Keputusan Pembelian Telur dan Daging Ayam Ras pada Konsumen Menengah Atas Terkait Adanya Isu Flu Burung di Kota Bogor, Jawa Barat

(1)

KEPUTUSAN PEMBELIAN TELUR DAN DAGING AYAM RAS

PADA KONSUMEN MENENGAH ATAS TERKAIT ADANYA ISU

FLU BURUNG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

DISUSUN OLEH

THIA ANGGRAENI NAZH

A 14105615

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

THIA ANGGRAENI NAZH. Keputusan Pembelian Telur Dan Daging Ayam Ras Pada Konsumen Menengah Atas Terkait Adanya Isu Flu Burung Di Kota Bogor, Jawa Barat. Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS

Survei AC Nielsen tahun 2004 dibandingkan tahun 2003 terjadi penurunan persentase konsumen yang berbelanja daging segar, daging ayam serta ikan di pasar tradisional. Banyak peritel modern yang mendirikan usahanya di Bogor. Adanya peritel modern ini membuat pilihan bagi konsumen kota Bogor untuk berbelanja produk pertanian segar terutama bagi kalangan menengah ke atas yang relatif mengutamakan aspek higienitas dan kesehatan produk

Isu flu burung bisa berakibat pada pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian daging dan telur ayam serta produk olahannya termasuk tempat pembelian. Flu burung di Kota Bogor sudah menjangkiti 43 kelurahan di enam kecamatan. Untuk itu, penelitian ini berusaha mengkaji keputusan konsumen menengah ke atas yang membeli daging dan telur ayam ras segar di pasar tradisional serta pasar swalayan dengan isu flu burung di Kota Bogor dengan responden berpendapatan pada kelas menengah dan atas yang relatif tidak sensitif terhadap harga.

Tujuan penelitian ini untuk : (1) Membandingkan karakteristik umum konsumen yang sering membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor, (2) Membandingkan pengetahuan responden tentang flu burung pada pasar tradisional dan swalayan, (3) Membandingkan keputusan pembelian konsumen yang membeli telur dan daging ayam ras di Kota Bogor dengan adanya isu flu burung, (4) Membandingkan atribut-atribut yang mempengaruhi keputusan konsumen yang sering dan jarang membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional Bogor.

Hasil karakteristik responden telur ayam ras tidak berbeda nyata antara karakteristik pasar modern dan pasar tradisional. Hal ini dibuktikan dengan uji anova (uji F). Hasil uji F menunjukkan semua karakteristik tidak signifikan dengan tingkat kepercayaan lima persen. Hal ini berarti populasi konsumen pasar tradisional dan swalayan tidak berbeda nyata. Karakteristik yang tidak berbeda antara populasi terjadi karena responden pasar swalayan (Ramayana Departement Store) bukan merupakan konsumen dengan pola belanja kelas sosial atas.

Hasil karakteristik responden daging ayam ras tidak berbeda nyata antara karakteristik pasar modern dan pasar tradisional. Hal ini dibuktikan dengan uji anova (uji F). Hasil uji F menunjukkan semua karakteristik tidak signifikan dengan tingkat kepercayaan (α) lima persen kecuali karakteristik untuk umur responden. Hal ini berarti populasi konsumen pasar tradisonal dan pasar swalayan berbeda secara umur.

Pengetahuan responden pada kedua komoditas baik pada pasar tradisional maupun pasar swalawan cukup baik. Responden pada pasar swalayan mengetahui penyebaba, cara penularan serta cara pencegahan lebih baik dari pada pasar tradisional. Tetapi responden pada pasar swalayan lebih banyak yang menganggap bahwa orang yang rentan tertular merupakan mereka yang bersentuhan dengan penderita flu burung.


(3)

Proses keputusan konsumen telur ayam ras: 1) Pengenalan Kebutuhan : Sebagian besar responden pada pasar swalayan dan tradisional mengenali telur ayam ras merupakan lauk harian, 2) Pencarian Informasi : Pada pasar tradisional mayoritas responden mendapatkan informasi tempat pembelian dari keluarga, teman serta tetangga sedangkan pada responden pada pasar swalayan mengetahui dari media cetak atau selebaran produk, 3) Evaluasi Alternatif : Pada responden swalayan, mayoritas responden melakukan pembelian karena kelengkapan dengan barang lain sedangkan pada responden pasar tradisional lebih banyak karena kenyamanan, 4) Keputusan Pembelian : Responden pasar swalayan lebih merencanakan kebutuhan atau barang yang dibeli dari rumah. Responden pada pasar tradisional lebih banyak melakukan pembelian secara terencana atau melihat tampilan di pasar, 5) Responden pada pasar swalayan lebih puas dibandingkan responden pasar tradisional tetapi tidak berbeda secara signifikan.

Atribut produk yang membedakan penilaian responden untuk pasar swalayan dan tradisional pada atribut cangkang yang lebih bersih dan aman terhadap flu burung serta kemasan. Atribut yang membedakan penilaian pasar yaitu timbangan yang lebih baik, kebersihan pasar, waktu buka serta tanggap terhadap saran. Penilaian pada atribut-atribut tersebut lebih positif untuk responden pasar swalayan.

Proses keputusan konsumen daging ayam ras: 1) Pengenalan Kebutuhan: Responden pasar swalayan lebih banyak melakukan pembelian daging ayam ras karena kebiasaan sedangkan responden pada pasar tradisional mengenali daging ayam sebagai sumber pemenuhan gizi protein hewani., 2) Pencarian Informasi : Pada pasar tradisionaldan swalayan mayoritas responden mendapatkan informasi tempat pembelian dari keluarga, teman serta tetangga, 3) Evaluasi Alternatif : Pada responden pasar swalayan, pertimbangan responden lebih mayoritas pada kelengkapan dengan barang lain sedangkan responden pada pasar tradisional lebih banyak karena faktor kenyamanan, 4) Keputusan Pembelian : Responden yang sering berbelanja di pasar swalayan maupun pasar tradisional lebih merencanakan kebutuhan atau barang yang dibeli dari rumah. 5) Responden yang membeli di pasar tradisional maupun swalayan berbeda tingkat kepuasaan namun tidak signifikan.

Atribut yang membedakan penilaian responden pada atribut daging lebih bersih, tidak lembek, segar, aroma baik serta variasi ukuran. Responden pada pasar swalayan memberikan penilaian yang lebih positif pada atribut tersebut. Atribut pembedaan pasar sebagai tempat pembelian yaitu harga lebih murah, pedagang mudah dijangkau, ketersediaan, kecepatan pelayanan, timbangan yang lebih baik dan pas, kebersihan, waktu buka serta tanggap terhadap saran. Atribut yang membedakan penilaian pasar yaitu semua atribut diatas kecuali atribut kemasan dan atribut waktu buka pasar.

Berdasarkan hasil analisis, saran yang dapat diberikan penulis adalah : 1) untuk mempertahankan loyalitas pasar, pengelola ataupun pedagang pada pasar tradisional dapat memperbaiki manajemen pasar, 2) Pasar swalayan dapat memberikan kesempatan yang lebih luas untuk petani yang memasok bahan segar karena makin besar dominasi pasar swalayan untuk pasar eceran, 3) Pemberian informasi flu burung lebih banyak ditujukan pada pengolahan secara rumah tangga karena selama ini lebih banyak pada peternakan.


(4)

DISUSUN OLEH

THIA ANGGRAENI NAZH

A 14105615

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada

Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”KEPUTUSAN PEMBELIAN TELUR DAN DAGING AYAM RAS PADA KONSUMEN MENENGAH ATAS TERKAIT ADANYA ISU FLU BURUNG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

.

