Nilai Konservasi Komunitas RTH Kota Bandar Lampung

65 indica, Annona muricata, dan Arthocarpus communis. Untuk spesies pohon ini, penduduk kadang-kadang memilih varitas pohon yang memiliki keunggulan tertentu dan bersedia membayar dengan harga yang relatif tinggi. Penanaman biasanya dilakukan di bahu jalan atau di perbatasan antara bahu jalan dengan pekarangan rumah.

5.2 Nilai Konservasi Komunitas RTH Kota Bandar Lampung

Dalam konteks penelitian ini, konservasi jenis pohon adalah upaya perlindungan pohon dari kepunahan, maka pohon yang bernilai konservasi adalah spesies yang perlu mendapatkan prioritas untuk dijaga dari kepunahan. Meffe and Carroll 1994 menyatakan bahwa secara konseptual, spesies merupakan salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam konservasi. Spesies yang hidup bersama di suatu tempat akan membentuk komunitas. Makin tinggi nilai konservasi suatu komunitas menunjukkan makin banyaknya spesies penyusun komunitas tersebut yang merupakan spesies prioritas untuk dilindungi atau dalam komunitas tersebut terdapat spesies yang bernilai konservasi tinggi. Sistem penilaian komunitas dirancang atas dasar nilai konservasi masing-masing spesies penyusunnya. Nilai tersebut selanjutnya disebut indeks konservasi I k . Nilai kepentingankonservasi suatu spesies ditentukan oleh karakteristik masing- masing spesies yang meliputi endemisme endemis atau non-endemis, status dilindungi atau tidak dilindungi, sifat tunggal atau jamak dan keliaran spesies budidaya atau non-budidaya. Indeks konservasi akan relevan jika digunakan untuk menilai vegetasi buatan karena komunitas alami diduga akan terdiri atas spesies endemis dan liar. Indeks ini juga sekaligus akan menunjukkan kinerja pengelola dalam menentukan pilihan spesies bagi komunitas yang dibuat dan dikelolanya.

5.2.1 Hutan Kota

Sebagaimana telah diuraikan, di RTH Kota Bandar Lampung berbentuk area hutan kota ditemukan 45 spesies pohon dari 24 family. Ditinjau dari aspek keendemisan, dari 44 spesies yang ditemukan, tidak ada yang termasuk dalam kategori endemis Sumatera Whitmore and Tantra,1986. Berdasarkan statusnya, terdapat dua spesies yang dilindungi, yaitu Durio zibethinus dan Dalbergia latifolia. Menurut sifatnya, enam spesies termasuk spesies tunggal dalam satu famili hanya ditemukan satu marga dan dalam satu marga 66 ditemukan hanya satu spesies dan 39 spesies termasuk spesies jamak. Berdasarkan keliarannya, 38 spesies termasuk spesies budidaya dan tujuh spesies termasuk spesies non-budidaya. Secara rinci, karakteristik masing- masing spesies pohon tersebut disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Karakteristik spesies pohon yang ditemukan pada ruang terbuka hijau berbentuk area di Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek konservasi Family Species Endemisme 1 Status 2 Sifat Keliaran 3 Anacardiaceae Anacardium occidentale Non-End Tdl Jamak Bdy Anacardiaceae Spondias pinnata Non-End Tdl Jamak Bdy Anacardiaceae Mangifera indica Non-End Tdl Jamak Bdy Annonaceae Annona squamosa Non-End Tdl Jamak Bdy Apocynaceae Alstonia scholaris Non-End Tdl Tunggal Nbdy Bigoneaceae Spathodea campanulata Non-End Tdl Tunggal Nbdy Bombacaceae Durio zibethinus Non-End Dl Tunggal Bdy Casuarinaceae Casuarina equisetifolia Non-End Tdl Jamak Nbdy Combretaceae Terminalia cattapa Non-End Tdl Tunggal Nbdy Euphorbiaceae Ricinus communis Non-End Tdl Jamak Bdy Euphorbiaceae Aleurites moluccana Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Delonix regia Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Casia siamea Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Acacia mangium Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Acacia