PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS MA AL ASROR TAHUN PELAJARAN 2014 2015

(1)

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP

PEMAHAMAN AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS

MA AL ASROR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Puput Nilam Sari NIM. 7101409039

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I

Drs. Subkhan

NIP. 195003271978031002

Pembimbing II

Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si. NIP. 197909232008122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dr. Ade Rustiana, M.Si. NIP. 196801021992031002


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Sandy Arief, S.Pd., M.Sc. NIP. 198307052005011002

Anggota I

Drs. Subkhan

NIP. 195003271978031002

Anggota II

Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si. NIP. 197909232008122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M. Si. NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Januari 2015

Puput Nilam Sari NIM. 7101409039


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Berangkat Dengan Penuh Keyakinan, Berjalan Dengan Penuh Keikhlasan,

Istiqomah Dalam Menghadapi Cobaan. (Muhammad Zainuddin Abdul

Madjid)”

Persembahan

Skripsi

ini

kupersembahkan

sekaligus sebagai ungkapan terima

kasihku kepada :

1. Papa Suslistiyo dan Mama Yumna tercinta yang telah memberikan segalanya, doa, ketulusan, cinta dan kasih sayangnya. 2. Kakakku mbak Fitri dan adikku Reza serta Mas Arya yang telah memberikan semangat dan motivasinya.

3. Almamater Universitas Negeri


(6)

vi

PRAKATA

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap

Pemahaman Akuntansi Siswa Kelas XII IPS MA Al Asror Tahun Pelajaran

2014/2015” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini, penyusun memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M. Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

3. Dr. Ade Rustina, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

4. Drs. Subkhan, Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dengan penuh kesabaran kepada penyusun selama penyusunan skripsi.

5. Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si. Dosen pembimbing II yang telah


(7)

vii

kepada penyusun selama penyusunan skripsi.

6. Sandy Arief, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dr. Agus Wahyudin, M.Si. Dosen wali yang telah memberikan perhatian, nasehat dan motivasi.

8. Drs. Sya‟roni, S.Pd, Kepala Sekolah MA Al Asror Semarang beserta staff yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Istigfaroh S.Pd, guru akuntansi yang telah membimbing selama penelitian berlangsung.

10.Siswa-siswi MA Al Asror Semarang yang telah memberikan bantuan.

11.Teman-teman Pendidikan Ekonomi (Akuntansi, S1) angkatan 2009.

12.Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Semoga atas izin dari Allah SWT skripsi ini dapat berguna sebagaimana mestinya.

Semarang, Januari 2015


(8)

viii SARI

Sari, Puput Nilam. 2015. “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA Al Asror Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs Subkhan II. Lyna Latifah, S.Pd., S.E., M.Si.

Kata kunci : Pemahaman Akuntansi, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual.

Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui dengan melihat kemampuan pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Pada observasi awal yang dilakukan ditemukan jika siswa mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang tinggi. Namun hasil observasi awal yang dilakukan menunjukkan bahwa perolehan nilai akuntansi belum mencapai hasil yang maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi siswa baik secara simultan maupun parsial.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS MA Al Asror Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 68 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah pemahaman akuntansi (Y), kecerdasan emosional (X1), kecerdasan spiritual (X2). Metode pengumpulan data dengan menggunakan instrument soal dan angket. Analisis data menggunakan deskriptif persentase dan analisis regresi linier berganda dengan persamaan Y = α + β1X1 + β2X2 + e.

Hasil penelitian secara simultan terdapat pengaruh positif antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi yang terlihat dari hasil perhitungan SPSS yang menunjukkan jika F hitung (13,595) > F tabel (3,13) dengan pengaruh sebesar 29,5%. Secara parsial juga tedapat hubungan positif dimana diperoleh nilai t hitung (2,977) > t tabel (1,99714) untuk kecerdasan emosional dengan besar pengaruh 11,97% dan t hitung (3,625) > t tabel (1,99714) untuk kecerdasan spiritual dengan besar pengaruh 16,81%.

Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA Al Asror tahun pelajaran 2014/2015 baik secara simultan maupun secara parsial. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pemahaman akuntansi yang belum diungkap dalam penelitian ini. Orang tua siswa dapat mengawasi, membimbing, memberi motivasi dan menanamkan nilai-nilai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Serta bagi siswa sebaiknya terus belajar mengelola emosi dirinya dan belajar mengatur ego nya.


(9)

ix

ABSTRACT

Sari, Puput Nilam. 2015. "The Effect of Emotional Intelligence and spiritual intelligence to the understanding of accounting students of class XII IPS MA Al Asror Academic Year 2014/2015". Final Project. Department of Education Economics and Accounting. Faculty of Economics. Semarang State University. First Advisor Drs Subkhan. Second Advisor. Lyna Latifah, S.Pd.,S.E., M.Si. Kata kunci: Understanding Accounting, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence.

Education is the primary means in shaping and creating quality human resources. Either indicators of learning goals can be determined by looking at the ability of student understanding. Results of preliminary observations show that accounting value has not maximum results. In preliminary observations foud if the student have high‟s emotional intelligence and spiritual intelligence. The purpose of this study was to determine whether emotional intelligence and spiritual intelligence effect on students' understanding of accounting either simultaneously or partially.

The subjects were students of class XII IPS MA Al Asror academic year 2014/2015 as many as 68 students. The variable in this study is an understanding of accounting (Y), emotional intelligence (X1), spiritual intelligence (X2). Data were collected by using the instrument of questions and questionnaires. Data analysis using descriptive percentages and multiple linear regression analysis with the equation Y = α + β1 X 1 + β2 X 2 + e.

The results of the study is simultaneously a positive effect between emotional intelligence and spiritual intelligence to the understanding of the accounting and results from SPSS calculation that shows if F count (13.595)> F table (3.13) with the effect of 29.5%. Partially also a positive relationship where the artifacts obtained t value (2.977)> t table (1.99714) for the influence of emotional intelligence with 11.97% and t (3.625)> t table (1.99714) for the spiritual intelligence with great influence 16.81%. The conclusions from this research that there is a positive influence between emotional intelligence and spiritual intelligence to accounting understanding student of class XII IPS MA Al Asror academic year 2014/2015 simultaneously and partially.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

2.1 Pengertian Pemahaman Akuntansi ... 17

2.1.1Pemahaman Siswa ... 17


(11)

xi

2.1.3Tingkat Pemahaman Siswa ... 25

2.1.4Indikator - Indiktor Pemahaman ... 29

2.1.5Pemahaman Akuntansi ... 31

2.2 Pengertian Kecerdasan ... 34

2.3 Kecerdasan Emosional ... 37

2.3.1Pengertian Emosi ... 37

2.3.2Pengertian Kecerdasan Emosional ... 41

2.3.3Indikator Kecerdasan Emosional ... 44

2.3.4Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi ... 48

2.4Kecerdasan Spiritual ... 50

2.4.1Pengertian Kecerdasan spiritual ... 50

2.4.2Indikator Kecerdasan spiritual ... 53

2.4.3Pengaruh Kecerdasan spiritual Terhadap Pemahaman Akuntansi .. 58

2.5Hasil Penelitian Terdahulu ... 61

2.6Kerangka Berpikir ... 62

2.7Hipotesis ... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

3.1.Jenis Penelitian ... 68

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 68

3.3.Variabel Penelitian ... 69

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 71


(12)