Bogor, September 2008

Thia Anggraeni Nazh

NRP A14105615


(6)

KOTA BOGOR, JAWA BARAT Nama Mahasiswa : Thia Anggraeni Nazh

NRP : A14105615

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Manokwari, Papua pada tanggal 25 Maret 1985. Penulis merupakan anak dari pasangan Nazharuddin Neybo dan Mulyana. Penulis adalah putri kedua dari enam bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Yapis Manokwari, Papua pada tahun 1990. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada SD Pertiwi 01 di Kota Ternate, Maluku Utara pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 1 Ternate, Maluku Utara dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas pada SMU Negeri 1 Ternate, Maluku Utara.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB melalui jalur test. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan kuliah dibawah bimbingan Ibu Dwi Rachmina. Penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Semasa kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi kampus dan non kampus baik secara insendentil maupun dalam kepengurusan. Selama penulisan skripsi, penulis pernah magang bekerja sebagai staf pada ESQ Leadership Centre.

Bogor, September 2008


(8)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan nikmatNya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan pada Rasullulah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di IPB. Skripsi ini adalah usaha penulis belajar dan mengamati permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan agribisnis.

Flu burung di Indonesia sudah merugikan peternak dan mengakibatkan kematian pada manusia. Flu burung juga membuat sebagian masyarakat berhati-hati dalam membeli hasil olahan unggas termasuk daging dan telur ayam ras. Selain itu pasar swalayan yang semakin banyak dan menawarkan harga yang relatif lebih murah menambah alternatif tempat belanja. Untuk itu, skripsi ini mengkaji keputusan pembelian daging dan telur ayam ras untuk kalangan menengah ke atas termasuk pemilihan tempat belanja.

Skripsi ini merupakan hasil karya perjuangan penulis. Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam kajian ini. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan kajian ini baik dari segi format penulisan, bahasa, isi maupun kedalaman kajian ini.

Bogor, September 2008


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullilah, atas kebesaran dan nikmat Ar-Rasyid penulisan skripsi ini dapat juga diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kekuasaan Allah SWT dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan doa terbaik kepada :

1. Muhammad Firdaus, PhD sebagai dosen pembimbing selama penulisan skripsi 2. Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji utama pada sidang

3. Arief Karyadi, SP selaku dosen penguji komdik pada sidang 4. Seluruh Manajemen dan Karyawan Ramayana Departement Store

5. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS yang telah memberikan arahan dan nasehatnya 6. Dinas Pertanian, LIPI Bogor, MM-IPB, LSI IPB

7. Seluruh keluarga besar Papa dan Mama

8. Semua Ksatria dan Srikandi 165 daerah Bogor, Jakarta dan Bandung. Semoga bisa bertemu ayah, bunda, kakak dan adik-adikku dalam perjuangan yang lain 9. Sahabat-sahabat terbaik (Dhita, Lia, Rayyan, Heidi, Nita, Eko, Nanang, Amel,

Kaka, Nia, Fajar, Renna, Mbak Widi, Andalusia serta Mbak Dyah) beserta seluruh keluarganya

10.Om Udin sekeluarga dan para teman-teman Sultra 11.Semua teman-teman Mabers dan Ekstensi

12.Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis

Bogor, September 2008


(10)

DAFTAR TABEL. ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flu Burung ... 12

2.1.1 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Unggas ... 14

2.1.2 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Manusia... 17

2.2 Perdagangan Eceran ... 20

2.3 Pengertian Pasar ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 25

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30

3.1.1 Perilaku Konsumen ... 30

3.1.2 Proses Keputusan Konsumen ... 34

3.1.1 Atribut-Atribut Pemilihan Toko ... 36

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 41

4.3 Metode Pengambilan Sampel... 42

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

4.5 Metode Analisis Data ... 44

4.5.2 Analisis Deskriptif ... 44

4.5.3 Analisis Perbedaan Karakteristik Antar Populasi ... 44

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Kota Bogor ... 47

5.2 Perkembangan Flu Burung di Kota Bogor ... 49

5.3 Pengelolaan Pasar di Kota Bogor ... 54

5.3.1 Pasar Besar ... 55

5.3.2 Pasar Sedang ... 56


(11)

KEPUTUSAN PEMBELIAN TELUR DAN DAGING AYAM RAS

PADA KONSUMEN MENENGAH ATAS TERKAIT ADANYA ISU

FLU BURUNG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

DISUSUN OLEH

THIA ANGGRAENI NAZH

A 14105615

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

THIA ANGGRAENI NAZH. Keputusan Pembelian Telur Dan Daging Ayam Ras Pada Konsumen Menengah Atas Terkait Adanya Isu Flu Burung Di Kota Bogor, Jawa Barat. Dibawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS

Survei AC Nielsen tahun 2004 dibandingkan tahun 2003 terjadi penurunan persentase konsumen yang berbelanja daging segar, daging ayam serta ikan di pasar tradisional. Banyak peritel modern yang mendirikan usahanya di Bogor. Adanya peritel modern ini membuat pilihan bagi konsumen kota Bogor untuk berbelanja produk pertanian segar terutama bagi kalangan menengah ke atas yang relatif mengutamakan aspek higienitas dan kesehatan produk

Isu flu burung bisa berakibat pada pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian daging dan telur ayam serta produk olahannya termasuk tempat pembelian. Flu burung di Kota Bogor sudah menjangkiti 43 kelurahan di enam kecamatan. Untuk itu, penelitian ini berusaha mengkaji keputusan konsumen menengah ke atas yang membeli daging dan telur ayam ras segar di pasar tradisional serta pasar swalayan dengan isu flu burung di Kota Bogor dengan responden berpendapatan pada kelas menengah dan atas yang relatif tidak sensitif terhadap harga.

Tujuan penelitian ini untuk : (1) Membandingkan karakteristik umum konsumen yang sering membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor, (2) Membandingkan pengetahuan responden tentang flu burung pada pasar tradisional dan swalayan, (3) Membandingkan keputusan pembelian konsumen yang membeli telur dan daging ayam ras di Kota Bogor dengan adanya isu flu burung, (4) Membandingkan atribut-atribut yang mempengaruhi keputusan konsumen yang sering dan jarang membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional Bogor.

Hasil karakteristik responden telur ayam ras tidak berbeda nyata antara karakteristik pasar modern dan pasar tradisional. Hal ini dibuktikan dengan uji anova (uji F). Hasil uji F menunjukkan semua karakteristik tidak signifikan dengan tingkat kepercayaan lima persen. Hal ini berarti populasi konsumen pasar tradisional dan swalayan tidak berbeda nyata. Karakteristik yang tidak berbeda antara populasi terjadi karena responden pasar swalayan (Ramayana Departement Store) bukan merupakan konsumen dengan pola belanja kelas sosial atas.

Hasil karakteristik responden daging ayam ras tidak berbeda nyata antara karakteristik pasar modern dan pasar tradisional. Hal ini dibuktikan dengan uji anova (uji F). Hasil uji F menunjukkan semua karakteristik tidak signifikan dengan tingkat kepercayaan (α) lima persen kecuali karakteristik untuk umur responden. Hal ini berarti populasi konsumen pasar tradisonal dan pasar swalayan berbeda secara umur.

Pengetahuan responden pada kedua komoditas baik pada pasar tradisional maupun pasar swalawan cukup baik. Responden pada pasar swalayan mengetahui penyebaba, cara penularan serta cara pencegahan lebih baik dari pada pasar tradisional. Tetapi responden pada pasar swalayan lebih banyak yang menganggap bahwa orang yang rentan tertular merupakan mereka yang bersentuhan dengan penderita flu burung.


