1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun
pendidikan formal. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya dan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan secara adekuat memadai dalam kehidupan masyarakat
Hamalik, 2009:3. Dengan kata lain pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Tujuan dari pendidikan menurut UUD 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang”. Kemudian pada Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Sedangkan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas yang tertuang dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Penjabaran tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan bangsa yang cerdas, bertaqwa, dan beriman
untuk kemajuan serta kesejahteraan umat manusia. Tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu
dan berguna bagi kelangsungan serta kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Tercapainya tujuan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan proses belajar. Belajar erat kaitannya dengan hasil belajar karena belajar adalah suatu
proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses belajar tesebut. Dalam proses belajar umumnya ditekankan kemampuan pemahaman. Dalam situasi
belajar, seseorang terlibat langsung dalam sebuah situasi dan memperoleh pemahaman untuk memecahkan sebuah masalah.
Paham dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami
atau memahamkan. Menurut Bloom dalam http:ian43.wordpress.com2010
1217pengertian-pemahaman “Here we are using the tern “comprehension“ to
include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication
.“ Artinya
adalah disini kita menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang
termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.
Besar atau kecilnya pemahaman siswa dapat dilihat melalui nilai hasil belajar siswa atau melalui tes lisan maupun tulisan yang bersangkutan dengan
materi tersebut. Siswa yang memiliki hasil belajar yang baik berarti siswa tersebut memiliki pemahaman yang baik pula terhadap materi pelajaran tersebut.
Sebaliknya siswa yang memiliki hasil yang rendah maka tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga kurang baik.
Pemahaman materi pelajaran memiliki posisi strategis yang diharapkan terus meningkat untuk memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa semakin baik.
Dalam pelajaran akuntansi siswa harus mengerti dan menguasai konsep dasar akuntansi, laporan keuangan, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
Akuntansi adalah mata pelajaran yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dan membekali siswa tentang pelaporan keuangan perusahaan. Siswa
terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran tersebut, sehingga siswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari
atau kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya. Sedangkan dalam pelajaran akuntansi tidak begitu cocok menggunakan pola belajar menghafal.
Akuntansi bukanlah bidang studi yang hanya menggunakan angka-angka dan
menghitung penjumlahan atau pengurangan, akan tetapi akuntansi juga merupakan bidang studi yang menggunakan penalaran yang membutuhkan logika.
Selain itu dalam mengerjakan soal akuntansi diperlukan ketelitian dan kesabaran serta kecermatan. Apalagi bagi sebagian siswa remaja yang masih labil tingkat
emosinya, kesalahan dalam mengerjakan akuntansi akan menimbulkan tingkat kebingungan tersendiri yang dapat mempengaruhi tingkat emosionalnya. Oleh
karena itu dalam mengerjakan akuntansi seorang siswa tidak hanya membutuhkan logika, namun juga harus mempunyai pengendalian diri agar hasil belajar siswa
dapat maksimal. Hasil belajar akuntansi merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru yang dapat diukur dengan tes dimana hasilnya dalam bentuk angka. Dalam mata pelajaran akuntansi,
hasil belajar akuntansi memiliki arti penting sebagai indikator tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi akuntansi yang diajarkan selama
menempuh proses belajar. Purwanto 2010:107 mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, faktor –faktor
tersebut dibagi menjadi 2 faktor, meliputi faktor internal faktor raw input faktor murid anak itu sendiri dan faktor eksternal faktor enviromental input faktor
lingkungan. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu meliputi kondisi fisiologis kesehatan dan pancaindera dan faktor psikologis minat,
kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu meliputi lingkungan lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat, kurikulum, progam bahan pengajaran, sarana dan fasilitas serta tenaga pengajar.
Faktor internal merupakan faktor yang lebih dominan dalam menentukan hasil belajar. Menurut Sudjana 2010:39 faktor internal memberikan kontribusi
yang lebih besar terhadap keberhasilan belajar dibandingkan dengan faktor eksternal.
Faktor internal yang berperan penting dalam ketercapaian hasil belajar adalah intelegensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 2003:56 bahwa
“Intelegensi memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa”. Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk
beradaptasi pada dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian
individual. Dalam situasi yang sama, siswa dengan tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa dengan intelegensi sedang maupun rendah. Hal
ini dikuatkan oleh Laidra et. al, 2007 yang mendapatkan hasil bahwa “intelligence was still the strongest predictor of grade point average GPA”
intelegensi tetap menjadi predictor yang kuat pada nilai rata – rata .