xii

3.4.2 Metode Tes ... 72

3.5. Instrumen Penelitian ... 73

3.5.1 Penyusunan Instrumen Penelitian ... 73

3.5.2 Uji Coba Instrumen ... 75

3.6. Metode Analisis Data ... 84

3.6.1 Statistik Deskriptif Persentase ... 84

3.6.2 Statistik Inferensial ... 87

3.6.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 87

3.6.2.2 Analisis Regresi ... 92

3.6.2.3 Uji Hipotesis ... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 96

4.1. Hasil Penelitian ... 96

4.2.1Deskriptif Responden Penelitian ... 96

4.2.2Analisis Deskriptif Variabel ... 96

4.1.3.1Deskriptif Variabel Pemahaman Akuntansi Siswa ... 97

4.1.3.2Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional ... 98

4.1.3.3Deskriptif Variabel Kecerdasan Spiritual ... 103

4.2.3Analisis Statistik Inferensial ... 112

4.1.3.1Pengujian Asumsi Klasik ... 112

4.1.3.3.1 Uji Normalitas ... 112

4.1.3.3.2 Uji Heterokedastisitas ... 114

4.1.3.3.3 Uji Multikolinieritas ... 116


(13)

xiii

4.1.3.2Analisis Regresi Linear Berganda... 118

4.1.3.3Pengujian Hipotesis ... 120

4.1.3.3.1Pengujian X1 dan X2 terhadap Y secara simultan (uji F) 120 4.1.3.3.2 Pengujian X1 dan X2 terhadap Y secara Parsial (uji t)... 121

4.1.3.3.3 Koefisien Determinasi Secara Simultan (R2) ... 123

4.1.3.3.4 Koefisien Determinasi Secara Parsial (r2) ... 125

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 126

4.2.1Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Pemahaman Akuntansi siswa MA Al Asror ... 126

4.2.2 Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi siswa MA Al Asror ... 128

4.2.3 Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Pemahaman Akuntansi siswa MA Al Asror ... 128

BAB V PENUTUP ... 133

5.1. Simpulan ... 133

5.2. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI

MA Al Asror Semester Gasal 2013/2014 ... 9

Tabel 2.1 Indikator Pemahaman... 30

Tabel 2.2 Indikator Soal Pemahaman Akuntansi ... 34

Tabel 2.3 Daftar Penelitian Terdahulu ... 61

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas XII IPS MA Al Asror ... 69

Tabel 3.2 Penilaian (scoring) Jawaban Resonden ... 72

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Angket Kecerdasan Emosional ... 77

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Kecerdasan Spiritual... 78

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional ... 80

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Kecerdasan Spiritual... 80

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Soal Pemahaman ... 82

Tabel 3.8 Distribusi Daya Pembeda Soal ... 85

Tabel 3.9 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal ... 86

Tabel 3.10 Kriteria Variabel Kecerdasan Emosional ... 88

Tabel 3.11 Kriteria Variabel Kecerdasan Spiritual ... 88

Tabel 3.12 Kriteria Variabel Pemahaman Akuntansi... 89

Tabel 4.1 Deskriptif Pemahaman Akuntansi... 97

Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kecerdasan Emosional ... 98

Tabel 4.3 Distribusi Indikator Mengenali Emosi Diri... 99


(15)

xv

Tabel 4.5 Distribusi Indikator Memotivasi Diri Sendiri ... 100

Tabel 4.6 Distribusi Indikator Empati ... 101

Tabel 4.7 Distribusi Indikator Kemampuan Membina Hubungan ... 102

Tabel 4.8 Distribusi Variabel Kecerdasan Spiritual ... 103

Tabel 4.9 Distribusi Indikator Kesadaran diri ... 104

Tabel 4.10 Distribusi Indikator Spontanitas ... 105

Tabel 4.11 Distribusi Indikator Terbimbing Oleh Visi dan Nilai ... 105

Tabel 4.12 Distribusi Indikator Holisme ... 106

Tabel 4.13 Distribusi Indikator Kepedulian ... 107

Tabel 4.14 Distribusi Indikator Merayakan Keragaman ... 107

Tabel 4.15 Distribusi Indikator Independensi Terhadap Lingkungan... 108

Tabel 4.16 Distribusi Indikator Bertanya Mengapa ... 109

Tabel 4.17 Distribusi Indikator Membingkai Ulang ... 109

Tabel 4.18 Distribusi Indikator memanfaatkan kemalangan secara positif .. 110

Tabel 4.19 Distribusi Indikator Rendah Hati ... 111

Tabel 4.20 Distribusi Indikator Keterpanggilan ... 111

Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas ... 113

Tabel 4.22 Uji Multikolinieritas ... 116

Tabel 4.23 Uji Linieritas Kecerdasan Emosional... 117

Tabel 4.24 Uji Linieritas Kecerdasan Spiritual ... 118

Tabel 4.25 Tabel Analisis Linier Berganda ... 119

Tabel 4.26 Uji Simultan (F) ... 121


(16)

xvi

Tabel 4.28 Koefisien Determinasi Secara Simultan R2... 123 Tabel 4.29 Koefisien Determinasi Secara Parsial (r2) ... 125


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir antaraKecerdasan Emosional dan

Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Akuntnasi ... 66 Gambar 4.1 Normal P-Plot ... 114 Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas ... 115


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nilai Ulangan Semester Genap Mata Pelajaran

Akuntansi Siswa kelas XI IPS MA Al Asror Tahun Ajaran

2013/2014 ... 140

Lampiran 2 Daftar Nama Responden Uji Coba Instrumen ... 141

Lampiran 3 Kisi-kisi Uji Coba Angket... ... 142

Lampiran 4 Kisi-kisi Uji Coba Soal Pemahaman Akuntansi... 143

Lampiran 5 Instrumen Uji Coba ... 144

Lampiran 6 Tabulasi Data Uji Coba Soal Pemahaman Akuntansi ... 155

Lampiran 7 Tabulasi Data Uji Coba Angket Kecerdasan Emosional... 156

Lampiran 8 Tabulasi Data Uji Coba Angket Kecerdasan Spiritual ... 157

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Akuntansi ... 158

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 160

Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual ... 162

Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas ... 165

Lampiran 13 Daftar Nama Responden Penelitian ... 166

Lampiran 14 Kisi – Kisi Angket Penelitian ... ... 167

Lampiran 15 Instrumen Penelitian ... 168

Lampiran 16 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 187

Lampiran 17 Tabulasi Data Penelitian Variabel Pemahaman Akuntansi ... 188

Lampiran 18 Tabulasi Data Penelitian Variabel Kecerdasan Emosional ... 191


(19)

xix

Lampiran 20 Statistik Deskriptif Variabel Pemahaman Akuntansi ... 197

Lampiran 21 Statistik Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional ... 199

Lampiran 22 Statistik Deskriptif Variabel Kecerdasan Spiritual ... 203

Lampiran 23 Output Analisis Uji Asumsi Klasik ... 209


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan secara adekuat (memadai) dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2009:3). Dengan kata lain pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tujuan dari pendidikan menurut UUD 1945 Pasal 31, ayat 3 menyebutkan

bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.

Kemudian pada Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan

persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

Sedangkan tujuan pendidikan dalam UU Sisdiknas yang tertuang dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi


(21)

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”

Penjabaran tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan bangsa yang cerdas, bertaqwa, dan beriman untuk kemajuan serta kesejahteraan umat manusia. Tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan serta kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Tercapainya tujuan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan proses belajar. Belajar erat kaitannya dengan hasil belajar karena belajar adalah suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses belajar tesebut. Dalam proses belajar umumnya ditekankan kemampuan pemahaman. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam sebuah situasi dan memperoleh pemahaman untuk memecahkan sebuah masalah.