(13)

Proses keputusan konsumen telur ayam ras: 1) Pengenalan Kebutuhan : Sebagian besar responden pada pasar swalayan dan tradisional mengenali telur ayam ras merupakan lauk harian, 2) Pencarian Informasi : Pada pasar tradisional mayoritas responden mendapatkan informasi tempat pembelian dari keluarga, teman serta tetangga sedangkan pada responden pada pasar swalayan mengetahui dari media cetak atau selebaran produk, 3) Evaluasi Alternatif : Pada responden swalayan, mayoritas responden melakukan pembelian karena kelengkapan dengan barang lain sedangkan pada responden pasar tradisional lebih banyak karena kenyamanan, 4) Keputusan Pembelian : Responden pasar swalayan lebih merencanakan kebutuhan atau barang yang dibeli dari rumah. Responden pada pasar tradisional lebih banyak melakukan pembelian secara terencana atau melihat tampilan di pasar, 5) Responden pada pasar swalayan lebih puas dibandingkan responden pasar tradisional tetapi tidak berbeda secara signifikan.

Atribut produk yang membedakan penilaian responden untuk pasar swalayan dan tradisional pada atribut cangkang yang lebih bersih dan aman terhadap flu burung serta kemasan. Atribut yang membedakan penilaian pasar yaitu timbangan yang lebih baik, kebersihan pasar, waktu buka serta tanggap terhadap saran. Penilaian pada atribut-atribut tersebut lebih positif untuk responden pasar swalayan.

Proses keputusan konsumen daging ayam ras: 1) Pengenalan Kebutuhan: Responden pasar swalayan lebih banyak melakukan pembelian daging ayam ras karena kebiasaan sedangkan responden pada pasar tradisional mengenali daging ayam sebagai sumber pemenuhan gizi protein hewani., 2) Pencarian Informasi : Pada pasar tradisionaldan swalayan mayoritas responden mendapatkan informasi tempat pembelian dari keluarga, teman serta tetangga, 3) Evaluasi Alternatif : Pada responden pasar swalayan, pertimbangan responden lebih mayoritas pada kelengkapan dengan barang lain sedangkan responden pada pasar tradisional lebih banyak karena faktor kenyamanan, 4) Keputusan Pembelian : Responden yang sering berbelanja di pasar swalayan maupun pasar tradisional lebih merencanakan kebutuhan atau barang yang dibeli dari rumah. 5) Responden yang membeli di pasar tradisional maupun swalayan berbeda tingkat kepuasaan namun tidak signifikan.

Atribut yang membedakan penilaian responden pada atribut daging lebih bersih, tidak lembek, segar, aroma baik serta variasi ukuran. Responden pada pasar swalayan memberikan penilaian yang lebih positif pada atribut tersebut. Atribut pembedaan pasar sebagai tempat pembelian yaitu harga lebih murah, pedagang mudah dijangkau, ketersediaan, kecepatan pelayanan, timbangan yang lebih baik dan pas, kebersihan, waktu buka serta tanggap terhadap saran. Atribut yang membedakan penilaian pasar yaitu semua atribut diatas kecuali atribut kemasan dan atribut waktu buka pasar.

Berdasarkan hasil analisis, saran yang dapat diberikan penulis adalah : 1) untuk mempertahankan loyalitas pasar, pengelola ataupun pedagang pada pasar tradisional dapat memperbaiki manajemen pasar, 2) Pasar swalayan dapat memberikan kesempatan yang lebih luas untuk petani yang memasok bahan segar karena makin besar dominasi pasar swalayan untuk pasar eceran, 3) Pemberian informasi flu burung lebih banyak ditujukan pada pengolahan secara rumah tangga karena selama ini lebih banyak pada peternakan.


(14)

DISUSUN OLEH

THIA ANGGRAENI NAZH

A 14105615

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada

Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”KEPUTUSAN PEMBELIAN TELUR DAN DAGING AYAM RAS PADA KONSUMEN MENENGAH ATAS TERKAIT ADANYA ISU FLU BURUNG DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

.

Bogor, September 2008

Thia Anggraeni Nazh

NRP A14105615


(16)

KOTA BOGOR, JAWA BARAT Nama Mahasiswa : Thia Anggraeni Nazh

NRP : A14105615

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Manokwari, Papua pada tanggal 25 Maret 1985. Penulis merupakan anak dari pasangan Nazharuddin Neybo dan Mulyana. Penulis adalah putri kedua dari enam bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Yapis Manokwari, Papua pada tahun 1990. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada SD Pertiwi 01 di Kota Ternate, Maluku Utara pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 1 Ternate, Maluku Utara dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas pada SMU Negeri 1 Ternate, Maluku Utara.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB melalui jalur test. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan kuliah dibawah bimbingan Ibu Dwi Rachmina. Penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Semasa kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi kampus dan non kampus baik secara insendentil maupun dalam kepengurusan. Selama penulisan skripsi, penulis pernah magang bekerja sebagai staf pada ESQ Leadership Centre.

Bogor, September 2008


(18)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kebesaran dan nikmatNya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan pada Rasullulah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di IPB. Skripsi ini adalah usaha penulis belajar dan mengamati permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan agribisnis.

Flu burung di Indonesia sudah merugikan peternak dan mengakibatkan kematian pada manusia. Flu burung juga membuat sebagian masyarakat berhati-hati dalam membeli hasil olahan unggas termasuk daging dan telur ayam ras. Selain itu pasar swalayan yang semakin banyak dan menawarkan harga yang relatif lebih murah menambah alternatif tempat belanja. Untuk itu, skripsi ini mengkaji keputusan pembelian daging dan telur ayam ras untuk kalangan menengah ke atas termasuk pemilihan tempat belanja.

Skripsi ini merupakan hasil karya perjuangan penulis. Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam kajian ini. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan kajian ini baik dari segi format penulisan, bahasa, isi maupun kedalaman kajian ini.

Bogor, September 2008


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullilah, atas kebesaran dan nikmat Ar-Rasyid penulisan skripsi ini dapat juga diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kekuasaan Allah SWT dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan doa terbaik kepada :

1. Muhammad Firdaus, PhD sebagai dosen pembimbing selama penulisan skripsi 2. Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji utama pada sidang

3. Arief Karyadi, SP selaku dosen penguji komdik pada sidang 4. Seluruh Manajemen dan Karyawan Ramayana Departement Store

5. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS yang telah memberikan arahan dan nasehatnya 6. Dinas Pertanian, LIPI Bogor, MM-IPB, LSI IPB

7. Seluruh keluarga besar Papa dan Mama

8. Semua Ksatria dan Srikandi 165 daerah Bogor, Jakarta dan Bandung. Semoga bisa bertemu ayah, bunda, kakak dan adik-adikku dalam perjuangan yang lain 9. Sahabat-sahabat terbaik (Dhita, Lia, Rayyan, Heidi, Nita, Eko, Nanang, Amel,

Kaka, Nia, Fajar, Renna, Mbak Widi, Andalusia serta Mbak Dyah) beserta seluruh keluarganya

10.Om Udin sekeluarga dan para teman-teman Sultra 11.Semua teman-teman Mabers dan Ekstensi

12.Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis

Bogor, September 2008


(20)

DAFTAR TABEL. ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flu Burung ... 12

