,41 1,03 4.44 Annonaceae
Annona muricata -
1,49 - 0,47 1,03 1,50
Annonaceae Annona squamosa
- 0,35
- 0,07 1,03 1,10 Aracaceae
Areca catechu 1,67 3,89
- 1,00 2,06 3,06 Aracaceae
Arenga pinnata -
2,95 - 0,33 2,06 2,40
Arecaceae Roystone regia
13,64 2,50 1,31 2,87 3,09 5.97 Bombacaceae
Durio zibethinus 0,48 1,25
- 0,47 1,03 1,50 Casuarinaceae
Casuarina sumtrana 2,98
- 4,16 0,67 2,06 2,73 Combretaceae
Terminalia cattapa 0,30 4,94
19,82 2,87 2,06 4.93 Euphorbiaceae
Hevea brasiliensis 0,71 4,67
- 1,14 2,06 3.20 Euphorbiaceae
Jatropha gossyfolia 4,02 1,32
- 1,14 2,06 3.20 Fabaceae
Casia siamea 3,09 1,25
21,05 3,21 2,06 5.27 Fabaceae
Delonix regia 4,17
- - 0,73 2,06 2,80
Fabaceae Tamarindus indica
0,60 2
- 0,40 1,03 1,43 Fabaceae
Acacia mangium 2,23
- 21,05 2,74 2,06 4.80
Fabaceae Intsia bijuga
3,27 -
- 0,40 3,09 3.49 Fabaceae
Leucaena leucocephala 15,48 2,77
16,05 5,68 3,09 8.77 Fabaceae
Acacia auriculiformis 10,92 2,34
11,14 3,41 3,09 6.50 Fabaceae
Parkia speciosa 0,83 1,25
- 0,27 2,06 2,33 Fabaceae
Leucaena glauca 0,89
- - 0,27 1,03 1,30
Fabaceae Dalbergia latifolia
10,98 -
- 3,87 2,06 5.94 Gnetaceae
Gnetum gnemon 0,89 16,22
- 3,27 2,06 5.34 Lauraceae
Persea americana 0,24 1,60
0,53 1,03 1,57 Leguminosae
Bauhinia purpurea 4,05 3,44
- 1,87 2,06 3.93 Leguminosae
Enterolobium cylocarpum 1,49
- - 0,27 2,06 2,33
Lythraceae Lagerstroemia speciosa
3,66 0,66 - 1,07 2,06 3,13
Malvaceae Ceiba pentandra
1,19 2,92 - 0,53 2,06 2,60
Malvaceae Hibiscus tiliaceus
- 15,73 17,72 4,21 2,06 6.27
Meliaceae Swietenia macrophylla
15,92 -
- 4,28 3,09 7.37 Meliaceae
Toona sureni 1,90
- 5,92 1,14 2,06 3.20 Meliaceae
Melia azedarach -
0,63 - 0,07 1,03 1,10
Mimosaceae Paracerianthes falcataria
3,39 0,63 5,92 2,54 3,09 5,63 Moraceae
Arthocarpus integra 3,87 8,43
- 2,20 2,06 4.27 Moraceae
Arthocarpus communis 1,19 6,52
- 1,40 2,06 3.46 Moraceae
Ficus benjamina 0,62 0,31 1,31 0,13 2,06 2,20
Myrtaceae Eugenia aquea
1,61 1,83 - 0,60 2,06 2,66
Myrtaceae Eugenia aromatica
0,30 3,04 - 0,40 2,06 2,46
Myrtaceae Psidium guajava
1,64 -
- 0,20 2,06 2,26 Oxalidaceae
Averhoa bilimbi -
0,31 - 0,07 1,03 1,10
Palmae Cocos nucifera
3,21 60,20 8,33 12,16 3,09 15.25
Palmae Palm
2,20 5,63 - 1,14 2,06 3.20
Rutaceae Morinda citrifolia
0,89 1,05 - 0,94 1,03 1,97
Sapindaceae Nephelium lapaceum
0,30 0,63 - 0,20 1,03 1,23
Sapotaceae Mimusop elengi
0,89 -
- 0,87 1,03 1,90 Sterculiaceae
Pterocarpus indicus 37,20 6,95
- 10,55 2,06
12.62 Sterculiaceae
Pterospermum javanicum 6,73 0,94
- 2,81 2,06 4.87 Sterculiaceae
Theobroma cacao 0,74
- - 0,33 1,03 1,36
Verbenaceae Tectona grandis
8,93 1,56 - 2,40 2,06 4.47
Verbenaceae Gmelina arborea
0,30 0,70 - 0,27 1,03 1,30
Jumlah spesies 44 39
12 100,00 100,00 200,00
63 Tabel 18 Indeks similaritas antar komunitas jalur hijau
Jalur Hijau Jalan
Sungai Pantai
Jalan 3050
0,60 1145
0,24 Sungai 0,40
941 0,22
Pantai 0,76 0,78
Keterangan:
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai indeks kekayaan jenis Indeks Margalef, indeks keragaman jenis Shanon H, dan indeks kemerataan
jenis masing-masing jalur hijau di Kota Bandar Lampung seperti disajikan pada Tabel 19. Data pada Tabel 19 menunjukkan bahwa jalur hijau jalan memiliki
indeks kekayaan jenis R dan indeks keragaman jenis H yang lebih tinggi dibanding jalur hijau sungai dan pantai. Tingginya indeks kekayaan dan
keragaman jenis pohon di jalur hijau jalan terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu 1 Perhatian pemerintah terhadap jalur hijau jalan lebih besar dibanding
terhadap jalur hijau sungai dan pantai dan 2 peran penduduk yang bertempat tinggal di pinggir jalan.