auriculiformis Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Pithecellobium lobatum Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Leucaena leucocephala Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Parkia speciosa Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Leucanna sp Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Erythrina variegata Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Dalbergia latifolia Non-End Dl Jamak Bdy Fabaceae Sesbania grandiflora Non-End Tdl Jamak Bdy Gnetaceae Gnetum gnemon Non-End Tdl Tunggal Bdy Lauraceae Persea americana Non-End Tdl Jamak Bdy Lauraceae Cinnamomum burmanii Non-End Tdl Jamak Bdy Lythraceae Lagerstroemia speciosa Non-End Tdl Tunggal Bdy Malvaceae Ceiba pentandra Non-End Tdl Jamak Bdy Meliaceae Lansium domesticum Non-End Tdl Jamak Bdy Meliaceae Swietenia macrophylla Non-End Tdl Jamak Bdy Mimosaceae Paraserianthes falcataria Non-End Tdl Jamak Bdy Mimosaceae Albizia procera Non-End Tdl Jamak Nbdy Moraceae Arhocarpus elastica Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Ficus septica Non-End Tdl Jamak Nbdy Moraceae Arthocarpus integra Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Arthocarpus communis Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Eugenia aromatica Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Eugenia aquea Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Psidium guajava Non-End Tdl Jamak Bdy Rutaceae Aegle marmelos Non-End Tdl Jamak Nbdy Sapindaceae Nephelium lapaceum Non-End Tdl Jamak Bdy 67 Sterculiaceae Theobroma cacao Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Pterospermum javanicum Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Theobroma cacao Non-End Tdl Jamak Bdy Verbenaceae Tectona grandis Non-End Tdl Jamak Bdy Verbenaceae Peronema canescens Non-End Tdl Jamak Bdy Keterangan: 1 End = Endemis, berarti spesies endemis Sumatera; Non-End = Non- endemis berarti Non-endemis Sumatera 2 Dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 54KptsUm1972; Dl = dilindungi, dan Tdl = Tidak dilindungi. 3 Jamak = dalam satu family terdapat lebih dari satu genus atau dalam satu genus terdapat lebih dari satu spesies, Tunggal = dalam satu family hanya terdapat satu genus atau dalam satu genus terdapat satu spesies. 4 Bdy = budidaya, Nbdy = Non-budidaya Setelah dilakukan analisis terhadap seluruh spesies yang ditemukan pada masing areal hutan kota Tabel 3 dan dilakukan perhitungan, diperoleh nilai End, Sts, Sft, Klr dan I K masing-masing lokasi RTH berbentuk area hutan kota seperti disajikan pada Tabel 21. Hasil perhitungan nilai konservasi masing- masing spesies dan masing-masing komunitas disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa semua komunitas hutan kota yang diamati memiliki nilai N End nol. Ini berarti di seluruh hutan kota yang diamati tidak terdapat spesies pohon endemis Sumatera. Spesies yang ditemui merupakan spesies yang umum ditemui di berbagai tempat, bahkan beberapa diantaranya merupakan spesies eksotik yang sudah tersebar secara luas. Spesies eksotik tersebut antara lain adalah Swietenia macrophilla, Acacia auriculiformis, Acacia mangium, Anacardium occidentale, dan Theobroma cacao. Tiga spesies pertama digunakan secara luas, khususnya di Propinsi Lampung dan umumnya di seluruh Indonesia, sebagai tanaman reboisasipenghijauan. Dua spesies terakhir merupakan tanaman penghasil buah yang juga dikembangkan oleh pemerintah Dinas PertanianPerkebunan, PT Perkebunan Nusantara, perusahaan swasta, dan masyarakat. Saat ini, Theobroma cacao merupakan spesies yang dikembangkan secara luas oleh masyarakat di Propinsi Lampung karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Tabel 