2.1.1 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Unggas ... 14

2.1.2 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Manusia... 17

2.2 Perdagangan Eceran ... 20

2.3 Pengertian Pasar ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 25

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30

3.1.1 Perilaku Konsumen ... 30

3.1.2 Proses Keputusan Konsumen ... 34

3.1.1 Atribut-Atribut Pemilihan Toko ... 36

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 41

4.3 Metode Pengambilan Sampel... 42

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

4.5 Metode Analisis Data ... 44

4.5.2 Analisis Deskriptif ... 44

4.5.3 Analisis Perbedaan Karakteristik Antar Populasi ... 44

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Umum Kota Bogor ... 47

5.2 Perkembangan Flu Burung di Kota Bogor ... 49

5.3 Pengelolaan Pasar di Kota Bogor ... 54

5.3.1 Pasar Besar ... 55

5.3.2 Pasar Sedang ... 56


(21)

ix

VI. KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN TELUR AYAM RAS

6.1 Karakteristik Responden Telur Ayam Ras Berdasarkan Pemilihan Pasar... 58

6.2 Pengetahuan Responden Telur Ayam Ras Tentang Flu Burung ... 62

6.3 Proses Keputusan Pembelian Telur Ayam Ras Terkait Isu Flu Burung ... 67

6.4 Perbandingan Penilaian Atribut Telur Ayam Ras Pada Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional... 67

VII. KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DAGING AYAM RAS 6.1 Karakteristik Responden Daging Ayam Ras Berdasarkan Pemilihan Pasar ... 76

6.2 Pengetahuan Responden Daging Ayam Ras Tentang Flu Burung ... 80

6.3 Proses Keputusan Pembelian Daging Ayam RasTerkait Isu Flu Burung ... 86

6.4 Perbandingan Penilaian Atribut Daging Ayam Ras Pada Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional ... 91

VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 94

8.2 Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(22)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu Indonesia Tahun 2002-2006 ... 1 2. Kandungan Gizi Berbagai Ternak... 2 3. Kandungan Gizi Berbagai Telur ... 3 4. Harga Rata-Rata Produk Ternak Segar Bulan Juni Tahun 2008

di Jawa Barat ... 5 5. Jumlah Kasus Positif Flu Burung (Per 21 Januari 2008) ... 7 6. Perbedaan karakteristik antar Pasar Tradisional dengan Pasar Modern) ... 23 7. Rincian Sampel (Responden)... 42 8. Atribut-Atribut Penduga Pembentuk Model ... 45 9. Jumlah Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2006 ... 48 10.Pertokoan dan Pasar Induk di Kota Bogor... 48 11.Populasi Ternak Unggas di Kota Bogor Tahun 2006-2007 ... 49 12.Karakteristik Responden Telur Ayam Ras Berdasarkan Umur, Gender,

Status Pernikahan dan Kepemilikan Rumah Tangga ... 59 13.Karakteristik Responden Telur Ayam Ras Berdasarkan Pendapatan

dan Pengeluaran Pangan per Bulan... 60 14..Karakteristik Responden Telur Ayam Ras Berdasarkan Pekerjaan

dan Pendidikan Akhir... 61 15.Motivasi Responden Telur Ayam Ras dalam Melakukan Pembelian... 68 16.Sumber Informasi Responden Telur Ayam Ras dalam Menentukan

Tempat Pembelian... 69 17.Pertimbangan Responden Telur Ayam Ras dalam Melakukan Pembelian... 69 18.Persepsi Responden Telur Ayam Ras Tentang Perbedaan Telur


(23)

xi

19.Cara Responden Telur Ayam Ras dalam Memutuskan Kunjungan/

Pembelian... 71 20.Tindakan Responden Telur Ayam Ras dengan Adanya Isu Flu Burung ... 71 21.Ketidakpuasan Responden Telur Ayam Ras Terhadap Pasar ... 72 22.Interpretasi Nilai Atribut Produk Telur Ayam Ras ... 73 23.Interpretasi Nilai Atribut Pasar Telur Ayam Ras... 74 24.Karakteristik Responden Daging Ayam Ras Berdasarkan Umur, Gender,

Status Pernikahan dan Kepemilikan Rumah Tangga ... 77 25.Karakteristik Responden Daging Ayam Ras Berdasarkan Pendapatan

dan Pengeluaran Pangan per Bulan... 78 26..Karakteristik Responden Daging Ayam Ras Berdasarkan Pekerjaan

dan Pendidikan Akhir... 79 27.Rata-Rata Pendapatan Responden Daging Ayam Ras Berdasarkan

Rentang Umur ... 80 28.Motivasi Responden Daging Ayam Ras dalam Melakukan Pembelian... 86 29.Sumber Informasi Responden Daging Ayam Ras dalam Menentukan

Tempat Pembelian... 87 30.Pertimbangan Responden Daging Ayam Ras dalam Melakukan

Pembelian... 88 31.Persepsi Responden Daging Ayam Ras Tentang Perbedaan Telur

Ayam Ras yang Dijual di Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional ... 89 32.Cara Responden Daging Ayam Ras dalam Memutuskan Kunjungan/

Pembelian... 89 33.Tindakan Responden Daging Ayam Ras dengan Adanya Isu Flu Burung ... 90 34.Ketidakpuasan Responden Daging Ayam Ras Terhadap Pasar... 91 35.Interpretasi Nilai Atribut Produk Daging Ayam Ras ... 92 36.Interpretasi Nilai Atribut Pasar Daging Ayam Ras... 93


(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik Jumlah Pasar Tradisional dan Modern Tahun 2002-2005 di Jawa Barat ... 4 2. Populasi Ternak Unggas di Kota Bogor Tahun 2006 ... 5 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen... 30 4. Tahapan Proses Keputusan Konsumen ... 34 5. Bagan Kerangka Penelitian ... 40 6. Peta Penyebaran Penyakit Flu Burung di Kabupaten, Kota Bogor

dan Depok ... 50 7. Grafik Sumber Informasi Responden Tentang Flu Burung ... 61 8. Grafik Jawaban Responden Telur Ayam Ras Terhadap Penyebab Flu

Burung... 63 9. Grafik Jawaban Responden Telur Ayam Ras Terhadap Hewan Pembawa

Virus AI... 63 10.Grafik Jawaban Responden Telur Ayam Ras Terhadap Penularan Flu

Burung... 64 11.Grafik Jawaban Responden Telur Ayam Ras Terhadap Orang yang

Rentan Tertular AI ... 65 12.Grafik Jawaban Responden Telur Ayam Ras Terhadap Cara Pencegahan

Flu Burung ... 66 13.Grafik Jawaban Responden Telur Ayam Ras Terhadap Status Kota Bogor

dan Flu Burung... 67 14.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Penyebab Flu

Burung... 81 15.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Hewan Pembawa

Virus AI... 82 16.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Penularan Flu


(25)

xiii

17.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Penularan

Flu Burung ... 83 18.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Orang yang

Rentan Tertular AI ... 84 19.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Cara Pencegahan

Flu Burung ... 85 20.Grafik Jawaban Responden Daging Ayam Ras Terhadap Status Kota Bogor


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Jumlah Populasi dan Produksi Ternak di Indonesia ... 98 2. Contoh Brosur Tanggap Flu Burung... 99 3. Depopulasi Terbatas Unggas Positif Avian Influenza di Kota Bogor ... 100 4. Hasil Analisis ANOVA Telur Ayam Ras ... 101 5. Hasil Analisis ANOVA Daging Ayam Ras ... 103


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan aspek yang penting untuk pemenuhan kebutuhan pokok bagi masyarakat untuk bertahan hidup dan berkembang. Sektor peternakan adalah salah satu bagian yang penting untuk penyediaan pangan bagi masyarakat karena sektor ini merupakan penyedia kebutuhan protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia. Pada Tabel 1 terlihat konsumsi produk peternakan secara nasional mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun 2002-2006 kecuali produk susu. Konsumsi perkapita daging, telur dan susu juga mengalami peningkatan dengan trend pertumbuhan paling tinggi pada produk susu.