Paham dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami

atau memahamkan. Menurut Bloom (dalam http://ian43.wordpress.com/2010/

12/17/pengertian-pemahaman) “Here we are using the tern “comprehension“ to

include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya


(22)

adalah disini kita menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.

Besar atau kecilnya pemahaman siswa dapat dilihat melalui nilai hasil belajar siswa atau melalui tes lisan maupun tulisan yang bersangkutan dengan materi tersebut. Siswa yang memiliki hasil belajar yang baik berarti siswa tersebut memiliki pemahaman yang baik pula terhadap materi pelajaran tersebut. Sebaliknya siswa yang memiliki hasil yang rendah maka tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga kurang baik.

Pemahaman materi pelajaran memiliki posisi strategis yang diharapkan terus meningkat untuk memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa semakin baik. Dalam pelajaran akuntansi siswa harus mengerti dan menguasai konsep dasar akuntansi, laporan keuangan, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.

Akuntansi adalah mata pelajaran yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dan membekali siswa tentang pelaporan keuangan perusahaan. Siswa terbiasa dengan pola belajar menghafal tetapi tidak memahami pelajaran tersebut, sehingga siswa akan cenderung mudah lupa dengan apa yang pernah dipelajari atau kesulitan untuk memahami apa yang diajarkan selanjutnya. Sedangkan dalam pelajaran akuntansi tidak begitu cocok menggunakan pola belajar menghafal. Akuntansi bukanlah bidang studi yang hanya menggunakan angka-angka dan


(23)

menghitung penjumlahan atau pengurangan, akan tetapi akuntansi juga merupakan bidang studi yang menggunakan penalaran yang membutuhkan logika. Selain itu dalam mengerjakan soal akuntansi diperlukan ketelitian dan kesabaran serta kecermatan. Apalagi bagi sebagian siswa remaja yang masih labil tingkat emosinya, kesalahan dalam mengerjakan akuntansi akan menimbulkan tingkat kebingungan tersendiri yang dapat mempengaruhi tingkat emosionalnya. Oleh karena itu dalam mengerjakan akuntansi seorang siswa tidak hanya membutuhkan logika, namun juga harus mempunyai pengendalian diri agar hasil belajar siswa dapat maksimal.

Hasil belajar akuntansi merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru yang dapat diukur dengan tes dimana hasilnya dalam bentuk angka. Dalam mata pelajaran akuntansi, hasil belajar akuntansi memiliki arti penting sebagai indikator tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi akuntansi yang diajarkan selama menempuh proses belajar.

Purwanto (2010:107) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, faktor–faktor tersebut dibagi menjadi 2 faktor, meliputi faktor internal / faktor raw input (faktor murid / anak itu sendiri) dan faktor eksternal / faktor enviromental input (faktor lingkungan). Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu meliputi kondisi fisiologis (kesehatan dan pancaindera) dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif) sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu meliputi lingkungan (lingkungan


(24)

keluarga, sekolah dan masyarakat), kurikulum, progam / bahan pengajaran, sarana dan fasilitas serta tenaga pengajar.

Faktor internal merupakan faktor yang lebih dominan dalam menentukan hasil belajar. Menurut Sudjana (2010:39) faktor internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keberhasilan belajar dibandingkan dengan faktor eksternal.

Faktor internal yang berperan penting dalam ketercapaian hasil belajar adalah intelegensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:56) bahwa

“Intelegensi memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa”. Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual. Dalam situasi yang sama, siswa dengan tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa dengan intelegensi sedang maupun rendah. Hal ini dikuatkan oleh Laidra et. al, (2007) yang mendapatkan hasil bahwa

intelligence was still the strongest predictor of grade point average (GPA)” (intelegensi tetap menjadi predictor yang kuat pada nilai rata – rata ).

Kecerdasan yang sering dihubungkan dengan pemahaman dan hasil belajar adalah kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ). Banyak yang mengatakan bahwa siswa dengan IQ tinggi akan lebih mudah untuk menangkap materi pelajaran dalam proses belajarnya dibandingkan siswa dengan IQ rendah. Proses belajar yang baik akan mengarahkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga konsekuensi dari IQ yang tinggi adalah hasil belajar


(25)

yang tinggi. Bahkan banyak orang yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual saja.

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat mempengaruhi prestasi seseorang.

Kecerdasan intelektual bukan merupakan satu-satunya kecerdasan yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada kecerdasan lain yang dapat mempengaruhi. Bahkan Daniel Goleman dalam Efendi (2005:57) menyatakan

bahwa “Setinggi – tingginya, IQ menyumbang kira – kira 20 persen bagi faktor – faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan –kekuatan lain”.

Jenis kecerdasan manusia banyak jenisnya. Menurut Garner dalam Efendi (2005:4) Kecerdasan ini mencakup Linguistic Intelligece (Kecerdasan Bahasa), Logico Mathematical Intelligece (Kecerdasan Logis Matematis), Visual Spatial Intelligece (Kecerdasan Visual Spasial), Bodily Kinesthetic Intelligece (Kecerdasan Kinestetik), Musical Intelligece (Kecedasan Musik), Interpersonal Intelligece (Kecerdasan Antarpribadi), Intrapersonal Intelligece (Kecerdasan Intrapersonal), Natural Intelligece (Kecerdasan Natural). Namun menurut Danah Zohar (2002) kecerdasan dasar manusia ada 3, yaitu kecedasan intelektual (IQ),


(26)

kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Bahkan menurut Zohar (2002:4) semua jenis kecerdasan yang disebutkan Garner pada hakikatnya adalah varian dari ketiga kecerdasan utama IQ, EQ dan SQ serta pengaturan syaraf ketiganya. Ketiga kecerdasan ini bekerja sama dan saling mendukung. kecerdasan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Menurut Goleman dalam Saefullah (2012:168), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelegence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketampilan sosial.

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral (Goleman 2004:xiii). Ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih–lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban strees tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa (Goleman 2004:45).

Kecerdasan selain kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaiu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan


(27)

hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia (Zohar 2002: 4). Ciri–ciri individu yang mempunyai kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) menurut Zohar (2005:211) adalah kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, holisme (kesadaran akan sistem, atau konektivitas),

kepedulian, merayakan keragaman, independensi terhadap lingkungan,

kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental “mengapa?”,

kemampuan untuk membingkai ulang, memanfaatkan kemalangan secara positif, rendah hati, rasa keretpanggilan.

Observasi awal yang dilakukan di MA Al Asror pada kelas XII IPS terdapat 2 kelas dengan jumlah 68 siswa. Observasi dilakukan dengan melihat dari daftar nilai ulanagan mata pelajaran akuntansi pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa ketika kelas XI IPS. Sistem penilaian yang digunakan berdasarkan Kurikulum 2006 (KTSP). Dilihat dari daftar nilai mata pelajaran akuntansi pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa ketika kelas XI IPS menunjukkan bahwa perolehan nilai akuntansi belum mencapai hasil yang maksimal atau belum tuntas dimana lebih dari 50% jumlah siswa memperoleh nilai yang kurang dari 75. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang baik jika nilai siswa di atas batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 75 yang telah ditentukan oleh MA Al Asror. Ini menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi siklus akuntansi perusahaan jasa. Hal ini ditunjukkan pada nilai ulangan semester genap


(28)

siswa pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa kelas XI IPS 2013/2014 seperti pada lampiran 1 yang terangkum pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI MA Al Asror Semester Gasal 2013/2014

Kelas Jumlah Siswa

Tuntas

≥ 75 Presentase Tidak Tuntas <75 Presentase

XI IPS 1 35 15 43% 20 57%

XI IPS 2 33 15 45% 18 55%

Jumlah 68 30 44% 38 56%

Sumber : MA Al Asror

Pengamatan tentang siswa diperoleh hasil bahwa siswa siswi MA Al Asror kelas XII IPS dapat beradaptasi dengan baik dan hubungan antar siswa terlihat baik yang menandakan mereka mempunyai empati dan hub sosal yang baik. Siswa selalu mengumpulkan tugas tepat waktu dan selalu aktif dalam kelas yang menandakan mereka mempunyai motivasi dalam belajar dan pengenalan diri yang baik. Dalam mengikuti pelajaran akuntansi pun mereka terlihat tertip dan dalam diskusi mereka terlihat dapat mengendalikan diri dalam menyampaikan pendapat dan menerima kritik. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa mempunyai kecerdasan emosional yang baik.