Tabel 19 Indeks struktur komunitas pohon masing-masing vegetasi jalur hijau Jalur
Hijau Jumlah
Spesies Indeks
Kekayaan R
Indeks Keragaman H
Ideks Kemerataan E
Jalan 43 6,34
3,10 0,56
Sungai 39 7,20 2,77
0,40 Pantai 12 2,00
2,24 0,68
Total 54 7,25
3,41 0,66
Perhatian Pemerintah Kota Bandar Lampung terhadap RTH setidaknya dapat dilihat dari biaya pengelolaan yang dikeluarkan. Akan tetapi pengelolaan
terhadap RTH tersebut terbatas hanya pada taman kota dan jalur hijau jalan 3050
0,60 Jumlah spesies yang terdapat di kedua komunitas
Jumlah total spesies dari dua komunitas Nilai indeks similaritas
0,40 Nilai indeks diversitas
64 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota. Menurut
Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Bandar Lampung 2004, biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan taman kota tahun 2003 sebesar Rp 65.252.000
dan tahun 2004 Rp 74.055.000. Dana tersebut dialokasikan hanya untuk pemeliharaan jalur hijau jalan dan taman kota, sementara untuk jalur hijau sungai
dan pantai tidak ada biaya pemeliharaan. Penanaman yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung
umumnya bersifat homogen, suatu segmen jalan tertentu ditanami dengan satu jenis pohon. Akibatnya pada komunitas jalur hijau jalan tersebut terdapat
dominasi beberapa spesies tertentu sehingga memiliki indeks kemerataan jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur hijau pantai. Di samping aspek
kepraktisan, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon pada jalur hijau jalan adalah kemudahan pemeliharaan, kemudahan
mendapatkan bibit, dan kecepatan tumbuh. Faktor keamanan dan keindahan belum begitu diperhatikan. Kecuali mahoni Swietenia macrophilla, jenis-jenis
yang mendominasi jalur hijau jalan merupakan pohon cepat tumbuh fast growing species, yaitu Pterocarpus indicus, Leucaena leucocephala, Dalbergia latifolia,
dan Acacia auriculiformis Peran penduduk yang bertempat tinggal di pinggir jalan terhadap kekayaan
dan keragaman jenis pohon jalur hijau jalan ada yang bersifat positif ada yang bersifat negatif. Pada areal yang penggunaan lahannya untuk permukiman
tempat tinggal umumnya penduduk menanami lahan kosong di sekitarnya dengan pepohonan. Sementara di areal yang penggunaan lahannya untuk niaga
pertokoan penduduk umumnya membiarkan areal tetap terbuka atau bahkan sengaja membukanya untuk kepentingan parkir kendaraan.
Pemilihan pohon oleh penduduk yang bertempat tinggal di pinggir jalan umumnya didasarkan pada satu atau kombinasi manfaat, yaitu peneduh,
ekonomi, pengendali pencemaran, dan atau keindahan. Penduduk yang memilih pohon peneduh umumnya tidak memperhatikan manfaat-manfaat lainnya. Hal
yang paling penting bagi mereka adalah adanya pohon yang melindunginya dari paparan terhadap sinar matahari dan bibitnya tersedia dengan mudah tanpa
harus membeli. Penduduk yang mengutamakan manfaat ekonomi mensyaratkan pohon
yang ditanamnya dapat menghasilkan terutama buah yang dapat dikonsumsi sendiri atau dijual, misalnya Cocos nucifera, Arthocarpus integra, Mangifera
65 indica, Annona muricata, dan Arthocarpus communis. Untuk spesies pohon ini,
penduduk kadang-kadang memilih varitas pohon yang memiliki keunggulan tertentu dan bersedia membayar dengan harga yang relatif tinggi. Penanaman
biasanya dilakukan di bahu jalan atau di perbatasan antara bahu jalan dengan pekarangan rumah.
5.2 Nilai Konservasi Komunitas RTH Kota Bandar Lampung