Tabel 1 Konsumsi Daging, Telur dan Susu Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun Keterangan

2002 2003 2004 2005 2006 Trend (%/Thn) Konsumsi Nasional (000 Ton) 1. Daging 2. Telur 3. Susu 1.808,40 945,70 1.266,40 1.910,50 974,60 1.517,40 2.020,40 1.107,30 2.136,70 1.817,03 1.051,54 2.126,30 2.070,24 1.133,84 168,00 3,82 4,87 -7,99 Konsumsi Perkapita(Kg/Kap/Thn) 1. Daging 2. Telur 3. Susu 5,75 4,40 7,05 6,05 4,11 6,69 6,28 4,68 9,47 5,79 4,34 9,32 6,43 4,64 9,35 3,07 1,73 8,80

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2007)

Ayam ras pedaging merupakan komoditas peternakan yang banyak dikembangkan di Indonesia. Produksi ayam ras pedaging dilihat dari jumlah populasi maupun produksi daging merupakan produksi terbesar bila dibandingkan produksi hewan ternak lainnya. Jumlah populasi ayam ras pedaging lebih besar


(28)

67,32 persen dengan tingkat produksi daging lebih besar 46,17 persen dibandingkan ternak daging lainnya (Lampiran 1). Keunggulan ternak unggas ini terletak pada waktu panen yang cepat (5-6 minggu) dengan bobot tubuh 1,4-1,6 kilogram per ekor.

Rasyaf mengemukakan bahwa ciri khas ayam ras pedaging adalah rasanya yang enak dan khas, dagingnya empuk dan banyak serta pengolahannya mudah empuk dengan proses perebusan. Bila dilihat dari kandungan gizi, daging ayam merupakan sumber protein hewani yang berkualitas. Daging ayam memiliki kadar protein dan mineral/abu yang cukup tinggi dan kadar lemak yang paling rendah. Nilai kandungan gizi yang terdapat pada daging ayam dan hewan ternak lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Ternak Kadar (%)

Jenis Ternak

Air Protein Lemak Abu

Nilai Energi kkal per 100 gram

Angsa 68,3 22,3 7,1 1,1 153

Itik 68,8 21,4 8,2 1,2 159

Ayam 73,4 20,6 4,8 1,1 126

Sapi (gemuk) 63,0 18,7 17,0 0,9 228

Domba (gemuk) 59,8 16,7 22,4 0,8 268

Babi (gemuk) 52,0 14,8 32,0 0,8 247

Sumber : Udayana (2001) dalam Basuki (2005)

Populasi ayam ras petelur sebanyak 6,61 persen dari ternak lainnya secara nasional. Penjelasan di atas dapat dilihat pada Lampiran 1. Ayam ras petelur atau juga dikenal dengan layer merupakan unggas petelur yang banyak dikembangkan. Hal ini dikarenakan hasil telur yang dihasilkan lebih banyak (kuantitas) daripada unggas petelur lainnya. Kandungan gizi telur ayam ras juga baik untuk pemenuhan kebutuhan protein. Kandungan gizi yang terdapat pada telur ayam ras dapat dilihat pada Tabel 3.


(29)

3

Tabel 3 Kandungan Gizi Telur dalam 100 gram

Zat Gizi Satuan Telur Ayam Telur Bebek Telur Puyuh

Kalori kalori 162,00 189,00 149,80

Protein gram 12,80 13,10 10,30

Lemak gram 11,50 14,30 10,60

Karbohidrat gram 0,70 0,80 3,30

Kalsium miligram 900,00 56,00 49,00

Fosfor miligram 0,10 175,00 198,00

Besi miligram 54,00 2,08 1,40

Vitamin A UI 180,00 1.230,00 2.741,00

Vitamin B miligram 2,70 0,18 -

Air gram 74,00 70,00 -

Sumber : Haryoto (1996) dalam Surya (2004)

Sentra produksi ayam ras pedaging di Indonesia adalah propinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu propinsi terpadat bila dibandingkan propinsi lainnya dengan laju pertumbuhan 1,96 persen (BPS Kota Bogor, 2007). Menurut catatan publikasi BPS tahun 2007 populasi ayam ras pedaging Jawa Barat sebesar 38,10 persen dan populasi ayam ras petelur sebesar 15,16 persen dari jumlah populasi secara nasional. Hasil produksi telur dan daging ayam ini akan didistribusikan ke daerah-daerah Jawa Barat maupun daerah perkotaan besar seperti Jakarta.

Kebanyakan masyarakat memilih telur dan daging ayam ras untuk memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga. Hal ini disebabkan telur dan daging ayam ras banyak tersedia dan mudah ditemukan di pasar baik pedagang keliling, pasar tradisional maupun pasar swalayan. Dalam waktu tiga tahun terakhir (2002-2005), perkembangan pasar di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat menunjukkan peningkatan meskipun dengan jumlah dan lokasi yang tidak merata. Pada tahun 2005, jumlah pasar di Jawa Barat mencapai 911 terdiri dari 530 pasar tradisional dan 381 pasar modern termasuk pasar swalayan. Jumlah tersebut


(30)

menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun 2002 mencapai 147 pasar. Meskipun jumlah pasar tradisional masih lebih besar daripada pasar swalayan tetapi pertumbuhan pasar modern sangat pesat mencapai 66 persen sedangkan pasar tradisonal hanya tumbuh lima persen selama rentang waktu 2002-2005. Pertumbuhan pasar modern lebih banyak terjadi di daerah perkotaan (Gambar 1)

Gambar 1 Grafik Jumlah Pasar Tradisional dan Modern Tahun 2002-2005 di Jawa Barat

Harga telur dan daging ayam ras relatif lebih murah dibandingkan produk protein hewani lainnya seperti daging sapi, daging ayam buras, telur ayam buras dan lainnya. Perbandingan harga rata-rata komoditi ternak untuk propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.


(31)

5

Tabel 4 Harga Rata-Rata Produk Ternak Segar Bulan Juni Tahun 2008 di Jawa Barat

Rata-Rata (Rupiah) Komoditi Satuan

Produsen Grosir Consumen

Daging Ayam Broiler (karkas)

Kg 18.725 19.516 20.675

Daging Sapi Has Kg 52.938 55.250 60.754

Daging Sapi Bistik Kg 50.750 53.063 56.375

Daging Sapi Murni Kg 47.063 49.375 54.000

Hati Sapi Kg 27.500 29.219 31.667

Daging Kambing/Domba Kg 36.375 37.875 42.833

Telur Ayam Ras Kg 10.630 11.295 12.542

Telur Ayam Buras Butir 1.005 1.150 1.304

Telur Itik Butir 965 1.163 1.363

Susu Segar Liter 3.120 3.525 3.900

Sumber : Dinas Peternakan Jawa Barat (2008)

Kota Bogor bukan termasuk daerah sentra produksi ayam ras baik broiler

maupun layer. Pada Gambar 2 terlihat populasi ayam ras pedaging dan petelur lebih kecil daripada unggas yang lain. Sebagian besar unggas di Kota Bogor bukan peternakan besar tetapi peternakan keluarga/rakyat. Hasil ternaknya bukan

untuk tujuan komersil tapi untuk kebutuhan rumah tangga atau hobbies

masyarakat. Ayam buras merupakan komoditi terbanyak dengan proporsi 75,12 persen dibandingkan dari total populasi.