Siswa MA Al Asror juga rajin melakukan sholat dan selalu dekat dengan Tuhan. Siswa sering melakukan sholat berjamaah di waktu dzuhur. Siswa juga bersifat fleksibel dalam pergaulan, siswa berperilaku sesuai dengan nilai agama dan sosial yang berlaku dilingkungannya, siswa selalu taat dengan agama dan dapat menerima pendapat orang lain. Selain itu kebanyakan siswa tinggal di


(29)

pondok pesantren, sehingga mereka terbiasa hidup bersama banyak orang dan terbiasa hidup dalam lingkungan dengan spiritual yang tinggi. Hal ini menyatakan bahwa siswa mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi.

Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa kelas XII IPS MA Al Asror bisa dikatakan baik. Namun hasil belajar akuntansi mereka bisa dibilang kurang memuaskan yang menandakan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akuntansi juga kurang. Padahal teori yang ada dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa.

Kecerdasan emosional dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman dan hasil belajar yang baik. Karena kecerdasan emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman seperti hasil penelitian yang sudah banyak dilakukan sebelumnya yang

mengatakan bahwa ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi siswa. Seperti hasil penelitian Tjun, dkk (2009) yang menyatakan bahwa Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Penelitian Dwijayanti (2009) juga menyatakan bahwa atribut kecerdasan emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Hasil penelitian Hanum ( 2011) juga menyatakan bahwa “atribut kecerdasan emosional dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil penelitian Nugraha (2013) juga menunjukkan ada pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi.


(30)

Selain kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual juga dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman siswa yang baik. Pada tujuan pendidikan nasional dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan nasional bukan hanya untuk menghasilkan individu yang cerdas dalam bidang pengetahuan dan teknologi saja, namun juga individu tersebut mempunyai keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia serta dapat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Dari tujuan pendidikan nasional tersebut maka jelaslah bahwa kecerdasan spiritual ini mempunyai peranan penting.

Pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang. Sehingga banyak siswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang siswa yaitu belajar. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang siswa akan mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga siswa akan sulit untuk memahami suatu pelajaran. Sementara itu, mereka yang hanya mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapakan nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual mampu mendorong siswa mencapai keberhasilan dalam belajarnya karena kecerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Rachmi


(31)

perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi”. Riyanto (2007) menyatakan bahwa “EQ (X1) dan SQ (X2) baik secara serentak

(simultan/bersama-sama) maupun sendiri-sendiri (parsial) berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa mata diklat ekonomi (Y)". Dari hasil penelitian – penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman dan prestasi belajar akuntansi.

Perbedaan antara hasil observasi yang dilakukan dengan hasil penelitian – penelitian terdahulu membuat peneliti ingin menguji kembali pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman siswa terhadap materi akuntansi khususnya siklus akuntansi perusahaan jasa. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemahaman materi akuntansi siswa yang ditunjukkan dengan tes pemahaman. Variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan emosional (mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), kemampuan membina hubungan) dan kecerdasan spiritual (Kesadaran diri, Spontanitas, Terbimbing oleh visi dan nilai, Holisme, Kepedulian, Merayakan keragaman,

Independensi-terhadap-lingkungan, Kecenderungan untuk mengajukan

pertanyaan fundamental “mengapa?”, Kemampuan membingkai ulang,

Memanfaatkan kemalangan secara positif, Rendah hati, Rasa keretpanggilan). Faktor kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diambil sebagai variabel independen. Sedangkan pemahaman terhadap materi akuntansi sebagai variabel dependen. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin


(32)

menyusun skripsi dengan judul “PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN

AKUNTANSI KELAS XII IPS MA AL ASROR TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pemahaman

akuntansi siswa kelas XII IPS MA AL ASROR tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi

siswa kelas XII IPS MA AL ASROR tahun pelajaran 2014/2015?

3. Apakah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA AL ASROR tahun pelajaran 2014/2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA AL ASROR tahun pelajaran 2014/2015


(33)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA AL ASROR tahun pelajaran 2014/2015

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual terhadap pemahaman akuntansi siswa kelas XII IPS MA AL ASROR tahun pelajaran 2014/2015

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan, bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi siswa. a. Penelitian ini untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh M.O

Ogundokun dan D.A. Adeyemo (2010) bahwa kecerdasan emosional merupakan prediksi kuat yang mempengaruhi prestasi akademis. Namun dalam penelitian ini lebih fokus pada pemahaman akuntansi siswa. Selain itu dalam penelitian ini ditambahkan variabel kecerdasan spiritual.

b. Penelitian ini untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Aminuddin Hassan (2009) bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual ( SQ ) memainkan peran yang lebih besar dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan dalam konteks apapun . Namun dalam penelitian ini


(34)

lebih fokus pada pemahaman akuntansi siswa. Selain itu dalam penelitian ini teori variabel kecerdasan spiritual yang digunakan diambil dari Danah Zohar dan Ian Marsall agar dapat digunakan secara umum.

c. Penelitian ini merupakan penambahan variabel kecerdasan spiritual dan mengurangi variabel perilaku belajar dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shieva Hanum (2011). Selain itu dalam penelitian ini pengambilan nilai variabel pemahaman akuntansi diambil dari tes pemahaman akuntansi siswa sehingga nilainya benar - benar mewakili pemahaman akuntansi siswa.

d. Penelitian ini merupakan penambahan variabel dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggun Yuniani (2010), dimana dalam penelitian ditambah dengan variabel kecerdasan spiritual. Selain itu dalam penelitian ini pengambilan nilai variabel pemahaman akuntansi diambil dari tes pemahaman akuntansi siswa sehingga nilainya benar - benar mewakili pemahaman akuntansi siswa

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk dapat


(35)

b. Bagi Sekolah

1)Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi guru mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman akuntansi siswa.

2)Memberikan informasi kepada guru dan sekolah yang

berkepentingan mengenai seberapa besar konstribusi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap pemahaman siswa. 3)Sebagai umpan balik kepada sekolah yang berkepentingan dalam


(36)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Pemahaman Akuntansi 2.1.1.Pemahaman Siswa

Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan (Winkel, 1996 dalam http://www.Psychologymania

.com/2013/06/pengertian–pemahaman–siswa.html). Dalam kamus Bahasa

Indonesia, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar

tentang sesuatu hal (http://cirukem.org/pendidikancirukem /penelitian/).

Dalam proses belajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.

Pada hakikatnya, pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar. Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Menurut Fajri dan Senja (2008), pemahaman berarti proses perbuatan cara memahami. Sedangkan Depdikbud (1994) menjelaskan bahwa kata paham dapat berarti: (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan


(37)

pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik - baik supaya paham) (dalam http://ian43. wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/).