21 menunjukkan bahwa spesies dilindungi terdapat di hutan kota Way Halim, Gunung Langgar, dan Bukit Sukajawa. Walaupun demikian kontribusinya terhadap nilai I K masih kecil, dengan kisaran antara 0 s.d. 0,060 0,25. Spesies tersebut adalah Durio zibethinus dan Dalbergia latifolia Tabel 20. Spesies tunggal terdapat di seluruh hutan kota, walaupun kontribusinya Tabel 20 Lanjutan 68 terhadap I K juga masih kecil dengan kisaran antara 0,077 s.d. 0,176 0,25. Berdasarkan keliaran spesiesnya, Nilai Indeks berkisar antara 0 s.d. 0,235. Nilai indeks nol terdapat pada Bukit Sukajawa yang berarti di areal tersebut seluruh spesies yang ada merupakan spesies budidaya, sedangkan nilai indeks terbesar terdapat di Bukit Kelutum. Tabel 21 Nilai konservasi masing-masing komunitas RTH berbentuk area di Kota Bandar Lampung Lokasi Hutan Kota End Sts Sft Klr NLn2 I K 0,00 0,69 4,22 0,69 Way Halim Nilai indeks 0,00 0,02 0,10 0,02 8,32 0,04 0,00 0,00 5,73 2,08 Bukit Kelutum Nilai indeks 0,00 0,00 0,10 0,04 11,78 0,03 0,00 1,39 8,16 2,08 Gunung Langgar Nilai indeks 0,00 0,02 0,09 0,02 17,33 0,04 0,00 0,69 4,63 0,00 Bukit Sukajawa Nilai indeks 0,00 0,02 0,10 0,00 9,01 0,03 0,00 0,00 6,66 0,69 Gunung Kucing Nilai indeks 0,00 0,00 0,10 0,01 13,86 0,03 0,00 2,77 14,41 3,47 Total Hutan Kota Nilai indeks 0,00 0,03 0,09 0,02 30,50 0,04 Keterangan: End = Endemisme endemisnon-endemis Sts = Status dilindungitidak dilindungi Sft = Sifat TunggalJamak Klr = Keliaran budidayanon-budidaya I k = 4 Klr 2 , Sft 2 , Sts 3 , End 3 , s NilaiIndek + + + Berdasarkan data Tabel 21 dapat diketahui bahwa nilai konservasi komunitas ruang terbuka hijau berbentuk area di Kota Bandar Lampung seluruhnya tergolong rendah, dengan I K berkisar antara 0,02 s.d. 0,10 pada selang nilai 0 s.d. 1. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan tumbuh di areal RTH Kota Bandar Lampung tidak termasuk spesies yang perlu ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni 69 mendapatkan prioritas untuk dilindungi. Nilai konservasi masing-masing spesies berkisar antara 0 s.d. 0,35. Dua puluh sembilan spesies 65,91 bernilai 0 nol, 10 spesies 22,73 bernilai 0,17, dan hanya 5 lima spesies 11,36 yang bernilai sedang 0,35. Berdasarkan penilaian tersebut, spesies yang bernilai konservasi sedang adalah Casuarina equisetifolia, Terminalia cattapa, Alstonia scholaris, dan Spathodea campanulata.

5.2.2 Jalur Hijau

5.2.2.1 Jalur Hijau Jalan

Dari seluruh jalur hijau jalan yang diamati ditemukan 44 spesies pohon yang termasuk dalam 23 famili. Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui di masing-masing jalur hijau jalan Kota Bandar Lampung disajikan pada Tabel 8. Karakteristik masing-masing spesies ditinjau dari aspek konservasi disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Karakteristik spesies pohon yang ditemukan pada jalur hijau jalan di Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek konservasi Famili Nama Ilmiah Endemisme 1 Status 2 Sifat Keliaran 3 Anacardiaceae Spondias pinata Non-End Tdl Jamak Bdy Anacardiaceae Mangifera indica Non-End Tdl Jamak Bdy Arecaceae Areca catechu Non-End Tdl Tunggal Nbdy Bombacaceae Durio zibethinus Non-End Dl Jamak Bdy Malvaceae Ceiba pentandra Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Delonix regia Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Casia siamea Non-End Tdl Jamak Bdy Casuarinaceae Casuarina sumtrana Non-End Tdl Tunggal Nbdy Combretaceae Terminalia cattapa Non-End Tdl Tunggal Nbdy Euphorbiaceae Jatropha gossyfolia Non-End Tdl Jamak Bdy Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Tamarindus indica Non-End Tdl Tunggal Bdy Gnetaceae Gnetum gnemon Non-End Tdl Tunggal Bdy Lauraceae Persea