Ayam Ras Petelur 2.500 Bebek/Itik 3.094

Ayam Pedaging 178.000

Ayam Buras 554.434

Gambar 2 Populasi Ternak Unggas di Kota Bogor Tahun 2006


(32)

Agribisnis ayam ras mengalami gejolak pada pertengahan tahun 2003 ketika banyak terjadi kasus flu burung (avian influenza) di Indonesia. Kasus flu burung terjadi pertama kali di Hongkong kemudian menyebar menjadi wabah unggas (pandemi) ke wilayah Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Thailand, Kamboja, Republik Rakyat China serta Pakistan. Kasus flu burung di Indonesia pada Maret 2007 pada unggas sudah menyebar di 30 provinsi (Komnas FBPI, 2008). Hal ini bisa berdampak pada ketersediaan dan harga unggas karena banyak unggas yang mati dan kehati-hatian masyarakat untuk mengkonsumsinya.

Sejak ditemukan wabah flu burung di Indonesia pada Juli 2003 telah mematikan sekitar lima juta ekor unggas. Tetapi secara nasional produksi ayam ras tidak mengalami penurunan yang signifikan. Data kematian terbesar terbanyak pada ayam ras yang berkisar 0,5 persen dari populasi ayam ras dan 0,4 persen dari polulasi unggas secara keseluruhan1. Produksi ayam ras pedaging di Jawa Barat tahun 2003 hanya menurun sebesar 0,89 persen dibandingkan tahun 2002 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007).

Saat ini kasus flu burung telah ditangani pemerintah melalui pemberian vaksin, kontrol kesehatan pada hewan ternak serta pemberian informasi kepada masyarakat. Tetapi penanggulangan belum sepenuhnya berhasil dengan kasus 7000 unggas mati selama tahun 2007 (Departemen Pertanian). Kasus flu burung yang terjadi pada manusia di Indonesia ditemukan pertama kali Juli 2005. Kasus flu burung yang menular pada manusia pada rentang waktu 2005-2008 ini telah menyebabkan kematian pada manusia.

1

Flu Burung di Indonesia oleh dr. Ilham Patu, SpBS (dokter RS Prof.Dr. Sulianti Suroso) diakses pada Februari 2008


(33)

7

1.2 Rumusan Masalah

Menurut WHO, Indonesia termasuk dalam periode kewaspadaan terhadap pandemi. Kasus flu burung di Indonesia cukup mengkhatirkan dengan tingkat mortalitas 80,83 persen. Pada Tabel 5 dapat dilihat sampai dengan 21 Januari 2008, jumlah kasus positif flu burung di Indonesia sebanyak 120 orang dengan kasus tertinggi di Jawa Barat. Virus AI mulai masuk di Kota Bogor tahun 2005 dengan 43 kelurahan positif flu burung di enam kecamatan2. Hal ini dapat menimbulkan kehati-hatian pada sebagian masyarakat untuk membeli dan mengkonsumsi daging dan telur ayam ras.

Tabel 5 Jumlah Kasus Positif Flu Burung di Indonesia Tahun 2005-2008

Jumlah Kasus

No Propinsi

Positif Meninggal

1 Jawa Barat 30 24

2 DKI Jakarta 27 24

3 Banten 23 19

4 Sumatera Utara 8 7

5 Jawa Timur 7 5

6 Jawa Tengah 9 8

7 Lampung 3 0

8 Sulawesi Selatan 1 1

9 Sumatera Utara 3 1

10 Sumatera Selatan 1 1

11 Riau 6 5

12 Bali 2 2

Jumlah 120 97

Sumber : Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, 2008

Saat ini banyak instansi dan organisasi yang telah melakukan berbagai kegiatan komunikasi pencegahan flu burung baik antar unggas maupun dari unggas ke manusia namun dengan pesan yang berbeda. Hasil riset UNICEF, 2006 menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat cukup tinggi tentang flu burung tetapi

2

Anonim. 2005. Flu Burung di Kota Bogor. http//www.kotabogor.go.id/fb/2005.Diakses Juni 2008


(34)

masyarakat merasa flu burung bukanlah ancaman. Keberagaman materi komunikasi tersebut menimbulkan kebingungan diantara khalayak (65 persen responden) karena tidak adanya prioritas pesan dan 73 persen responden tidak merasa bahwa penyakit ini dapat menjangkiti unggas mereka (Komnas FBPI, 2008).

Pesan yang membingungkan masyarakat bisa berdampak pada pola belanja masyarakat. Berdasarkan survei AC Nielsen, 2004 menunjukkan minat belanja produk segar termasuk daging lebih banyak beralih ke pasar swalayan. Hal ini dipicu efek psikologis bahwa pasar swalayan lebih melakukan seleksi dan pengecekan yang ketat untuk produknya. Selain itu, konsumen merasa bisa mengajukan tuntutan pada peritel swalayan apabila produk yang dibeli tidak baik kondisinya.

Adanya pemberitaan dan promosi yang gencar tentang higienitas makanan akan lebih banyak menarik konsumen untuk berbelanja di pasar swalayan. Penelitian yang dilakukan AC Nielsen, 20043 pada 100 responden yang bertempat tinggal di Jabotabek dan Surabaya menunjukkan 76 persen koresponden menyatakan peduli pada keamanan (higienitas) dari produk makanan yang dibelinya. Sebanyak 76 persen responden yang peduli pada keamanan pangan, 87 persen diantaranya menyatakan memberikan dampak pada kebiasaan berbelanjanya.

Survei AC Nielsen lainnya pada tahun 2004 dibandingkan tahun 2003 terjadi penurunan persentase konsumen yang berbelanja daging segar, daging ayam serta ikan di pasar tradisional. Pangsa pasar swalayan terus meningkat tetapi

3

Yongky Surya Susilo. Pertumbuhan Pasar Modern Ancam Keberadaan Pasar Tradisional. http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2004/0622/prom1.html. Desember 2007


(35)

9

pasar tradisional masih mendominasi penjualan produk segar. Penurunan persentase minat belanja di pasar tradisional tahun 2004 dibandingkan tahun 2003 paling besar untuk buah segar hingga sebelas persen (pangsa pasar tradisional turun menjadi 46 persen), sayuran segar sepuluh persen (pangsa pasar tradisional turun menjadi 47 persen), ikan segar lima persen (pangsa pasar tradisional turun menjadi 67 persen) serta daging segar dan daging ayam tiga persen (pangsa pasar tradisional menurun sebesar 10 persen)

Bogor termasuk kota di Jawa Barat yang cukup berkembang. Banyak peritel modern/swalayan yang mendirikan usahanya di Bogor. Saat ini peritel swalayan yang menjual lengkap bahan makanan hingga produk makanan segar yaitu Superindo, Market Place Matahari, Giant Hipermarket, Giant Supermarket, Hipermarket dan Ramayana Departement Store. Adanya peritel modern ini membuat pilihan bagi konsumen kota Bogor untuk berbelanja produk pertanian segar terutama bagi kalangan menengah ke atas yang relatif mengutamakan aspek higienitas dan kesehatan produk.

Pasar tradisional atau pasar becek sering mendapat stigma negatif dari konsumen. Pasar tradisional seperti Pasar Bogor, Pasar Jambu Dua atau Pasar Gunung Batu dengan tampilan pasar yang sederhana, becek serta parkiran yang sempit sering membuat konsumen merasa tidak betah berbelanja. Beberapa konsumen juga meragukan kebersihan produk bahan pangan yang dijual di pasar tradisional maupun pedagang keliling.