Kecerdasan yang sering dihubungkan dengan pemahaman dan hasil belajar adalah kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient IQ. Banyak yang
mengatakan bahwa siswa dengan IQ tinggi akan lebih mudah untuk menangkap materi pelajaran dalam proses belajarnya dibandingkan siswa dengan IQ rendah.
Proses belajar yang baik akan mengarahkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga konsekuensi dari IQ yang tinggi adalah hasil belajar
yang tinggi. Bahkan banyak orang yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual saja.
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin
tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang
dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi orang dengan IQ tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat mempengaruhi prestasi seseorang. Kecerdasan intelektual bukan merupakan satu-satunya kecerdasan yang
menentukan keberhasilan seseorang, karena ada kecerdasan lain yang dapat mempengaruhi. Bahkan Daniel Goleman dalam Efendi 2005:57 menyatakan
bahwa “Setinggi – tingginya, IQ menyumbang kira – kira 20 persen bagi faktor – faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh
kekuatan – kekuatan lain”.
Jenis kecerdasan manusia banyak jenisnya. Menurut Garner dalam Efendi 2005:4 Kecerdasan ini mencakup Linguistic Intelligece Kecerdasan Bahasa,
Logico Mathematical Intelligece Kecerdasan Logis Matematis, Visual Spatial Intelligece Kecerdasan Visual Spasial, Bodily Kinesthetic Intelligece
Kecerdasan Kinestetik, Musical Intelligece Kecedasan Musik, Interpersonal Intelligece Kecerdasan Antarpribadi, Intrapersonal Intelligece Kecerdasan
Intrapersonal, Natural Intelligece Kecerdasan Natural. Namun menurut Danah Zohar 2002 kecerdasan dasar manusia ada 3, yaitu kecedasan intelektual IQ,
kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan spiritual SQ. Bahkan menurut Zohar 2002:4 semua jenis kecerdasan yang disebutkan Garner pada hakikatnya adalah
varian dari ketiga kecerdasan utama IQ, EQ dan SQ serta pengaturan syaraf ketiganya. Ketiga kecerdasan ini bekerja sama dan saling mendukung. kecerdasan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Menurut Goleman dalam Saefullah 2012:168, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi
to manage our emotional life with intelegence; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya the appropriateness of emotion and its expression melalui
ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketampilan sosial.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional
bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral Goleman 2004:xiii. Ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih
–lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban strees tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati
dan berdoa Goleman 2004:45. Kecerdasan selain kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaiu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain. SQ adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia Zohar 2002: 4.
Ciri –ciri individu yang mempunyai kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient
SQ menurut Zohar 2005:211 adalah kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holisme kesadaran akan sistem, atau konektivitas,
kepedulian, merayakan
keragaman, independensi
terhadap lingkungan,
kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental “mengapa?”, kemampuan untuk membingkai ulang, memanfaatkan kemalangan secara positif,
rendah hati, rasa keretpanggilan. Observasi awal yang dilakukan di MA Al Asror pada kelas XII IPS terdapat
2 kelas dengan jumlah 68 siswa. Observasi dilakukan dengan melihat dari daftar nilai ulanagan mata pelajaran akuntansi pada materi siklus akuntansi perusahaan
jasa ketika kelas XI IPS. Sistem penilaian yang digunakan berdasarkan Kurikulum 2006 KTSP. Dilihat dari daftar nilai mata pelajaran akuntansi pada
materi siklus akuntansi perusahaan jasa ketika kelas XI IPS menunjukkan bahwa perolehan nilai akuntansi belum mencapai hasil yang maksimal atau belum tuntas
dimana lebih dari 50 jumlah siswa memperoleh nilai yang kurang dari 75. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang baik jika nilai siswa di atas batas
KKM Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu 75 yang telah ditentukan oleh MA Al Asror. Ini menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi siklus
akuntansi perusahaan jasa. Hal ini ditunjukkan pada nilai ulangan semester genap
siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa kelas XI IPS 20132014 seperti pada lampiran 1 yang terangkum pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI MA Al Asror
Semester Gasal 20132014 Kelas
Jumlah Siswa
Tuntas ≥ 75
Presentase Tidak Tuntas
75 Presentase
XI IPS 1 35
15 43
20 57
XI IPS 2 33
15 45
18 55
Jumlah 68
30 44
38 56
Sumber : MA Al Asror Pengamatan tentang siswa diperoleh hasil bahwa siswa siswi MA Al Asror
kelas XII IPS dapat beradaptasi dengan baik dan hubungan antar siswa terlihat baik yang menandakan mereka mempunyai empati dan hub sosal yang baik.