americana Non-End Tdl Tunggal Bdy Fabaceae Acacia mangium Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Bauhinia purpurea Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Intsia bijuga Non-End Tdl Jamak Bdy Leguminosae Enterolobium cylocarpum Non-End Tdl Jamak Bdy Lythraceae Lagerstroemia speciosa Non-End Tdl Tunggal Bdy Meliaceae Swietenia macrophylla Non-End Tdl Jamak Bdy Meliaceae Toona sureni Non-End Tdl Jamak Bdy 70 Fabaceae Acacia auriculiformis Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Leucaena leucocephala Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Parkia speciosa Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Leucaena glauca Non-End Tdl Jamak Bdy Mimosaceae Paracerianthes falcataria Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Ficus benjamina Non-End Tdl Jamak Nbdy Moraceae Arthocarpus integra Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Arthocarpus communis Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Eugenia aromatica Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Eugenia aquea Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Psidium guajava Non-End Tdl Jamak Bdy Palmae Cocos nucifera Non-End Tdl Jamak Bdy Palmae Palm Non-End Tdl Jamak Bdy Arecaceae Roystone regia Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Dalbergia latifolia Non-End Dl Tunggal Bdy Rutaceae Morinda citrifolia Non-End Tdl Tunggal Bdy Sapindaceae Nephelium lapaceum Non-End Tdl Jamak Bdy Sapotaceae Mimusop elengi Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Pterocarpus indicus Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Pterospermum javanicum Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Theobroma cacao Non-End Tdl Jamak Bdy Verbenaceae Tectona grandis Non-End Tdl Jamak Bdy Verbenaceae Gmelina arborea Non-End Tdl Jamak Bdy Keterangan: 1 End = Endemis, berarti spesies endemis Sumatera; Non-End = Non- endemis berarti Non-endemis Sumatera 2 Dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 54KptsUm1972; Dl = dilindungi, dan Tdl = Tidak dilindungi. 3 Jamak = dalam satu family terdapat lebih dari satu genus atau dalam satu genus terdapat lebih dari satu spesies, Tunggal = dalam satu family hanya terdapat satu genus atau dalam satu genus terdapat satu spesies. 4 Bdy = budidaya, Nbdy = Non-budidaya Tabel 22 menunjukkan bahwa, dari 44 spesies yang ditemui, tidak ada spesies endemis Sumatera, dua spesies dilindungi, yaitu Durio zibethinus dan Dalbergia latifolia. Sebagian besar 75 dari spesies tersebut tergolong spesies polytipic dan 90,91 tergolong spesies budidaya. Setelah dilakukan analisis terhadap seluruh spesies yang ditemukan pada masing jalur hijau jalan Tabel 8 dan dilakukan perhitungan, diperoleh nilai End, Sts, Sft, Klr dan I K masing- masing lokasi jalur hijau jalan di Kota Bandar Lampung seperti disajikan pada Tabel 23. Data pada Tabel 23 menunjukkan bahwa semua komunitas pohon pada jalur hijau jalan yang diamati memiliki nilai End = nol. Ini berarti di seluruh Tabel 22 Lanjutan 71 jalur hijau jalan yang diamati tidak terdapat spesies pohon endemis Sumatera. Spesies yang di jalur hijau jalan tersebut merupakan spesies yang umum ditemui di berbagai tempat. Nilai-nilai Sts, Sft, dan Klr juga relatif kecil, dengan kisaran 0,00 s.d. 