Isu flu burung juga menambah kehati-hatian konsumen dalam melakukan pembelian daging dan telur ayam serta produk olahannya. Flu burung di Kota Bogor sudah menjangkiti 43 kelurahan di enam kecamatan dengan kasus satu


(36)

orang suspek di Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Selatan. Tetapi sampai saat ini Pemerintah Kota Bogor tidak melakukan depopulasi (pemusnahan secara massal) lagi karena keterbatasan anggaran dan lebih menekankan pada upaya vaksinasi. Padahal menurut FAO dan WHO, depopulasi massal adalah cara menjaga virus ini tidak berkembang menjadi pandemi hingga meluas menjadi pandemi pada manusia. Kota Bogor dikelilingi kota-kota dengan kasus flu burung yang menulari manusia seperti Jakarta, Bekasi hingga Banten.

Kasus tentang keamanan pangan ini menambah sulitnya persaingan menghadapi pasar swalayan. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik pasar tradisional dibandingkan dengan pasar swalayan yang sangat bersih dan nyaman. Kedua, pasar swalayan berlokasi tidak jauh dari lokasi pasar tradisional. Ketiga, pasar swalayan yang didukung dengan modal yang besar sehingga mudah berkembang hingga ke tingkat kelurahan. Pasar tradisional yang merupakan kumpulan usaha mikro membutuhkan upaya yang saling terintegrasi untuk tumbuh dan berkembang hingga semua pelaku usaha dalam sistem pemasaran (petani, pedagang pengumpul, pengecer hingga pedagang di pasar) bisa tetap bertahan.

Untuk itu, penelitian ini berusaha membandingkan keputusan konsumen yang membeli daging dan telur ayam ras segar di pasar tradisional serta pasar swalayan dengan isu flu burung di Kota Bogor dengan responden berpendapatan pada kelas menengah dan atas. Sampel yang digunakan adalah konsumen menengah ke atas relatif tidak sensitif terhadap harga daging dan telur ayam ras. Selain itu, akan dianalisis perbandingan pengetahuan konsumen tentang isu flu


(37)

11

burung sehingga dapat diperbandingkan sejauh mana isu flu burung berpengaruh pada perilaku keputusan dan pembelian.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk :

1. Membandingkan karakteristik konsumen dan pengetahuan konsumen yang

sering membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor terkait isu flu burung

2. Membandingkan keputusan pembelian konsumen yang membeli telur dan

daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor terkait isu flu burung

3. Membandingkan penilaian atribut-atribut yang mempengaruhi keputusan

konsumen yang membeli telur dan daging ayam ras di pasar tradisional atau pasar swalayan di Kota Bogor

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang terkait. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai sarana memperluas pengetahuan dan upaya memperdalam masalah agribisnis. Bagi masyarakat umum diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan ataupun bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.


(38)

2.1 Flu Burung

Ayam ras merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas yang tinggi terutama dalam memproduksi daging dan telur dibandingkan ayam buras. Ayam ras berupa ayam pedaging atau ayam petelur yang mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1980an. Ayam ras pedaging atau disebut juga dengan broiler sedangkan ayam ras petelur dikenal juga dengan layer.

Ayam broiler memiliki kelebihan yaitu waktu pemeliharaan yang relatif singkat dengan pertumbuhan bobot badan yang lebih cepat. Kebutuhan protein hewani harian dengan produktivitas yang tinggi adalah produk telur ayam ras. Ayam ras petelur menghasilkan telur dalam jumlah yang lebih banyak dengan waktu yang relatif lebih singkat. Di Indonesia hampir setiap propinsi memiliki peternakan ayam pedaging maupun petelur baik peternak rakyat maupun peternakan yang dikelola perusahaan. Jenis-jenis ayam ras atau disebut strain

banyak beredar di pasaran dengan perbedaan produktivitas yang sangat kecil. Flu burung atau avian influenza (AI)adalah suatu penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Etilogi penyakit flu burung adalah virus influenza. Sifat virus AI bisa mati pada daging ayam yang dimasak dengan suhu 80oC selama satu menit atau 70oC selama 30 menit, pada telur ayam mati pada suhu 64oC selama 4,5 menit. Virus AI dapat bertahan pada kotoran ayam selama 35 hari pada suhu 4oC, dapat


(39)

13

bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22oC dan lebih dari 30 hari pada 0oC. Sebenarnya virus AI lemah tidak tahan panas dan zat disinfektan.

Flu burung sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1960an. Tahun 1997 mulai menyerang lagi dengan kasus manusia pada kasus 18 orang di Hongkong dan enam orang diantaranya meninggal dunia. Virus ini kemudian menyebar ke China, Belanda, Vietnam serta Thailand. Akhir tahun 2003, virus AI menjadi wabah atau epidemi diberbagai negara yaitu : Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Thailand, Kamboja, Hongkong, Republik Rakyat China, Pakistan dan Indonesia. Pada Januari 2004, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan flu burung sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) dan mengucurkan dana 212 milyar sebagai penanggulangannya.

Di Indonesia hampir setiap propinsi memiliki peternakan ayam pedaging maupun petelur baik peternak rakyat maupun peternakan yang dikelola perusahaan. Pada Bulan Juli 2003, flu burung atau virus H5N1 menyerang peternakan unggas termasuk ayam ras di Indonesia dan negara lainnya. Flu burung menimbulkan kerugian yang sangat besar pada industri peternakan ayam ras dan menimbulkan kematian pada manusia hingga pada 29 Januari 2004 pemerintah menerapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan mengucurkan dana 212 milyar sebagai penanggulangannya.

Kasus flu burung di Indonesia pada Maret 2007 pada unggas sudah menyebar di 30 provinsi diantaranya Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Timur serta Sulawesi Utara (Komnas FBPI, 2008). Saat


(40)

ini Pemerintah Indonesia berupaya memberikan informasi kepada masyarakat untuk tanggap flu burung melalui Komnas FBPI. Informasi berupa tayangan iklan di televisi, surat kabar maupun brosur. Contoh brosur yang disebarkan Komnas FBPI dapat dilihat pada Lampiran 2. Komnas FBPI menerangkan gejala flu burung bila ada kematian mendadak pada unggas tanpa gejala sakit.

Penyebab wabah flu burung pada unggas adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1. Hal ini terlihat dari basil studi yang menunjukkan unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Masa inkubasi virus influenza bervariasi, tiga hari untuk unggas diluar kandang dan 14-21 hari untuk unggas didalam kandang. Secara umum, virus flu burung tidak menyerang manusia namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

2.1.1 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Unggas

Sesuai dengan panduan Komnas FBPI (Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza), penyebaran flu burung pada unggas terjadi secara cepat dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu peternakan dan menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Unggas bisa terinfeksi flu burung melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung terjadi bila unggas sehat bercampur dengan unggas yang terinfeksi ataupun dengan burung-burung liar yang terinfeksi. Kontak tidak langsung dengan kotoran dari unggas yang terinfeksi virus, sumber air (danau/kolam) yang tercemar kotoran atau bulu dari unggas yang terinfeksi, jerami tempat sarang unggas yang terinfeksi ataupun virus yang terbawa dari orang-orang yang datang dari daerah


(41)

15

yang terjangkit melalui sepatu, baju, perkakas ataupun alat transportasi serta melalui pakan unggas yang terinfeksi.

