Harga dari suatu produk P ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat produksi pada harga tertentu yaitu penawaran, supply dan tingkat keinginan dari
orang-orang yang memiliki kekuatan membeli pada harga tertentu yaitu permintaan, demand. Grafik ini memperlihatkan adanya peningkatan permintaan,
dari D
1
ke D
2
, seiring dengan peningkatan harga dan kuantitas Q produk yang terjual. Teori penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi adalah gambaran
atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang.
Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisa
ekonomi mikro terhadap perilaku para pembeli dan penjual, serta interaksi penjual dan pembeli di pasar. Model ini juga digunakan sebagai titik tolak bagi berbagai
model dan teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas
yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini
mengakomodasi kemungkian adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya
pergeseran dari permintaan atau penawaran.
2.4. Teori Penawaran
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga
tertentu. Terdapat permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan hanya dapat dipenuhi apabila para
penjual dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan BPS, 2004. Penawaran seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang
ditentukan oleh faktor-faktor, diantaranya Lipsey, 2001: 1.
Faktor harga: a.
Harga barang itu sendiri Px: Berdasarkan hukum penawaran, hubungan antara harga dan penawaran adalah positif, jadi jika harga
naik, maka penawaran akan naik. b.
Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut Py. 2.
Faktor bukan harga: a.
Biaya produksi cost of product: Biaya produksi berhubungan positif dengan penawaran, jika biaya produksi suatu barang meningkat, maka
harga akan meningkat, sehingga penawaran meningkat. b.
Teknologi: Jika teknologi yang digunakan semakin canggih, maka jumlah barang yang diproduksi akan meningkat, sehingga penawaran
meningkat. c.
Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah memiliki dua pengaruh, jika kebijakan pemerintah tersebut menguntungkan produsen, maka
penawaran akan meningkat. d.
Ekspektasi harga ramalan: Ekspektasi harga berhubungan positif dengan penawaran, jika produsen memperkirakan bahwa di masa
depan harga akan meningkat, maka produsen akan meningkatkan produksinya di masa depan.
e. Perusahaan pesaing: Penawaran sebuah perusahaan ditentukan oleh
perilaku perusahaan lain, jika perusahaan pesaing menaikkan harga, maka harga di perusahaan lain pun akan meningkat, sehingga
penawaran meningkat. Apabila faktor-faktor lain tidak berubah atau Cateris Paribus maka
terlebih dahulu akan diperhatikan pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan penjual.
Secara matematis : QS
x
= F P
x
, P
y
, Tech, … ............................................................................... 2.3 dimana:
QS
x
= Jumlah barang yang ditawarkan. P
x
= Harga barang itu sendiri. P
y
= Harga barang lain. Tech =
Teknologi
Asumsi ceteris paribus:
Q
sx
= F P
x
....................................................................................................... 2.4 dimana:
Q
sx
= Jumlah barang yang ditawarkan. P
x
= Harga barang itu sendiri. Berdasarkan hukum penawaran The Law Of Supply, semakin tinggi
harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang yang akan ditawarkan oleh
para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan.
Pendapatan yang diterima dari penjualan dan biaya peluang dari sumbernya digunakan untuk membuat barang itu. Jika biayanya lebih besar dari
pendapatan, yang berarti keuntungan negatif, situasi ini disebut rugi. Pengertian tersebut memasukkan tingkat keuntungan terhadap modal dan terhadap
pengambilan risiko ke dalam biaya. Tabel 2.2. menjelaskan bagaimana istilah biaya dan keuntungan yang digunakan oleh para pakar ekonomi.
Tabel 2.2. Perhitungan Keuntungan Ekonomis: Sebuah Contoh
Hasil penjualan kotor Rp xxxx Dikurangi biaya langsung produksi
bahan baku, tenaga kerja, listrik xxxx ”keuntungan kotor” atau ”kontribusi bagi biaya
tidak langsung” xxxx Dikurangi biaya tidak langsung
penyusutan xxxx ”keuntungan bersih” xxxx
Pajak penghasilan xxxx ”keuntungan bersih” sesudah pajak xxxx
Dikurangi keuntungan normal misalnya biaya terkait untuk modal sendiri yang digunakan dan
pengambilan risiko xxxx Keuntungan ekonomis Rp xxxx
Sumber : Lipsey, 2001 Perbedaan pokok antara keuntungan ekonomis dengan keuntungan bersih
adalah pengurangan keuntungan normal yang terdiri dari biaya terkait untuk modal sendiri yang digunakan dan pengambilan risiko. Pajak penghasilan
dikenakan terhadap keuntungan dengan definisi manapun yang di inginkan pemerintah, biasanya adalah terhadap keuntungan bersih. Meskipun biasanya
keuntungan ekonomis adalah lebih kecil dibandingkan keutungan bersih, keuntungan ekonomis bisa lebih besar atau lebih kecil dibandingkan keuntungan
normal BPS, 2004. Perubahan keuntungan yaitu metode untuk mengukur seberapa besar perubahan keuntungan yang diperoleh setiap periodenya. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: .................................................................................... 2.5
2.5. Penentuan Harga Keseimbangan Jangka Pendek