saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu Travers dalam Sevilla et al., 1993.
3.4.3. Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan salah satu metode yang digunakan pada statistik multivariat. Tujuan utamanya adalah data reduction dan
summarization Hair et al, 1992. Analisis faktor pada prinsipnya
digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai
faktor Santoso dan Fandy, 2004. Menurut Santoso 2003 proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan interrelationship
antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel
yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis faktor termasuk dalam teknik interdependen dimana semua variabelnya
dipertimbangkan secara bersama-sama. Secara garis besar, tahapan pada analisis faktor menurut
Santoso 2003 adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan variabel-variabel yang akan dianalisis, yaitu variabel-variabel yang terdapat dalam dimensi gaya keputusan
pembelian konsumen. 2.
Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan. Santoso dan Fandy 2004 mengungkapkan bahwa
diperlukan memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya
mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi
pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan
dikeluarkan dari analisis faktor. Menurut Simamora 2005, kesimpulan tentang layak-tidaknya analisis faktor dilakukan
dengan menggunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin KMO measure of adequacy
dan Barlett Test of Spericity.
Uji KMO yang memiliki nilai antara 0 sampai 1 menunjukkan kelayakan appropriateness analisis faktor. Apabila nilai indeks
tinggi berkisar 0,5–1, analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, kalau nilai KMO di bawah 0,5 analisis faktor tidak
layak dilakukan. Barlett
Test merupakan tes statistik untuk menguji adanya
korelasi variabel-variabel yang dilibatkan. Hipotesis nol H
o
adalah tidak ada korelasi antarvariabel, sedangkan hipotesis alternatif H
a
adalah terdapat korelasi antarvariabel. Nilai Barlett Test
ini didekati dengan nilai chi-square. 3.
Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang
telah lolos pada uji sebelumnya. 4.
Melakukan proses Factor Rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi adalah untuk memperjelas
variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Metode rotasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode VARIMAX.
Menurut Santoso dan Fandy 2004, faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-
faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor
yang lain. Untuk itu, jika isi faktor masih diragukan, dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor yang
terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. 5.
Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama faktor yang terbentuk tersebut. Faktor tersebut dianggap
bisa mewakili variabel-variabel dari anggota faktor.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil dari perumahan penduduk yang ada di kecamatan Tanah Sareal Bogor.
Kriteria yang diambil adalah ibu rumah tangga yang telah mengkonsumsi daging sapi dalam dua bulan terakhir. Hal ini didasarkan dengan
pertimbangan bahwa ibu rumah tangga yang biasanya mengambil keputusan dalam melakukan pembelian daging. Karakteristik konsumen daging sapi
segar yang dilihat meliputi usia, sukusuku bangsa, agama, jumlah pendapatan keluarga, status pernikahan, jumlah anggota keluarga yang
tinggal bersama, pekerjaan responden, pekerjaan suami responden, pendidikan terakhir, pihak yang menentukan keputusan dalam pembelian
daging, dan pihak yang paling sering melakukan pembelian daging. Hasil penelitian mendapatkan bahwa responden yang berusia 40-49
tahun merupakan konsumen utama, yaitu sebanyak 41 persen. Sedangkan untuk responden berusia 30–39 tahun sebanyak 31 persen, 50–59 tahun
sebanyak 21 persen, 20-29 tahun sebanyak 7 persen, dan tidak ada responden yang berusia diatas 60 tahun. Data mengenai usia responden dapat dilihat
pada Gambar 4.
Usia Responden
7 31
41 21
20-29 thn 30-39 thn
40-49 thn 50-59 thn
60 thn
Gambar 4. Profil responden berdasarkan usia Berdasarkan sukusuku bangsa responden didapatkan hasil bahwa
sebagian besar terdiri dari suku Jawa 37 persen, suku Sunda 33 persen,