Dalam kamus psikologi, kata pemahaman berasal dari kata insight yang mempunyai arti wawasan, pengertian pengetahuan yang mendalam. Jadi, arti dari insight adalah suatu pemahaman atau penilaian yang beralasan mengenai reaksi - reaksi pengetahuan atau kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki seseorang (http://id.shvoong.com/socialciences/education/2203596pengertian pemahaman/ ).

Menurut Purwanto (1994:44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sementara Mulyasa (2003:78) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya menurut Hamalik (2003:48) pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan - hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis.

Kegiatan pemahaman dalam pembelajaran bukan hanya kegiatan berpikir semata, tetapi kegiatan bagaimana siswa melakukan sehingga menjadi pengalaman. Seperti dikemukakan Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman


(38)

merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

Pemahaman (comprehension) umumnya mendapat penekanan dalam

proses belajar mengajar. Menurut Bloom (1975, dalam http://ian43.wordpress.

com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/) “Here we are using the tern

“comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a

communication.“ Artinya: Disini menggunakan pengertian pemahaman

mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.

Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan. Salah satu tujuan pendidikan adalah memfasilitasi peserta didik to achieve understanding yang dapat diungkapkan secara verbal, numerikal, kerangka pikir positivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok, dan kerangka kontemplasi spiritual (Gardner, 1999). Pemahaman merupakan landasan bagi peserta didik untuk membangun insight dan wisdom (Longworth, 1999:91).

Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)

adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga


(39)

memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.

Partowisastro (1983: 22-24) mengemukakan empat macam pengertian pemahaman, yakni sebagai berikut: (1) pemahaman berarti melihat hubungan yang belum nyata pada pandangan pertama; (2) pemahaman berarti mampu menerangkan atau dapat melukiskan tentang aspek - aspek, tingkatan, sudut

pandangan - pandangan yang berbeda; (3) pemahaman berarti

memperkembangkan kesadaran akan faktor-faktor yang penting; dan (4) berkemampuan membuat ramalan yang beralasan mengenai tingkah lakunya.

Pemahaman merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar terhadap sesuatu. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam mengetahui atau mempelajari sesuatu. Belajar dengan mengharapkan sesuatu hasil yang baik, tidak cukup hanya sebatas kemampuan mangetahui. Seseorang memiliki pengetahuan atau mengetahui sesuatu, namun belum pasti ia memahaminya. Tetapi seseorang yang memiliki pemahaman, sudah tentu ia mengetahuinya. Dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut. Jadi, pemahaman masih lebih tinggi tingkatannya daripada pengetahuan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan definisi pemahaman siswa adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa untuk mengemukakan kembali


(40)

ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan, tulisan, maupun perbuatan kepada orang lain sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.

2.1.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruh Pemahaman

Para ahli pendidikan terutama yang concern terhadap psikologi pendidikan dan psikologi pembelajaran turut terlibat memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran terutama faktor yang mempengaruhi pemahaman dan belajar siswa. Pemahaman dipengaruhi oleh banyak faktor.

Purwanto (2010:107) mengemukakan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Secara garis besar, Ahmadi dan Prasetya (1997:103) membagi faktor – faktor tersebut sebagai berikut:

1. Faktor internal / raw input (faktor murid/anak itu sendiri) a. Kondisi fisiologis

a) Kesehatan badan

Kesehatan yang prima dan tidak dalam keadaan capai atau cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.

b) Panca indera

Faktor yang tidak kalah penting adalah indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Sebagian besar orang yang melakukan belajar tidak lepas dari indera penglihatan dan pendengaran.


(41)

b. Kondisi psikologis a) Minat

Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak diharapkan dia akan berhasil dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Oleh karena itu, para pendidik hendaknya memperhatikan begaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar dapat menarik minat para pelajar, atau bagaimana caranya menentukan agar para pelajar belajar mengenai hal-hal yang menarik minat mereka.

b) Kecerdasan

Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Saat ini dikenal ada 4 jenis kecerdasan yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial.

c) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Anak yang memiliki bakat yang tinggi, disebut anak berbakat. Secara definitif, anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional


(42)

diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi,

karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang tinggi.

d) Motivasi

Ada dua macam motivasi, yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari orang lain) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang timbul akibat pengaruh dorongan dari luar individu). Motivasi intrinsik pada umumnya lebih efektif daripada motivasi ekstrinsik.

e) Kemampuan kognitif

Kemampuan – kemampuan kognitif merupakan faktor-faktor yang penting dalam kegiatan belajar para siswa atau anak didik. Hal ini terjadi karena dalam menentukan keberhasilan belajar anak di sekolah masih lebih mengutamakan aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor yang merupakan aspek lain dari tujuan pendidikan lebih bersikap pelengkap. Kemampuan-kemampuan kognitif itu terutama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajarnya.

2. Faktor eksternal (dari luar diri anak itu sendiri) a. Faktor enviromental input (faktor lingkungan)

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami dapat berupa


(43)

keadaan suhu, kelembaban udara, dan sebagainya. Belajar dalam keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada keadaan udara panas. Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia maupun representasi (wakil) manusia seperti potret, rekaman, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik atau gemuruhnya pasar, serta lingkungan sosial yang jorok pun dapat mengganggu belajar. b. Faktor instrumental input

Faktor - faktor instrumental adalah faktor - faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor - faktor instrumental ini dapat berwujud faktor - faktor keras (hardware), seperti gedung, perlengkapan belajar, alat - alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan yang harus dipelajari, pedoman - pedoman belajar, dan sebagainya

Faktor internal merupakan faktor yang lebih dominan dalam menentukan keberhasilan belajar. Menurut Sudjana (2010:39) faktor internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keberhasilan belajar dibandingkan dengan faktor eksternal.

Faktor internal yang berperan penting dalam ketercapaian keberhasilan belajar adalah intelegensi / kecerdasan. Hal ini senada dengan pendapat Slameto

(2003:56) yang menyatakan bahwa “Intelegensi memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa”. Intelegensi adalah keahlian memecahkan


(44)

masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual. Intelegensi/ kecerdasan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

2.1.3. Tingkat Pemahaman Siswa

Sudjana (2010: 24) membagi pemahaman ke dalam tiga kategori, yakni sebagai berikut:

1. Tingkat pertama atau tingkat terendah, yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya;

2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan

bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok; dan

3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi, yakni pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Menurut Skemp (1976, dalam http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/ penelitian/) pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :


(45)

1. Pemahaman Instruksional.

Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pemahaman instruksional adalah pemahaman sejumlah konsep yang diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah. Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan.

2. Pemahaman Relasional

Pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational

understanding). Pemahaman relasional, yaitu dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.

Menurut Byers dan Herscovics (dalam http://cirukem.org/ pendidikan-cirukem/penelitian/) dalam menganalisis ide Skemp perlu pengembangan lebih jauh. Siswa terlebih dahulu diarahkan berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan


(46)

understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem”. Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa. Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal.

Selanjutnya Buxton (1978, dalam http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/ penelitian/) juga menanggapi pendapat Skemp tersebut dan mengembangkan dua pemahaman dari Skemp menjadi empat pemahaman, yaitu :

1. Pemahaman Meniru (rote learning).

Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa.

2. Pemahaman Observasi (observational understanding).

Pada tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola (pattern) atau kecenderungan.

3. Pemahaman Pencerahan (insightful understanding). 4. Pemahaman Relasional (relational understanding).

Pada tingkatan pemahaman ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.

