Industri barang ainnya Pengertian Industri TPT Tekstil dan Produk Tekstil

2. Industri Pengolahan Bukan Migas a. Industri makanan, minuman, dan tembakau b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit c. Industri kayu, bambu dan rotan d. Industri kertas dan barang cetakan e. Industri pupuk, kimia, dan barang dari karet f. Industri semen dan barang galian bukan logam g. Industri logam dasar besi dan dan baja h. Industri alat angkutan mesin dan peralatannya

i. Industri barang ainnya

Industri pengolahan dibagi dalam 4 golongan berdasarkan tenaga kerjanya yaitu sebagai berikut BPS, 2004: 1. Industri besar. Industri besar merupakan perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Industri sedang. Industri sedang adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 3. Industri kecil. Industri kecil adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 4. Industri kerajinan rumah tangga. Industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja kuran dari 5 orang.

2.3. Pengertian Industri TPT Tekstil dan Produk Tekstil

Secara umum, tekstil adalah bahan pakaian atau kain. Dilihat dari sisi keuntungan atau benefitnya, tekstil tidak hanya untuk pakaian, tapi juga dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya kain kasur, gorden, taplak meja, tas, koper, parasut, kain layer, jok mobil atau kap mobil, ban pipa atau selang untuk minyak dan pemadam kebakaran, dan lain-lain. Tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau kain tenun. Tekstil berarti pula: a. Suatu benda yang dibuat dari benang, dijadikan kain sebagai bahan pakaian. Tabel 2.1. Klasifikasi Industri TPT menurut Harmonized System Chapter 50 Silk , mulai dari cocoons suitable for reeling sampai woven pabrics Chapter 51 Cotton, mulai not carded dan cotton waste sampai woven fabrics Chapter 52 Wool, mulai unimproved wol sampai woven fabrics Chapter 53 Other vegetable fibre , mulai processed but not spun sampai woven fabrics Chapter 54 Man made stample filaments , mulai yarn thread sampai woven fabrics Chapter 55 Man made stample fibres, mulai fiber tows termasuk waste, sampai woven fabrics synthetic atau artificial Chapter 56 Non-woven, special yarns, ropes, etc., sampai netting dari semua jenis fibers Chapter 57 Carpets , dari semua jenis fibers Chapter 58 Special woven fabrics, embroidery dari semua bahan dalam raschel dikelompokkan Chapter 60 knitted fabrics Chapter 59 Impregnated coated, laminated, and textiles articles suitable for industrial use Chapter 60 Knitted or crocheted fabrics dari semua bahan Chapter 61 Apparel and clothing accessories, knitted or crocheted Chapter 62 Apparel and clothing accessories, not knitted or crocheted Chapter 63 Other made up articles , termasuk blanket, bed linen, table linen, toilet linen, sails, sampai worn clothing. Sumber: Djafrie, 2003. b. Suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam ditenun atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk keperluan lainnya Djafrie, 2003. Pengklasifikasian TPT dilakukan bergantung pada tujuan penggunaan TPT itu sendiri sehingga menimbulkan beberapa cara dalam mengklasifikasinya. Pada saat ini, masih ada 2 dua jenis klasifikasi yang berbeda sekali, yaitu klasifikasi berdasarkan produk industri dan berdasarkan perdagangan. Untuk keperluan statistik perdagangan dan penggolongan barang dalam tarif pabean, semua anggota GATT sepakat menggunakan hasil dari Custom Cooperation Council dalam bentuk The Harmonized Commodity Discription and Coading System disingkat HS Harmonized System pada Tabel 2.1. Kesepakatan anggota GATT itu telah diterima PBB dengan mengadakan revisi 2 United Nation tentang Standard International Trade Classification SITC. Harmonized System terdiri dari 21 Section dan 99 chapters diantaranya dua chapters cadangan. TPT termasuk section XI, tetapi beberapa produk dari section lain dalam MFA dimasukkan ke dalam cakupan section TPT. Dalam rentang waktu penelitian yang dilakukan, yaitu 1983-2002, sektor industri TPT telah mengalami tiga kali perubahan dalam pembagian golongan pokok industri. Pertama, pada 1983-1989, statistik industri tekstil, garmen dan produk kulit ISIC 32 terdiri dari 16 cabang, mulai batik tradisional dan kerajinan perkakas tenun hingga benang tekstil modern dan industri tenun. Kemudian pada 1990-1997 terjadi pengembangan pengklasifikasian industri menjadi 33 cabang. Terakhir, perubahan terjadi pada tahun 1998-2002 Tabel 2.2, industri TPT terpisah menjadi tiga golongan pokok, yaitu KLUI 17 industri tekstil dan KLUI 18 pakaian jadi. Tabel 2.2. Klasifikasi Industri TPT menurut BPS Mulai Tahun 1998-2002 17111 Persiapan serat tekstil 17112 Pemintalan benang 17113 Pemintalan benang jahit 17114 Pertenunan kecuali pertenunan karung goni dan karung lainnya 17115 Kain tenun ikat 17121 Penyempurnaan benang 17122 Penyempurnaan kain 17123 Percetakan kain 17124 Batik 17211 Barang jadi tekstil, kecuali untuk pakaian jadi 17212 Barang jadi tekstil, untuk keperluan kesehatan 17213 Tekstil jadi untuk keperluan kosmetik 17214 Karung goni 17215 Bagor dan karung lainnya 17220 Permadani 17231 Tali 17232 Barang-barang dari tali 17291 Kain pita 17292 Kain keperluan industri 17293 Bordersulam 17294 Non woven 17295 Kain ban 17299 Tekstil yang tidak diklasifikasikan di tempat lain 17301 Kain rajut 17302 Pakaian jadi rajutan 17303 Rajutan kaos kaki 17304 Barang jadi rajutan 17400 Kapuk 18101 Pakaian jadi dari tekstil 18102 Pakaian jadi lainnya dari tekstil 18103 Pakaian jadi dari kulit 18104 Pakaian jadi lainnya dari kulit 18201 Bulu tiruan 18202 Pakaian jadibarang jadi berbulu dan atau aksesoris 18203 Pencelup bulu Sumber: BPS, 2002. Empat sektor penting industri tekstil dan produk tekstil TPT adalah serat, benang, tenunankain dan garmen. Secara teknis, struktur industri TPT nasional dibagi menjadi tiga subsektor, yaitu: 1. Sektor hulu upstream Industri sektor hulu adalah industri pembuat serat fibre dan pemintal spinning, seperti serat kapas, serat sintetik, serat selulosa dan bahan baku serat sintetik. Umumnya, industri pada sektor hulu bersifat padat modal, full-automotic , berskala besar, jumlah tenaga kerja sedikit dan output pertenaga kerja besar. 2. Sektor Menengah midstream Sektor menengah meliputi industri yang bergerak pada bidang pemintalan spinning, pertenunan weaving dan pencelupanpenyempurnaan dyeingfinishing. Sifat dari industri sektor menengah adalah semi padat modal dan teknologi yang dipakai telah berkembang dengan penyerapan tenaga kerjanya lebih besar dari sektor hulu. 3. Sektor hilir downstream Industri pada sektor hilir adalah pakaian jadi garment. Sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya. Pembeda sektor hilir dan sektor hulu maupun sektor menengah adalah pada jumlah tenaga kerjanya, yaitu sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita. Gambar 2.3. Diagram Alur Struktur Industri TPT Indonesia Sumber: Djafrie, 2003.

2.4. Prospek Industri Tekstil dan Produk Tekstil TPT