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa dipandang dari setiap aspek, spesies yang tumbuh di jalur hijau jalan Kota Bandar Lampung memiliki nilai konservasi yang sangat kecil, bahkan pada beberapa komunitas tidak bernilai konservasi. Tabel 23 Nilai konservasi masing-masing komunitas jalur hijau jalan di Kota Bandar Lampung JH Jalan End Sts Sft Klr NLN2 I K 0,00 0,69 4,05 0,00 Teuku Cik Ditiro Nilai indeks 0,00 0,02 0,07 0,00 11,78 0,02 0,00 0,00 2,03 0,00 Laks. Malahayati Nilai indeks 0,00 0,00 0,10 0,00 4,16 0,02 0,00 0,00 0,81 0,00 Radin Intan Nilai indeks 0,00 0,00 0,12 0,00 1,39 0,03 0,00 1,69 5,96 0,69 Sultan Agung Nilai indeks 0,00 0,02 0,10 0,01 13,17 0,03 0,00 0,00 6,25 1,39 Gatot Subroto Nilai indeks 0,00 0,00 0,08 0,02 15,25 0,03 0,00 1,39 7,06 0,00 Moh. Noer Nilai indeks 0,00 0,11 0,06 0,06 12,48 0,04 0,00 0,00 5,85 0,00 Sukarno- Hatta Nilai indeks 0,00 0,00 0,01 0,00 12,48 0,02 0,00 1,39 14,53 1,39 Total Jalur Hijau Jalan Nilai indeks 0,00 0,01 0,10 0,01 12,48 0,03 Keterangan: End = Endemisme endemisnon-endemis Sts = Status dilindungitidak dilindungi Sft = Sifat TunggalJamak Klr = Keliaran budidayanon-budidaya I k = 4 Klr 2 , Sft 2 , Sts 3 , End 3 , s NilaiIndek + + + ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni 72 Berdasarkan data Tabel 23 dapat diketahui bahwa nilai konservasi komunitas ruang terbuka hijau berbentuk jalur hijau jalan di Kota Bandar Lampung seluruhnya tergolong rendah, dengan I K berkisar antara 0,00 s.d. 0,06 pada selang nilai 0 s.d. 1. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan tumbuh di jalur hijau jalan Kota Bandar Lampung tidak termasuk spesies yang perlu mendapatkan prioritas untuk dilindungi. Nilai konservasi masing-masing spesies berkisar antara 0,00 s.d. 0,50. Sebagian besar 70,45 bernilai 0 nol, 20,45 spesies bernilai 0,25, dan hanya 9,10 spesies yang bernilai 0,50. Komunitas jalur hijau jalan Laksamana Malahayati dan Radin Intan memiliki nilai I K = 0. Ini berarti bahwa seluruh spesies yang tumbuh pada kedua komunitas tersebut tidak termasuk spesies yang perlu mendapatkan prioritas untuk dilindungi. Di Jalam Radin Intan ditemukan hanya dua spesies, yaitu Roystone regia dan Pterocarpus indicus, sedangkan di jalan Laksanama Malahayati, selain kedua spesies tersebut juga ditemukan empat spesies lain, yaitu Spondias pinnata, Jatropha gossyfolia, Swietenia macrophylla, dan Acacia auriculiformis. Jalan Radin Intan terletak di pusat kota Tanjung Karang yang padat dengan pertokoan, bank, dan hotel. Pohon tumbuh di atas bahu jalan trotoar pada lahan yang sangat terbatas. Hampir sama dengan jalan Radin Intan, jalan Laksamana Malahayati juga terletak di pusat kota Teluk Betung yang padat dengan pertokoan, tetapi di ruas jalan ini masih terdapat perumahan. Adanya perumahan penduduk ini menyebabkan spesies pohon di ruas jalan ini lebih beragam dibanding dengan jalan Radin Intan karena pohon-pohon tersebut umumnya tumbuh di tanah pekarangan.

5.2.2.2 Jalur Hijau Sungai

Dari seluruh jalur hijau sungai yang diamati ditemukan 39 spesies pohon yang termasuk dalam 22 famili. Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui di masing-masing jalur hijau sungai Kota Bandar Lampung disajikan pada Tabel 12, sedangkan karakteristik masing-masing spesies ditinjau dari aspek konservasi disajikan pada Tabel 24. Setelah dilakukan analisis terhadap seluruh spesies yang ditemukan pada masing areal hutan kota Tabel 12 dan dilakukan perhitungan, diperoleh nilai End, Sts, Sft, Klr dan I K masing- masing lokasi jalur hijau sungai seperti disajikan pada Tabel 25. 