Heteroskedastisitas Autokorelasi Evaluasi Model

disturbance atau keduanya. Hasil estimasi model tersebut diharapkan memperoleh konstanta intersep yang berbeda-beda untuk masing-masing warung makan setiap harinya.

3.7.1. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi linear berganda adalah keragaman dari masing-masing populasi menyebar normal atau homoskedastisitas. Jika ragam masing-masing tidak sama, maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Hal ini mengakibatkan estimasi yang dihasilkan tidak efisien tetapi tetap menghasilkan estimator yang unbiased dan konsisten. Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan maka akan terjadi misleading Gujarati, 2003. Gejala heteroskedastisitas umumnya dapat dideteksi dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity pada program E-Views. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai ObsR-Squared dengan 2 χ Chi-Squared tabel. Jika nilai ObsR-Squared lebih kecil dari 2 χ Chi-Squared tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Data panel dalam program E-Views menggunakan metode General Least Square Cross Section Weights. Heteroskedastisitas dideteksi dengan cara membandingkan nilai Sum Square Residual pada Weighted Statistik dengan Sum Square Residual pada Unweighted Statistik. Jika nilai Sum Square Residual pada Weighted Statistik lebih kecil daripada Sum Square Residual pada Unweighted Statistik, maka terjadi heteroskedastisitas. Hal tersebut dilakukan estimasi GLS dengan White Heteroskedasticity.

3.7.2. Autokorelasi

Di dalam berbagai penelitian seringkali terjadi adanya hubungan antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan estimasi observasi yang lain. Nisbah antara observasi inilah yang disebut sebagai masalah autokorelasi. Adanya autokorelasi akan menyebabkan terjadinya: a. Tidak menghasilkan nilai estimasi BLUE Best Linear Unbiased Estimations. b. Nilai galat baku ter-autokorelasi, sehingga ramalan tidak efisien. c. Ragam galat terbias. d. Terjadi pendugaan kurang pada ragam galat standar error underestimated, sehingga Sb underestimated. Oleh karena itu, t overestimate cenderung lebih besar dari yang sebenarnya dan tadinya tidak signifikan menjadi signifikan. Gejala autokolerasi dapat dideteksi dengan membandingkan nilai DW statistik dengan DW tabel . Pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: H : Tidak ada autokolerasi. H 1 : Ada autokolerasi. Adapun kriteria autokolerasi dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.2. Kriteria Identifikasi Autokolerasi Nilai DW Kesimpulan 4 – dl DW 4 Tolak H , terdapat autokolerasi negatif 4 – du DW 4 – dl Hasil tidak dapat ditentukan 2 DW 4 – du Terima H , tidak ada autokolerasi du DW 2 Terima H , tidak ada autokolerasi dl DW du Hasil tidak dapat ditentukan DW dl Tolak H , terdapat autokolerasi positif Sumber: Gujarati, 2003

3.7.3. Multikolinearitas