Tingkat-tingkat pemahaman suatu disiplin ilmu menurut perkins dan simmons (1988) terbagi kedalam empat tingkatan, “Four interlocked levels of


(47)

knowledge the content frame, the problem solving frame, the epistemic frame, and the inquiry frame”. Selanjutnya kinach (2002, dalam Mulyana) merekontruksi klasifikasi pemahaman dari skemp untuk memodifikasi levels of disciplinary understanding sehingga terdapat lima tingkatan pemahaman yaitu,

content, concept, prolem, solving, epistemic, and inquriry”.

Kinach (2002, dalam Mulyana), memodifikasi tingkat pemahaman dari Perkins dan Simmons menjadi enam level pemahaman dengan menguraikan content frame menjadi dua tahap pemahaman yaitu content-level understanding (tahap pemahaman konten) dan concept level of disciplinary understanding (tahap pemahaman konsep). Tahap pemahaman konten terkait dengan

kemampuan memberikan contoh–contoh yang benar tentang kosa kata,

mengingat fakta-fakta dasar, dan terampil menggunakan algoritma atau mereplikasi strategi berpikir dalam situasi tertentu yang telah diajarkan

sebelumnya. Pengetahuan pada tahap ini adalah pengetahuan yang “diterima”

siswa, diberikan kepada mereka dalam bentuk informasi atau keterampilan yang terisolasi, bukan diperoleh siswa secara aktif.

Tingkat pemahaman konsep setingkat lebih tinggi dari pemahaman konten, dimana siswa terlibat aktif mengidentifikasi, menganalisis dan mensintesis pola-pola serta saling keterkaitan dalam memperoleh pengetahuan. Ciri-ciri dari tingkat pemahaman ini adalah kemampuan mengidentifikasi pola, menyusun definisi, mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain.

Kinach (2002, dalam Mulyan) juga berpendapat bahwa pemahaman instrumental dari Skemp setara dengan content-level understanding (tingkat


(48)

pemahaman konten), sedangkan pemahaman relasional meliputi pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan pemahaman epistemik, tidak termasuk pemahaman inkuiri.

Tingkat pemahaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep. Pemahaman konsep adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam memahami materi pelajaran akuntansi, karena dalam pelajaran akuntansi materi antara tiap bab saling berkaitan dan harus dipahami oleh siswa.

2.1.4. Indikator – Indikator Pemahaman

Untuk mengukur pemahaman diperlukan indikator–indikator soal sebagai paramenter pengukuran yang menjadikan ciri dari soal tersebut. Menurut Bloom yang telah diadaptasi oleh Anderson dan Krathwoh dalam A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: a Revision of Bloom’s Taxonomy (2001). menyatakan ada 7 indikator yang dapat dikembangkan dalam tingkatan proses koqnitif pemahaman (Understand). Katagori proses koqnitif, indikator dan definisinya ditunjukan seperti pada tabel 2.1, di bawah ini


(49)

Tabel 2.1

Indikator Pemahaman

Katagori dan Proses koqnitif (Categories & Cognitive

Processes)

Nama lain (Alternative

Names ) Definisi (definition)

Pemahaman (Understand)

Membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi, tulisan dan grafis

1. Interpretasi (interpreting)

a) Klarifikasi (Clarifying) b) Paraphrasing (Prase)

c) Mewakilkan

(Representing)

d) Menerjemahkan

(Translating)

Mengubah dari bentuk

yang satu ke bentuk yang lain 2. Mencontohkan (exemplifying) a) Menggambarkan (Illustrating) b) Instantiating Menemukan contoh khusus atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip 3. Mengklasifikasikan

(classifying)

a) Mengkatagorisasikan

(Categorizing )

b) Subsuming

Menentukan sesuatu yang dimiliki oleh suatu

katagori 4. Menggeneralisasika

n (summarizing)

a) Mengabstraksikan (Abstracting) b) Menggeneralisasikan

(generalizing )

Pengabstrakan tema-tema umum atau poin-poin utama

5. Inferensi (inferring) a) Menyimpulkan (Concluding) b) Mengektrapolasikan

(Extrapolating ) c) Menginterpolasikan

(Interpolating )

d) Memprediksikan

(Predicting)

Penggambaran kesimpulan logis dari informasi yang disajikan

6. Membandingkan

(comparing)

a) Mengontraskan (Contrasting)

b) Memetakan (Mapping) c) Menjodohkan (Matching)

Mencari hubungan antara dua ide, objek atau hal hal serupa

7. Menjelaskan (explaining)

a) mengkontruksi model

(Constructing models)

Mengkontruksi model sebab akibat dari suatu sistem)

Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 506/C/PP/2004 tanggal 11 november 2004 (Wardhani, 2008:10) tentang


(50)

penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika, yaitu sebagai berikut :

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya)

3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah

Untuk mengukur pemahaman dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator pemahaman menurut Bloom yang telah diadaptasi oleh Anderson dan Krathwoh disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian.

2.1.5. Pemahaman Akuntansi

Menurut American Accounting Association ( AAA ) (dalam Kusmurianto

2005:2) “Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan

melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut". Termasuk dalam definisi ini adalah keharusan bagi akuntansi untuk mengetahui lingkungan sosial ekonomi di sekitarnya.

Definisi akuntansi menurut Jusuf (2005: 4-5) dapat dilihat dari dua sudut pandang. Apabila ditinjau dari sudut pemakainya, Akuntansi merupakan suatu


(51)

disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Sedangkan ditinjau dari sudut kegiatannya, Akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi.

Paham dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar akuntansi

Menurut Nuraini (dalam Hanum, 2011) menyatakan pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi siswa adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan suatu organisasi. Pemahaman akuntansi siswa adalah seberapa besar siswa menangkap dan memahami materi akuntansi yang telah diajarkan oleh guru mereka.

Pemahaman akuntansi dapat dilihat dari hasil belajar siswa ataupun dengan tes pemahaman akuntansi siswa. Menurut Arifin (2001: 47) hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi.


(52)

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.

Pemahaman akuntansi yang dimaksudkan dalam penelitian adalah pemahaman akuntansi yang telah dimiliki siswa pada kelas XI IPS MA Al Asror. pemahaman yang dimaksudkan adalah materi yang telah diterima selama kelas XI, diantaranya akuntansi sebagai sistem informasi, dasar hukum dan pelaksanaan akuntansi, struktur dasar akuntansi dan siklus akuntansi perusahaan jasa. Namun materi yang akan digunakan dalam penelitian adalah materi siklus akuntansi perusahaan jasa.

Perusahaan jasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan berbagai pelayanan atau memproduksi produk yang tidak berwujud dengan tujuan mencari laba. Sisklus akuntansi perusahaan jasa meliputi pencatatan transaksi keuangan (jurnal umum), menggolongkan akun ke dalam buku besar, pengikhtisaran pada neraca saldo sebelum penyesuaian, penyesuaian nilai akun dalam jurnal penyesuaian, pengikhtisaran pada neraca saldo setelah penyesuaian, membuat laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, neraca, dan laporan perubahan modal, membuat jurnal penutup dan membuat neraca saldo setelah penutupan.

Untuk mengetahui pemahaman siswa peneliti memilih menggunakan tes pemahaman siswa. Karena dengan melakukan tes pemahaman siswa tentang akuntansi, kita dapat mengetahui sejauh mana siswa memahami akuntansi.

Tes mempunyai kegunaan untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu


(53)

(Suharsimi, 2009:149). Menurut Juanda (2009) tes yang diberikan digunakan untuk menentukan seberapa jauh penguasaan terhadap materi yang diberikan. Sebagai alat ukur keberhasilan itu digunakan soal baik berupa pilihan ganda, isian dan essay (uraian) tes. Jenis soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian.