73 Tabel 24 Karakteristik spesies pohon yang ditemukan pada jalur hijau sungai di Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek konservasi Famili Nama Ilmiah Endemisme 1 Status 2 Sifat Keliaran 3 Anacardiaceae Spondias pinnata Non-End Tdl Jamak Bdy Anacardiaceae Mangifera indica Non-End Tdl Jamak Bdy Annonaceae Annona muricata Non-End Tdl Jamak Bdy Annonaceae Annona squamosa Non-End Tdl Jamak Bdy Aracaceae Roystone regia Non-End Tdl Jamak Bdy Arecaceae Arenga pinnata Non-End Tdl Jamak Nbdy Arecaceae Areca catechu Non-End Tdl Jamak Nbdy Bombacaceae Durio zibethinus Non-End Dl Jamak Bdy Combretaceae Terminalia cattapa Non-End Tdl Tunggal Nbdy Euphorbiaceae Jatropha gossyfolia Non-End Tdl Jamak Bdy Euphorbiaceae Hevea brasiliensis Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Casia siamea Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Tamarindus indica Non-End Tdl Tunggal Bdy Fabaceae Bauhinia purpurea Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Acacia auriculiformis Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Leucaena leucocephala Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Parkia speciosa Non-End Tdl Jamak Bdy Gnetaceae Gnetum gnemon Non-End Tdl Tunggal Bdy Lauraceae Persea americana Non-End Tdl Tunggal Bdy Lythraceae Lagerstroemia speciosa Non-End Tdl Tunggal Bdy Malvaceae Ceiba pentandra Non-End Tdl Jamak Bdy Malvaceae Hibiscus tiliaceus Non-End Tdl Tunggal Bdy Meliaceae Melia azedarach Non-End Tdl Tunggal Bdy Mimosaceae Paracerianthes falcataria Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Ficus benjamina Non-End Tdl Jamak Nbdy Moraceae Arthocarpus integra Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Arthocarpus communis Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Eugenia aromatica Non-End Tdl Jamak Bdy Myrtaceae Eugenia aquea Non-End Tdl Jamak Bdy Oxalidaceae Averhoa bilimbi Non-End Tdl Tunggal Bdy Palmae Cocos nucifera Non-End Tdl Jamak Bdy Palmae Palm Non-End Tdl Jamak Bdy Rutaceae Aegle marmelos Non-End Tdl Jamak Nbdy Rutaceae Morinda citrifolia Non-End Tdl Jamak Bdy Sapindaceae Nephelium lapaceum Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Pterocarpus indicus Non-End Tdl Jamak Bdy Sterculiaceae Pterospermum javanicum Non-End Tdl Jamak Bdy Verbenaceae Tectona grandis Non-End Tdl Jamak Bdy Verbenaceae Gmelina arborea Non-End Tdl Jamak Bdy Keterangan: 1 End = Endemis, berarti spesies endemis Sumatera; Non-End = Non- endemis berarti Non-endemis Sumatera 2 Dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 54KptsUm1972; Dl = dilindungi, dan Tdl = Tidak dilindungi. 3 Jamak = dalam satu family terdapat lebih dari satu genus atau dalam satu genus terdapat lebih dari satu spesies, Tunggal = dalam satu family hanya terdapat satu genus atau dalam satu genus terdapat satu spesies. 4 Bdy = budidaya, Nbdy = Non-budidaya 74 Tabel 25 Nilai konservasi masing-masing komunitas jalur hijau sungai di Kota Bandar Lampung JH Sungai End Sts Sft Klr NLN2 I K 0,00 0,69 6,54 2,08 Way Sukoharjo Nilai indeks 0,00 0,01 0,08 0,03 15,94 0,03 0,00 1,39 6,95 2,08 Way Simpur Nilai indeks 0,00 0,03 0,11 0,03 13,17 0,04 0,00 0,00 8,85 2,08 Way Halim Nilai indeks 0,00 0,00 0,10 0,02 17,33 0,03 0,00 0,00 3,53 1,39 Way Kuripan Nilai indeks 0,00 0,00 0,07 0,03 10,40 0,02 0,00 1,39 13,08 3,47 Total Jalur Hijau Sungai Nilai indeks 0,00 0,02 0,10 0,03 27,03 0,03 Keterangan: End = Endemisme endemisnon-endemis Sts = Status dilindungitidak dilindungi Sft = Sifat TunggalJamak Klr = Keliaran budidayanon-budidaya I k = 4 Klr 2 , Sft 2 , Sts 3 , End 3 , s NilaiIndek + + + Data pada Tabel 24 dan Tabel 25 menunjukkan bahwa di seluruh jalur hijau sungai kota Bandar Lampung tidak ditemukan spesies endemis Sumatera. Di seluruh jalur hijau sungai ditemukan satu spesies dilindungi, yaitu Durio zibethinus. Secara keseluruhan, nilai konservasi komunitas jalur hijau sungai Kota Bandar Lampung termasuk kategori rendah, dengan kisaran nilai I K 0,07 s.d. 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan tumbuh di jalur hijau sungai Kota Bandar Lampung tidak termasuk spesies yang perlu mendapatkan prioritas untuk dilindungi. Nilai konservasi masing- masing spesies berkisar antara 0,00 s.d. 0,50. Sebagian besar 58,97 bernilai 0 nol, 38,46 spesies bernilai 0,25, dan hanya 2,56 spesies yang bernilai 0,50. ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni 75