Siswa selalu mengumpulkan tugas tepat waktu dan selalu aktif dalam kelas yang menandakan mereka mempunyai motivasi dalam belajar dan pengenalan diri yang
baik. Dalam mengikuti pelajaran akuntansi pun mereka terlihat tertip dan dalam diskusi mereka terlihat dapat mengendalikan diri dalam menyampaikan pendapat
dan menerima kritik. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai kecerdasan emosional yang baik.
Siswa MA Al Asror juga rajin melakukan sholat dan selalu dekat dengan Tuhan. Siswa sering melakukan sholat berjamaah di waktu dzuhur. Siswa juga
bersifat fleksibel dalam pergaulan, siswa berperilaku sesuai dengan nilai agama dan sosial yang berlaku dilingkungannya, siswa selalu taat dengan agama dan
dapat menerima pendapat orang lain. Selain itu kebanyakan siswa tinggal di
pondok pesantren, sehingga mereka terbiasa hidup bersama banyak orang dan terbiasa hidup dalam lingkungan dengan spiritual yang tinggi. Hal ini menyatakan
bahwa siswa mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa kelas
XII IPS MA Al Asror bisa dikatakan baik. Namun hasil belajar akuntansi mereka bisa dibilang kurang memuaskan yang menandakan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran akuntansi juga kurang. Padahal teori yang ada dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa. Kecerdasan
emosional dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman dan hasil belajar yang baik. Karena kecerdasan emosional mempunyai pengaruh terhadap
pemahaman seperti hasil penelitian yang sudah banyak dilakukan sebelumnya yang
mengatakan bahwa ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi siswa. Seperti hasil penelitian Tjun, dkk 2009 yang
menyatakan bahwa Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Penelitian Dwijayanti 2009 juga menyatakan bahwa atribut
kecerdasan emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Hasil penelitian Hanum 2011 juga menyatakan bahwa “atribut kecerdasan
emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil penelitian Nugraha 2013
juga menunjukkan ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Selain kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual juga dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman siswa yang baik. Pada tujuan pendidikan nasional dapat
dilihat bahwa tujuan pendidikan nasional bukan hanya untuk menghasilkan individu yang cerdas dalam bidang pengetahuan dan teknologi saja, namun juga
individu tersebut mempunyai keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia serta dapat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dari tujuan pendidikan nasional tersebut
maka jelaslah bahwa kecerdasan spiritual ini mempunyai peranan penting. Pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa
menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang. Sehingga
banyak siswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang siswa yaitu belajar. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang siswa akan
mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga siswa akan sulit untuk memahami suatu pelajaran.
Sementara itu, mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapakan
nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual mampu mendorong siswa
mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual IQ
dan kecerdasan emosional EQ. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Rachmi
2010 yang menyatakan bahwa “kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan
perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi”. Riyanto 2007 menyatakan bahwa “EQ X1 dan SQ X2 baik secara serentak
simultanbersama-sama maupun sendiri-sendiri parsial berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa mata diklat ekonomi Y. Dari hasil
penelitian – penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman dan prestasi belajar akuntansi.
Perbedaan antara hasil observasi yang dilakukan dengan hasil penelitian –
penelitian terdahulu membuat peneliti ingin menguji kembali pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman siswa
terhadap materi akuntansi khususnya siklus akuntansi perusahaan jasa. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemahaman materi akuntansi
siswa yang ditunjukkan dengan tes pemahaman. Variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain empati, kemampuan membina hubungan dan kecerdasan spiritual Kesadaran diri, Spontanitas,
Terbimbing oleh visi dan nilai, Holisme, Kepedulian, Merayakan keragaman, Independensi-terhadap-lingkungan,
Kecenderungan untuk
mengajukan pertanyaan fundamental “mengapa?”, Kemampuan membingkai ulang,
Memanfaatkan kemalangan secara positif, Rendah hati, Rasa keretpanggilan. Faktor kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diambil sebagai
variabel independen. Sedangkan pemahaman terhadap materi akuntansi sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin
menyusun skripsi dengan judul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KECERDASAN SPIRITUAL
TERHADAP PEMAHAMAN
AKUNTANSI KELAS XII IPS MA AL ASROR TAHUN PELAJARAN 20142015
”.
1.2. Rumusan Masalah