Tes untuk mengukur pemahaman dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator pemahaman menurut Bloom yang telah diadaptasi oleh Anderson dan Krathwoh disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian. Indikator pemahaman yang digunakan dalam tes pemahaman akuntansi adalah :

Tabel 2.2

Indikator Soal Pemahaman Akuntansi N

o

Variable Indikator pemahaman

(Bloom) yang digunakan

Indikator soal

1 Pemahaman

akuntansi a)siklus akuntansi perusahaan jasa i. Menjelaskan (explaining)

i. Meggambarkan siklus

akuntansi perusahaan

jasa.

ii. Mencontohkan (exemplifying)

ii. Mencotohkan transaksi

keuangan perusahaan jasa

iii. Mengklasifikasikan (classifying)

iii. Mengklasifikasi transaksi perusahaan jasa

iv. Interpretasi (interpreting)

iv. Menginterprestasikasn

laporan keuangan

perusahaan jasa

v. Membandingkan

(comparing)

v. Menjodohkan konsep

dasar akuntansi

perusahaan jasa

2.2Pengertian Kecerdasan

Kita sering mendengar dan menjumpai kata kecerdasan. Dalam bahasa psikologi, kecerdasan sering disebut dengan kata intelligence, quotient, atau sering disebut intelegensi. Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence”


(54)

berarti kecerdasan, inteligen, atau keterangan – keterangan (Jayadi, 1985:159). Ahmadi (2009:176) juga mendefinisikan intelegensi sebagai situasi kecerdasan pikir, sifat – sifat perbuatan cerdas (inteligen). Masyarakat umum juga mengenal intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, atupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi (primazip.wordpress/ 2003/01/31/inteligensi-teori/).

Banyak pengertian kecerdasan oleh para ahli. Dalam buku Agus Effendi (2005) dijelaskan beberapa pengertian kecerdasan dari para ahli, diantaranya adalah :

a) Alfred Binet dan Theodor Simon mengatakan bahwa kecerdasan terdiri dari tiga komponen, yaitu

1. Kemampuan mengarahkan pikiran dan atau tindakan

2. Kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah

dilakukan.

3. Kemampuan mengkritik diri sendiri.

b) Tony Buzan (2001) mendefinisikan dengan “kemampuan untuk berfikir dengan cara – cara baru menjadi orisinil dan bila perlu, „berani tampil beda‟. Kecerdasan kreatif sendiri mencakup kefasihan, keluwesan, keaslian dan memperluas gagasan. Kecerdasan pribadi menyangkut pengetahuan dan pemenuhan diri, terutama tentang pemahaman diri sendiri, tentang model atau peta mental diri yang baik dan jujur, dan mampu belajar dari

pengetahuan tersebut”. Menurut Buzan manusia mempunyai 10 jenis


(55)

Kecerdasan spiritual, Kecerdasan jasmani, Kecerdasan indrawi, Kecerdasan seksual, Kecerdasan numeric, Kecerdasan spasial, dan Kecerdasan verbal. c) Piaget, mengatakan bahwa “intelligence is what you use when you don’t

know what to do”(kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan).

d) William H.Calvin, mengatakan bahwa seorang dikatakan smart apabila dia terampil dalam menemukan jawaban yang benar untuk masalah pilihan

hidup. “If your good at finding the righ answer to life’s multiple-choise questions, you’re good”. Calvin menegaskah bahwa “intelligence is a process not a place” (kecerdasan adalah suatu proses, bukan suatu tempat). Dengan kata lain, menurutnya adalah sebuah cara yang melibatkan banyak daerah otak (it is a way, involving many brain regions).

e) Menurut Howard Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk

memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.

Menurut Garner kecerdasan ini mencakup Linguistic Intelligece

(Kecerdasan Bahasa), Logico Mathematical Intelligece (Kecerdasan Logis-Matematis), Visual-Spatial Intelligece (Kecerdasan Visual-Spasial), Bodily-Kinesthetic Intelligece (Kecerdasan Kinestetik), Musical Intelligece (Kecedasan Musik), Interpersonal Intelligece (Kecerdasan Antarpribadi), Intrapersonal Intelligece (Kecerdasan Intrapersonal), Natural Intelligece (Kecerdasan Natural).

Menurut Danah Zohar (2002) kecerdasan dasar manusia ada 3, yaitu kecedasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual


(56)

(SQ). Bahkan menurut Zohar (2002:4) semua jenis kecerdasan yang disebutkan Garner pada hakikatnya adalah varian dari ketiga kecerdasan utama IQ, EQ dan SQ serta pengaturan syaraf ketiganya. Ketiga kecerdasan ini bekeja sama dan saling mendukung. Dan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

2.3Kecerdasan Emosinal 2.3.1.Pengertian Emosi

Emosi berasal dari bahasa latin “movere” yang artinya “menggerakkan,

bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak, merupakan hal mutlak dalam emosi. Oxford Engglis Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap – luap”. Menurut Daniel Goleman (2004:411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran – pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya merupakan dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam individu. Sebagai contoh, emosi gembira mendorong perubahan hati seseorang, sehingga secara fisiologi ia terlihat tertawa, sedangkan emosi sedih mendorong seseorang menagis.

Menurut Saefullah (2012:178) emosi berkaitan dengan perubahan fisiologi dan berbagai pikiran. Jadi. Emosi merupakan salah satu aspek penting dalam


(57)

kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku intensional manusia.

Menurut Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf dalam effendi (2005 :176), kata emotion bisa didefinisikan dengan gerakan (movement), baik secara metaforis, maupun literal, kata emotion adalah kata yang menunjukkan gerak perasaan. Menurut mereka sudah sekian lama emosi dipandang sebagai kedalaman (depth) dan kekuatan (power). Oleh karena itu pula, dalam bahasa latin, kedalaman dan kekuatan itu disebut dengan Motus Anima yang artinya

the spirit that moves us”, jiwa yang menggerakkan kita.

Banyak sekali jenis-jenis emosi, seperti ditunjukkan oleh Hermawan Kertajaya et all yang dikutip oleh Efendi (2005:177) bahwa ada ratusan jenis dan ragam emosi manusia. Karena banyaknya, emosi manusia memiliki variasi, kombinasi dan nuansa-nuansa. Menurut P. Shaver, ada 213 jenis emosi yang berbeda. Menurut Paul Ekman emosi dasar itu ada enam : anger (marah), fear (takut), surprise ( kejutan), disgust (jengkel), happiness (kebahagiaan), sadness (kesedihan). Robert Plutchik menambahkan dua emosi yang disebutkan dengan antisipasi (anticipation) dan penerimaan (acceptance). Sedangkan Daniel Goleman mempunyai daftar emosi yang relative lengkap yang oleh Kartajaya dikatakan representatif.