5.2.2.3 Jalur Hijau Pantai

Dari seluruh jalur hijau pantai yang diamati ditemukan 12 spesies pohon yang termasuk dalam 9 famili. Rata-rata jumlah individu per ha masing-masing spesies yang ditemui di masing-masing jalur hijau pantai Kota Bandar Lampung disajikan pada Tabel 15, sedangkan karakteristik masing-masing spesies ditinjau dari aspek konservasi disajikan pada Tabel 26. Setelah dilakukan analisis terhadap seluruh spesies yang ditemukan pada masing areal hutan kota Tabel 15 dan dilakukan perhitungan, diperoleh nilai End, Sts, Sft, Klr dan I K masing- masing lokasi RTH berbentuk jalur hijau pantai seperti disajikan pada Tabel 27. Tabel 26 Karakteristik spesies pohon yang ditemukan pada jalur hijau pantai di Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek konservasi Famili Nama Ilmiah Endemisme 1 Status 2 Sifat Keliaran 3 Fabaceae Casia siamea Non-End Tdl Jamak Bdy Casuarinaceae Casuarina equisetifolia Non-End Tdl Tunggal Bdy Combretaceae Terminalia cattapa Non-End Tdl Tunggal Nbdy Fabaceae Acacia mangium Non-End Tdl Jamak Bdy Malvaceae Hibiscus tiliaceus Non-End Tdl Jamak Nbdy Meliaceae Toona sureni Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Acacia auriculiformis Non-End Tdl Jamak Bdy Mimosaceae Paracerianthes falcataria Non-End Tdl Jamak Bdy Fabaceae Leucaena leucocephalla Non-End Tdl Jamak Bdy Moraceae Ficus benjamina Non-End Tdl Jamak Nbdy Aracaceae Roystone regia Non-End Tdl Jamak Bdy Palmae Cocos nucifera Non-End Tdl Jamak Bdy Keterangan: 1 End = Endemis, berarti spesies endemis Sumatera; Non-End = Non- endemis berarti Non-endemis Sumatera 2 Dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 54KptsUm1972; Dl = dilindungi, dan Tdl = Tidak dilindungi. 3 Jamak = dalam satu family terdapat lebih dari satu genus atau dalam satu genus terdapat lebih dari satu spesies, Tunggal = dalam satu family hanya terdapat satu genus atau dalam satu genus terdapat satu spesies. 4 Bdy = budidaya, Nbdy = Non-budidaya 76 Tabel 27 Nilai konservasi masing-masing komunitas jalur hijau pantai di Kota Bandar Lampung JH Pantai LN End LN Sts LN Sft LN Klr NLN2 I K 0,00 0,00 3,01 2,08 Lempasing Nilai indeks 0,00 0,00 0,09 0,06 6,93 0,04 0,00 0,00 1,50 2,08 Panjang Nilai indeks 0,00 0,00 0,07 0,10 4,16 0,04 0,00 0,00 3,41 2,77 Total Jalur Hijau Pantai Nilai indeks 0,00 0,00 0,08 0,07 4,16 0,04 Keterangan: End = Endemisme endemisnon-endemis Sts = Status dilindungitidak dilindungi Sft = Sifat TunggalJamak Klr = Keliaran budidayanon-budidaya I k = 4 Klr 2 , Sft 2 , Sts 3 , End 3 , s NilaiIndek + + + Tabel 27 menunjukkan bahwa nilai konservasi komunitas pantai di kota Bandar Lampung tergolong rendah, dengan nilai I K masing-masing 0,10 Pantai Lempasing dan 0,17 Pantai Panjang. Di kedua pantai tersebut tidak ditemukan spesies endemis Sumatera dan dilindungi. Nlai I K terbentuk oleh Sft dan Klr. Artinya di kedua pantai tersebut ditemukan spesies tunggal dan spesies non- budidaya. Beberapa spesies, seperti Hibiscus tilliaceus Malvaceae, dan Toona sureni Meliaceae seolah-olah merupakan spesies tunggal karena di lokasi ini spesies tersebut merupakan spesies tunggal dalam familinya. Akan tetapi di lokasi lain famili tersebut memiliki spesies yang berbeda sehingga tidak digolongkan sebagai spesies tunggal. Tumbuhan termasuk dalam sumberdaya genetik yang dapat diperbarui. Tetapi Olfield 1989 mengingatkan bahwa sifat terbarui dari sumberdaya genetik bersifat potensial. Tumbuhan dapat dipandang sebagai sumberdaya terbarui selama populasinya cadangan perkembangbiakan