Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah dorongan individu untuk melakukan sesuatu terhadap stimulus dikarenakan
perasaan baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
2.3.2. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kita sering mendengar istilah kecerdasan emosional. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard
University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang nampaknya penting bagi
keberhasilan. Kemudian Daniel Goleman lah yang mengkajinya secara mendalam dari banyak hasil riset mengenai kecerdasan emosional tersebut.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau EQ sebagai “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan orang
lain, memilah milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan
” Saefullah, 2012:179. Menurut Daniel Goleman dalam Saefullah 2012:181
, “kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur emosinya dengan intelegensi to manage our
emotional life
with intelegence,
menjaga keselarasan
emosi dan
pengungkapannya the appropriatenes of emotion and its expression melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
keterampilan sosial”. Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk dapat memutuskan
dalam situasi apa dirinya berada, lalu bagaimana bersikap secara tepat
didalamnya. Kecerdasan emosional memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberikan rasa
empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat Goleman dalam Zohar, 2002 : 3
Kecerdasan emosional dapat membuat seseorang mampu membaca dan menanghapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan
menanggapi perasaan –perasaan orang lain dengan efektif. Seseorang dengan
ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi.
Sedangkan seseorang yang tidak mampu menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya
untuk memusatkan perhatian pada tugas –tugasnya dan memiliki pikiran yang
jernih. Menurut teori disintegrasi positif oleh Dabrowski seseorang yang mampu
mengatasi pertarungan batin dalam dirinya biasanya lebih sering masuk kedalam hubungan emosional dengan orang lain, dan mempunyai perasaan yang sensitif.
Mereka cenderung sering memperlihatkan keidealannya dan pola pikir individualismenya dan aktifitas imaginatifnya. Kebanyakan dari mereka lebih
kreatif. Karena sugesti yag mereka dapatkan cenderung berubah – ubah kearah
sikap yang nyata Dabrowski, 1964:14. Periode krisis akan meningkatkan wawasan untuk diri sendiri, kreatif, dan berkembangnya personalisasi.
Dabrowski, 1964:18
Menurut Goleman dalam Saefullah 2012:168, khusus pada orang –orang
yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cendereung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung
menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Apabila didukung dengan kecerdasan emosional
yang rendah, orang seperti ini akan menjadi sumber masalah. Karena sifat – sifat
diatas, bila seseorang memiliki IQ yang tinggi, tetapi taraf kecerdasan emosionalnya rendah, ia cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras
kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan, dan cenderung putus asa bila mengalami
stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang – orang yang memiliki tingkat IQ
rata – rata, namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Orang – orang yang terampil dalam kecerdasan emosional dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan membaca pikiran mereka, mampu memimpin dan mengorganisir, dan pintar
menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya.
2.3.3. Indikator Kecerdasan Emosional