Golongan golongan besar emosi menurut Daniel Goleman (2004:411) ada delapan golongan, yaitu :

a) Amarah (Anger): beringas( fury), mengamuk (outrage), benci (resendment), marah besar (warth), jengkel (exasperation), kesal hati (indigination),


(58)

terganggu (vecation), rasa pahit (acymony), berang (animosity), tersinggung (annoyance), bermusuhan (irritability), dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan ( hostility) dan kebencian patolohis (violence).

b) Kesedihan (Sadness): pedih (grief), sedih (sorrow), muram (cheerlessness), suram (gloom), melankolis (melancholy), mengasihani diri (self-pity), kesepian (loneliness), ditolak (dejection), putus asa (despair), dan kalau menjadi patologis, depresi berat (depression).

c) Rasa takut (Fear): cemas (anxiety), takut (apprehension), gugup (nervousness), khawatir (concern), waswas (consternation), perasaan takut sekali (misgiving), khawatir (wariness), waspada (qualm), sedih (edginess), tidak tenang (dread), ngeri (fright), takut sekali (terror), kecut , sebagai patologi, fobia (phobia) dan panik (panic).

d) Kenikmatan (Enjoyment): bahagia (happiness), gembira (joy), ringan (relief), puas (contentment), riang (bliss), senang (delight),terhibur (amusement), bangga (pride), kenikmatan indrawi (sensual pleasure), takjub (thrill), rasa terpesona (rapture), rasa puas (gratification), rasa terpenuhi (satisfaction), kegirangan luar biasa (euphoria), senang (whimsy), senang sekali (ecstasy), dan batas ujungnya mania (mania).

e) Cinta (Love): penerimaan (acceptance), persahabatan (friendliness), kepercayan (trust), kebaikan hati (kindness), rasa dekat (affinity), bakti (devotion), hormat (adoration), kasmaran (infatuation), kasih (agape). f) Terkejut (surpise): terkejut (shock), terkesiap (astonishment), takjub


(59)

g) Jengkel (disgust): hina (contempt), jijik (disdain), muak (scorn), mual, benci (abhorrence), tidak suka (avertion), mau muntah (distante), tidak enak perasaan (revultion).

h) Malu (shame): rasa salah (guilt), malu hati (embarrassement), kesal hati (chagrin), sesal (remorse), hina (humiliation), aib (regret), dan hati hancur lebur (mortification).

Tokoh lain yang mengemukakan macam – macam emosi adalah Descrates

dan J.B. Watson. Menurut Descrates emosi terbagi atas desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran), love (cinta) dan joy (kegembiraan). Adapun J.B Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu fear (ketakutan), rage (kemarahan), dan love (cinta).

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Daniel Goleman, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam The Nicomachea Ethics, pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter, dan hidup yang benar, kehidupan emosional dapat dikuasai dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dapat dilatih dengan baik, akan memiliki kebijaksanaan. Nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup. Akan tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tidak terkendalikan. Dan hal itu sering terjadi. Menurut Aristoteles dalam Goleman (1996:xvi), masalahnya bukan mengenai emosionalitas, melainkan keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikannya.


(1)

46 Res046 5 5 4 14 TS 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 164 TS 47 Res047 5 5 4 14 TS 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 158 TS 48 Res048 5 5 5 15 TS 5 5 10 TS 5 4 4 13 T 154 TS 49 Res049 5 5 4 14 TS 4 5 9 T 4 5 5 14 TS 166 TS 50 Res050 4 4 4 12 T 4 4 8 T 4 4 4 12 T 149 TS 51 Res051 5 3 4 12 T 4 4 8 T 3 3 4 10 S 145 T 52 Res052 4 5 4 13 T 5 4 9 T 4 3 4 11 S 139 T 53 Res053 4 4 4 12 T 4 4 8 T 4 4 4 12 T 152 TS 54 Res054 3 3 3 9 S 3 3 6 S 3 3 3 9 S 143 T 55 Res055 3 3 4 10 S 3 4 7 S 4 4 4 12 T 140 T 56 Res056 5 5 4 14 TS 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 162 TS 57 Res057 5 5 4 14 TS 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 162 TS 58 Res058 5 5 4 14 TS 4 5 9 T 5 4 4 13 T 161 TS 59 Res059 5 5 5 15 TS 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 169 TS 60 Res060 5 5 4 14 TS 4 4 8 T 4 4 4 12 T 162 TS 61 Res061 4 4 4 12 T 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 160 TS 62 Res062 3 5 5 13 T 4 4 8 T 4 4 4 12 T 150 TS 63 Res063 4 5 4 13 T 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 159 TS 64 Res064 5 5 4 14 TS 5 5 10 TS 5 4 4 13 T 157 TS 65 Res065 5 5 5 15 TS 5 4 9 T 4 4 4 12 T 155 TS 66 Res066 4 4 4 12 T 4 4 8 T 4 3 3 10 S 149 TS 67 Res067 4 4 4 12 T 5 5 10 TS 5 5 5 15 TS 161 TS 68 Res068 4 5 4 13 T 4 4 8 T 5 5 5 15 TS 160 TS

TOTAL

309 304 278 891 TS 303 306 609 TS 297 292 302 891 TS 10615 TS Rata-rata 13 TS Rata-rata 9 T Rata-rata 13 TS 156.10 TS

Descriptive Statistics N Ra ng e Mi ni mu m Ma xim um M ea n Std. Deviati on Va ria nc e K.SPIRITU AL 68 30 .0 0 13 9.0 0 169 .00 1. 56 10 E2 7.8553 0 61 .7 06 Valid N


(2)

Lampiran 23

Output Analisis Uji Asumsi Klasik

Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 68

Normal Parametersa

Mean .0000000

Std. Deviation 7.45299936

Most Extreme Differences

Absolute .110

Positive .110

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .910

Asymp. Sig. (2-tailed) .379

a. Test distribution is Normal.

Charts


(3)

Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -68.147 24.480 -2.784 .007

K.EMOSIONAL .529 .178 .316 2.977 .004 .963 1.039

K.SPIRITUAL .435 .120 .385 3.625 .001 .963 1.039

a. Dependent Variable: PEMAHAMAN AKUNTANSI


(4)

Linieritas

Uji Linieritas Kecerdasan Emosional

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig. PEMAHAMAN

AKUNTANSI * K.EMOSIONAL

Between Groups

(Combined) 2709.844 18 150.547 2.872 .002

Linearity 804.547 1 804.547 15.348 .000

Deviation from Linearity 1905.297 17 112.076 2.138 .020

Within Groups 2568.626 49 52.421

Total 5278.471 67

Uji Linieritas Kecerdasan Spiritual

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig. PEMAHAMAN

AKUNTANSI * K.SPIRITUAL

Between Groups

(Combined) 3090.554 26 118.867 2.227 .011

Linearity 1049.372 1 1049.372 19.664 .000

Deviation from Linearity 2041.181 25 81.647 1.530 .111

Within Groups 2187.917 41 53.364


(5)

Lampiran 24

Output Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 K.SPIRITUAL,

K.EMOSIONALa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PEMAHAMAN AKUNTANSI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .543a .295 .273 7.56679

a. Predictors: (Constant), K.SPIRITUAL, K.EMOSIONAL b. Dependent Variable: PEMAHAMAN AKUNTANSI

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1556.808 2 778.404 13.595 .000a

Residual 3721.662 65 57.256

Total 5278.471 67

a. Predictors: (Constant), K.SPIRITUAL, K.EMOSIONAL b. Dependent Variable: PEMAHAMAN AKUNTANSI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) -68.147 24.480 -2.784 .007

K.EMOSIONA

L .529 .178 .316 2.977 .004 .390 .346 .310


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) -68.147 24.480 -2.784 .007

K.EMOSIONA

L .529 .178 .316 2.977 .004 .390 .346 .310

K.SPIRITUAL .435 .120 .385 3.625 .001 .446 .410 .378

a. Dependent Variable: PEMAHAMAN AKUNTANSI


Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA DI SEMARANG.

6 64 14

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, PERILAKU BELAJAR, DAN PENGENDALIAN DIRI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

0 4 93

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 16

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Mahasiswa Program Stu

0 2 19

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SEKOLAH MEN

0 1 17

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI.

0 0 87

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI.

0 0 87

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI Catur Widatik

0 1 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

0 2 22

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA UPN VETERAN JATIM JURUSAN AKUNTANSI

0 0 19