masing-masing individu dan material genetik yang dikandungnya dikelola dan dikonservasi secara layak untuk penggunaan jangka panjang. Potensi terbarui sumberdaya genetik dapat dengan mudah berubah menjadi tidak terbarui akibat kelangkaan dan reduksi populasi secara besar-besaran. United Nation Environmental Programme UNEP 1993 menyatakan bahwa keragaman hayati telah mengalami penurunan yang ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni ∑ N 1 LNni 77 cepat selama satu abad terakhir dibandingkan dengan ketika dinosaurus punah 65 juta tahun yang lalu. Kehilangan spesies telah menyebabkan menurunnya keragaman genetik, sebagi contoh sebanyak 492 spesies pohon kini mengalami risiko kepunahan. Salah satu faktor penyebab kelangkaan atau kepunahan spesies adalah introduksi spesies eksotik non-native species. Oleh karena itu, introduksi spesies eksotik perlu dikendalikan. Dilihat dari status spesiesnya, terdapat empat spesies pohon yang dilindungi, yaitu Arenga pinnata, Durio zibethinus, Dalbergia latifolia, dan Cinnamomum burmanii. Kecuali Arenga pinnata, spesies tersebut termasuk pohon budidaya yang mudah dikembangbiakan sehingga statusnya di Propinsi Lampung, khususnya Kota Bandar Lampung mungkin perlu ditinjau ulang. Dilihat dari sifatnya, terdapat 8 spesies yang termasuk tumbuhan tunggal dan tiga di antaranya termasuk spesies liar, yaitu Spathodea campanulata, Alstonia scholaris, dan Teminalia catappa. Spesies tersebut kegunaannya belum dikenal luas, kecuali A. scholaris yang diketahui sebagai tumbuhan obat. Keliaran spesies yang terdapat di areal RTH Kota Bandar Lampung nampaknya behubungan dengan endemisme. Dilihat dari keliarannya, 37 spesies 84 merupakan spesies budidaya dan dari 37 spesies budidaya tersebut, 23 spesies 62 merupakan spesies eksotik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memilih tanaman untuk dibudidayakan, masyarakat seolah-olah lebih menyukai pohon eksotik, karena spesies pohon yang ditanamnya merupakan spesies eksotik. Akan tetapi semua 100 anggota masyarakat yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka tidak tahu asal wilayah biogeografi spesies pohon yang ditanamnya. Beberapa spesies yang berasal dari luar rumpun biogerografi, seperti Tectona grandis, Paracerianthes falcataria, Aleurites moluccana, dan Dalbergia latifolia merupakan pohon yang dikembangkan oleh Departemen Kehutanan dalam kegiatan reboisasi dan penghijauan. Dilihat dari indeks nilai penting INP, terutama Tectona grandis merupakan spesies paling dominan INP = 20 dari seluruh spesies yang ditemui Setiawan et.al. 2006. Demikian juga spesies eksotik lainnya, umumnya memiliki INP yang lebih besar dari spesies lokal. Secara keseluruhan spesies eksotik memiliki INP sebesar 109,68, sementara spesies lokal memiliki INP 90,32. Di samping karena awalnya bersifat unik, indah, dan langka, biasanya pemilihan spesies pohon eksotik didasarkan pada keunggulan salah satu sifat pohon tersebut, misalnya kecepatan tumbuh atau nilai ekonomi yang tinggi. 78 Masyarakat maupun pemerintah Departemen dan Dinas Kehutanan tidak mempersoalkan apakah tumbuhan tersebut endemis atau eksotik. Intervensi manusia berperan dalam meningkatkan keragaman jenis pohon melalui penanaman pohon. Akan tetapi, pohon yang ditanam masyarakat merupakan spesies bernilai konservasi rendah karena merupakan pohon eksotik yang sudah biasa dibudidayakan, tidak dilindungi dan atau umumnya bersifat jamak. Bahwa spesies pilihan masyarakat tersebut merupakan spesies yang bernilai konservasi rendah sama sekali tidak disadari masyarakat maupun pemerintah, Departemen dan Dinas Kehutanan. 5.3 Peran RTH Kota Bandar Lampung sebagai Rosot Karbon 5.3.1 Hutan Kota