Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan secara adekuat memadai dalam kehidupan masyarakat Hamalik, 2009:3. Dengan kata lain pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan dari pendidikan menurut UUD 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang”. Kemudian pada Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” Sedangkan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas yang tertuang dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Penjabaran tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan bangsa yang cerdas, bertaqwa, dan beriman untuk kemajuan serta kesejahteraan umat manusia. Tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan serta kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Tercapainya tujuan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan proses belajar. Belajar erat kaitannya dengan hasil belajar karena belajar adalah suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses belajar tesebut. Dalam proses belajar umumnya ditekankan kemampuan pemahaman. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam sebuah situasi dan memperoleh pemahaman untuk memecahkan sebuah masalah. Paham dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Bloom dalam http:ian43.wordpress.com2010 1217pengertian-pemahaman “Here we are using the tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication .“ Artinya adalah disini kita menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Besar atau kecilnya pemahaman siswa dapat dilihat melalui nilai hasil belajar siswa atau melalui tes lisan maupun tulisan yang bersangkutan dengan materi tersebut. Siswa yang memiliki hasil belajar yang baik berarti siswa tersebut memiliki pemahaman yang baik pula terhadap materi pelajaran tersebut. Sebaliknya siswa yang memiliki hasil yang rendah maka tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga kurang baik. Pemahaman materi pelajaran memiliki posisi strategis yang diharapkan terus meningkat untuk memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa semakin baik. Dalam pelajaran akuntansi siswa harus mengerti dan menguasai konsep dasar akuntansi, laporan keuangan, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Akuntansi adalah mata pelajaran yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dan membekali siswa tentang pelaporan keuangan perusahaan. Siswa terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran tersebut, sehingga siswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari atau kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya. Sedangkan dalam pelajaran akuntansi tidak begitu cocok menggunakan pola belajar menghafal. Akuntansi bukanlah bidang studi yang hanya menggunakan angka-angka dan menghitung penjumlahan atau pengurangan, akan tetapi akuntansi juga merupakan bidang studi yang menggunakan penalaran yang membutuhkan logika. Selain itu dalam mengerjakan soal akuntansi diperlukan ketelitian dan kesabaran serta kecermatan. Apalagi bagi sebagian siswa remaja yang masih labil tingkat emosinya, kesalahan dalam mengerjakan akuntansi akan menimbulkan tingkat kebingungan tersendiri yang dapat mempengaruhi tingkat emosionalnya. Oleh karena itu dalam mengerjakan akuntansi seorang siswa tidak hanya membutuhkan logika, namun juga harus mempunyai pengendalian diri agar hasil belajar siswa dapat maksimal. Hasil belajar akuntansi merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru yang dapat diukur dengan tes dimana hasilnya dalam bentuk angka. Dalam mata pelajaran akuntansi, hasil belajar akuntansi memiliki arti penting sebagai indikator tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi akuntansi yang diajarkan selama menempuh proses belajar. Purwanto 2010:107 mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, faktor –faktor tersebut dibagi menjadi 2 faktor, meliputi faktor internal faktor raw input faktor murid anak itu sendiri dan faktor eksternal faktor enviromental input faktor lingkungan. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu meliputi kondisi fisiologis kesehatan dan pancaindera dan faktor psikologis minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu meliputi lingkungan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, kurikulum, progam bahan pengajaran, sarana dan fasilitas serta tenaga pengajar. Faktor internal merupakan faktor yang lebih dominan dalam menentukan hasil belajar. Menurut Sudjana 2010:39 faktor internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keberhasilan belajar dibandingkan dengan faktor eksternal. Faktor internal yang berperan penting dalam ketercapaian hasil belajar adalah intelegensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 2003:56 bahwa “Intelegensi memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa”. Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual. Dalam situasi yang sama, siswa dengan tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa dengan intelegensi sedang maupun rendah. Hal ini dikuatkan oleh Laidra et. al, 2007 yang mendapatkan hasil bahwa “intelligence was still the strongest predictor of grade point average GPA” intelegensi tetap menjadi predictor yang kuat pada nilai rata – rata . Kecerdasan yang sering dihubungkan dengan pemahaman dan hasil belajar adalah kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient IQ. Banyak yang mengatakan bahwa siswa dengan IQ tinggi akan lebih mudah untuk menangkap materi pelajaran dalam proses belajarnya dibandingkan siswa dengan IQ rendah. Proses belajar yang baik akan mengarahkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga konsekuensi dari IQ yang tinggi adalah hasil belajar yang tinggi. Bahkan banyak orang yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual saja. Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat mempengaruhi prestasi seseorang. Kecerdasan intelektual bukan merupakan satu-satunya kecerdasan yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada kecerdasan lain yang dapat mempengaruhi. Bahkan Daniel Goleman dalam Efendi 2005:57 menyatakan bahwa “Setinggi – tingginya, IQ menyumbang kira – kira 20 persen bagi faktor – faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan – kekuatan lain”. Jenis kecerdasan manusia banyak jenisnya. Menurut Garner dalam Efendi 2005:4 Kecerdasan ini mencakup Linguistic Intelligece Kecerdasan Bahasa, Logico Mathematical Intelligece Kecerdasan Logis Matematis, Visual Spatial Intelligece Kecerdasan Visual Spasial, Bodily Kinesthetic Intelligece Kecerdasan Kinestetik, Musical Intelligece Kecedasan Musik, Interpersonal Intelligece Kecerdasan Antarpribadi, Intrapersonal Intelligece Kecerdasan Intrapersonal, Natural Intelligece Kecerdasan Natural. Namun menurut Danah Zohar 2002 kecerdasan dasar manusia ada 3, yaitu kecedasan intelektual IQ, kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan spiritual SQ. Bahkan menurut Zohar 2002:4 semua jenis kecerdasan yang disebutkan Garner pada hakikatnya adalah varian dari ketiga kecerdasan utama IQ, EQ dan SQ serta pengaturan syaraf ketiganya. Ketiga kecerdasan ini bekerja sama dan saling mendukung. kecerdasan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Menurut Goleman dalam Saefullah 2012:168, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi to manage our emotional life with intelegence; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya the appropriateness of emotion and its expression melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketampilan sosial. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral Goleman 2004:xiii. Ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih –lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban strees tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa Goleman 2004:45. Kecerdasan selain kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaiu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia Zohar 2002: 4. Ciri –ciri individu yang mempunyai kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient SQ menurut Zohar 2005:211 adalah kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holisme kesadaran akan sistem, atau konektivitas, kepedulian, merayakan keragaman, independensi terhadap lingkungan, kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental “mengapa?”, kemampuan untuk membingkai ulang, memanfaatkan kemalangan secara positif, rendah hati, rasa keretpanggilan. Observasi awal yang dilakukan di MA Al Asror pada kelas XII IPS terdapat 2 kelas dengan jumlah 68 siswa. Observasi dilakukan dengan melihat dari daftar nilai ulanagan mata pelajaran akuntansi pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa ketika kelas XI IPS. Sistem penilaian yang digunakan berdasarkan Kurikulum 2006 KTSP. Dilihat dari daftar nilai mata pelajaran akuntansi pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa ketika kelas XI IPS menunjukkan bahwa perolehan nilai akuntansi belum mencapai hasil yang maksimal atau belum tuntas dimana lebih dari 50 jumlah siswa memperoleh nilai yang kurang dari 75. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang baik jika nilai siswa di atas batas KKM Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu 75 yang telah ditentukan oleh MA Al Asror. Ini menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi siklus akuntansi perusahaan jasa. Hal ini ditunjukkan pada nilai ulangan semester genap siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa kelas XI IPS 20132014 seperti pada lampiran 1 yang terangkum pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI MA Al Asror Semester Gasal 20132014 Kelas Jumlah Siswa Tuntas ≥ 75 Presentase Tidak Tuntas 75 Presentase XI IPS 1 35 15 43 20 57 XI IPS 2 33 15 45 18 55 Jumlah 68 30 44 38 56 Sumber : MA Al Asror Pengamatan tentang siswa diperoleh hasil bahwa siswa siswi MA Al Asror kelas XII IPS dapat beradaptasi dengan baik dan hubungan antar siswa terlihat baik yang menandakan mereka mempunyai empati dan hub sosal yang baik. Siswa selalu mengumpulkan tugas tepat waktu dan selalu aktif dalam kelas yang menandakan mereka mempunyai motivasi dalam belajar dan pengenalan diri yang baik. Dalam mengikuti pelajaran akuntansi pun mereka terlihat tertip dan dalam diskusi mereka terlihat dapat mengendalikan diri dalam menyampaikan pendapat dan menerima kritik. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai kecerdasan emosional yang baik. Siswa MA Al Asror juga rajin melakukan sholat dan selalu dekat dengan Tuhan. Siswa sering melakukan sholat berjamaah di waktu dzuhur. Siswa juga bersifat fleksibel dalam pergaulan, siswa berperilaku sesuai dengan nilai agama dan sosial yang berlaku dilingkungannya, siswa selalu taat dengan agama dan dapat menerima pendapat orang lain. Selain itu kebanyakan siswa tinggal di pondok pesantren, sehingga mereka terbiasa hidup bersama banyak orang dan terbiasa hidup dalam lingkungan dengan spiritual yang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa siswa mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa kelas XII IPS MA Al Asror bisa dikatakan baik. Namun hasil belajar akuntansi mereka bisa dibilang kurang memuaskan yang menandakan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akuntansi juga kurang. Padahal teori yang ada dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa. Kecerdasan emosional dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman dan hasil belajar yang baik. Karena kecerdasan emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman seperti hasil penelitian yang sudah banyak dilakukan sebelumnya yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi siswa. Seperti hasil penelitian Tjun, dkk 2009 yang menyatakan bahwa Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Penelitian Dwijayanti 2009 juga menyatakan bahwa atribut kecerdasan emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil penelitian Hanum 2011 juga menyatakan bahwa “atribut kecerdasan emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil penelitian Nugraha 2013 juga menunjukkan ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Selain kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual juga dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman siswa yang baik. Pada tujuan pendidikan nasional dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan nasional bukan hanya untuk menghasilkan individu yang cerdas dalam bidang pengetahuan dan teknologi saja, namun juga individu tersebut mempunyai keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia serta dapat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dari tujuan pendidikan nasional tersebut maka jelaslah bahwa kecerdasan spiritual ini mempunyai peranan penting. Pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang. Sehingga banyak siswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang siswa yaitu belajar. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang siswa akan mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga siswa akan sulit untuk memahami suatu pelajaran. Sementara itu, mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapakan nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual mampu mendorong siswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual IQ dan kecerdasan emosional EQ. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Rachmi 2010 yang menyatakan bahwa “kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi”. Riyanto 2007 menyatakan bahwa “EQ X1 dan SQ X2 baik secara serentak simultanbersama-sama maupun sendiri-sendiri parsial berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa mata diklat ekonomi Y. Dari hasil penelitian – penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman dan prestasi belajar akuntansi. Perbedaan antara hasil observasi yang dilakukan dengan hasil penelitian – penelitian terdahulu membuat peneliti ingin menguji kembali pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman siswa terhadap materi akuntansi khususnya siklus akuntansi perusahaan jasa. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemahaman materi akuntansi siswa yang ditunjukkan dengan tes pemahaman. Variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain empati, kemampuan membina hubungan dan kecerdasan spiritual Kesadaran diri, Spontanitas, Terbimbing oleh visi dan nilai, Holisme, Kepedulian, Merayakan keragaman, Independensi-terhadap-lingkungan, Kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental “mengapa?”, Kemampuan membingkai ulang, Memanfaatkan kemalangan secara positif, Rendah hati, Rasa keretpanggilan. Faktor kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diambil sebagai variabel independen. Sedangkan pemahaman terhadap materi akuntansi sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin menyusun skripsi dengan judul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI KELAS XII IPS MA AL ASROR TAHUN PELAJARAN 20142015 ”.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG.

6 64 14

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, PERILAKU BELAJAR, DAN PENGENDALIAN DIRI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

0 4 93

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 19

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SEKOLAH MEN

0 1 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI.

0 0 87

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI.

0 0 87

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI Catur Widatik

0 1 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

0 2 22

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI

0 0 19