Gejala flu burung pada unggas sebagai berikut :

a. Unggas mati mendadak dalam jumlah yang besar dengan atau tanpa gejala klinis

b. Gejala yang mungkin terjadi pada unggas: unggas lemas (tidak berenergi), gelisah, kepala tertunduk menyatu dengan badan, kesulitan bernafas, bengkak pada kepala dan kelopak mata, pendarahan di kulit area yang tidak ditumbuhi bulu terutama pada kaki, penurunan jumlah telur yang dihasilkan, diare, mengigil dan mengeluarkan air mata

Pencegahan perpindahan virus flu burung antar unggas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Masukkan unggas ke dalam kandang (tidak berkeliaran)

b. Kandangkan masing-masing unggas yang berbeda jenis dalam kandang yang berbeda

c. Hanya membeli unggas muda yang sehat dan memisahkan unggas yang baru minimal dua minggu

d. Cuci tangan dengan sabun sesudah kontak dengan unggas e. Transportasikan hanya unggas yang sehat

f. Bersihkan halaman disekitar kandang setiap hari dengan membuang kotoran unggas maupun bulunya kemudian bakar atau kuburkan

g. Cuci dan bersihkan peralatan yang dipakai di peternakan dengan disinfektan seminggu sekali


(42)

h. Bersihkan, cuci kemudian sucihamakan kandang dengan disinfektan atau bahan kimia lainnya seperti cairan pemutih pakaian

i. Bagi yang keluar dari halaman peternakan, cuci alas kaki dengan air bersabun atau ganti dengan alas kaki yang baru

j. Beri pakan yang sehat dan air bersih pada unggas k. Beri vaksin unggas yang sehat jika memungkinkan

Ketika menemukan unggas mati mendadak dalam jumlah yang banyak maka tindakan yang harus dilakukan masyarakat sekitar tempat kejadian adalah :

a. Laporkan kepada aparat berwenang (Dinas Pertanian/Peternakan atau Dinas Kesehatan)

b. Tidak membuang unggas yang mati

c. Musnahkan unggas dengan cara dibakar atau kuburkan bangkai ke dalam

galian setinggi lutut orang dewasa. Gunakan alat pelindung (masker, sarung tangan, sepatu bot, baju lengan panjang, celana panjang serta topi). Bersihkan badan sesudahnya dan cuci semua pakaian dengan sabun

d. Bersihkan, cuci kemudian sucihamakan dengan disinfektan seperti pemutih dan chlor, tepung kapur atau karbol untuk membersihkan sarang, kandang dan alat transportasi

e. Bersihkan alas kaki, peralatan, roda atau ban mobil transportasi sebelum memasuki dan setelah meninggalkan kandang unggas. Bagi pedagang jangan parkir dekat kandang

f. Cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan unggas g. Ganti baju dan cuci pakaian setelah kontak dengan unggas


(43)

17

h. Kandang harus dikosongkan selama dua minggu sehingga bebas virus flu burung

i. Hanya menjual dan membeli unggas yang sehat

2.1.2 Proses Penularan dan Pencegahan Flu Burung Pada Manusia

Virus H5N1 akan menyebabkan kematian pada manusia jika terinfeksi dan tidak dirawat dengan segera. Manusia bisa terinfeksi atau terjangkit virus ini melalui : (1) kontak dengan unggas yang terinfeksi saat membawa, mengangkut, menyembelih dan memproses unggas, (2) makan darah unggas mentah atau telur dan daging unggas setengah matang.

Seseorang yang diduga secara klinis terkena flu burung memiliki gejala flu pada umumnya yaitu suhu badan diatas 38oC, sakit tenggorokan, batuk, beringus, terasa ngilu di persendian lengan, kaki dan punggung (sakit akan meningkat saat batuk), sakit kepala serta lemas. Dalam waktu yang singkat, penyakit ini menjadi lebih berat berupa peradangan paru-paru (pneumonia) dan dapat menimbulkan kematian. Orang yang mempunyai resiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja pada peternakan, keluarga yang memelihara unggas, lingkungan keluarga disekitar peternakan, penjual dan pekerja pemotong unggas serta para penjamah unggas. Saat ini belum ada bukti ilmiah penularan virus ini dapat terjadi melalui daging unggas yang dikonsumsi.

Penularan dari manusia ke manusia belum ada pembuktian penelitian ilmiah yang dipublikasikan. Saat ini tidak ada vaksin yang mampu mencegah penyakit ini jika sudah berjangkit pada manusia. Untuk mencegah berjangkitnya flu burung secara aktif maka :


(44)

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah kontak dengan unggas serta produk unggas lainnya

b. Membeli unggas yang sehat

c. Tidak mengkonsumsi darah mentah, daging unggas atau telur setengah matang d. Jangan menyembelih unggas yang sakit

e. Jangan mengkonsumsi unggas yang mati atau sakit f. Hindari kontak dengan sumber terinfeksi

g. Jangan biarkan anak-anak melakukan kontak dengan unggas atau bermain di dekat kandang

h. Jangan biarkan unggas berkeliaran di dalam rumah

i. Hindari kontak yang tak perlu dengan unggas bahkan unggas yang sehat sekalipun

j. Gunakan masker dan sarung tangan saat kontak atau menyembelih unggas k. Kuburkan limbah unggas (bulu, jeroan, darah) sedalam lutut orang dewasa

setelah disembelih

l. Mandi, ganti serta cuci pakaian, sepatu dan sandal dengan sabun setelah kontak dengan unggas

m. Cari perawatan segera bila mengalami gejala seperti yang dijabarkan

sebelumnya. Jangan mengobati diri sendiri tetapi minumlah obat yang diresepkan dokter

Jika ada orang yang terkena flu burung maka bawalah segera ke rumah sakit terdekat, minum obat yang diresepkan dokter, hindari kontak yang tidak perlu dengan orang yang terinfeksi atau gunakan pelindung jika harus terjadi kontak serta hindari kontak dengan air liur atau ludah orang lain.


(45)

19

Dalam penanganan kasus flu burung ada tiga tahapan kasus. Pertama kasus

suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temperatur > 38oC), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus dengan salah satu keadaan :

1. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang terjangkit flu burung 2. Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan

3. Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung

Kedua, kasus probable yaitu kasus suspek yang disertai salah satu keadaan : 1. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1) 2. Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia gagal pernafasan atau

meninggal

3. Terbukti tidak terdapat penyebab lain

Ketiga, kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable yang didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium.

Walaupun virus AI merupakan virus yang lemah, pemerintah dan masyarakat harus waspada sebelum terjadi pandemi antar manusia. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) ada tiga fase/periode perkembangan menuju terjadinya pandemi :

1. Periode Intrapandemik

Pada Periode ini ada dua fase. Fase pertama tidak ada subtipe virus influenza baru yang dideteksi pada manusia. Subtipe virus influenza yang telah diketahui menyebabkan infeksi atau penyakit pada manusia masih rendah. Fase ini dialami Indonesia sebelum Juli 2003. Fase kedua, tidak ada subtipe


(46)

virus influenza baru yang dideteksi pada manusia. Tetapi subtipe virus influenza berkembang dengan perantaraan hewan memiliki resiko penyakit pada manusia. Di Indonesia fase ini mulai pada bulan Agustus 2003 ketika virus subtipe H5N1 dideteksi pada unggas.

2. Periode Kewaspadaan terhadap Pandemi

Pada Periode ini ada tiga fase. Fase ketiga, Infeksi pada manusia dengan subtipe yang baru tetapi tidak ada penyebaran dari manusia ke manusia. Di Indonesia fase ini mulai pada bulan Juli 2005 ketika infeksi subtipe H5N1 dikonfirmasikan pada manusia. Fase keempat, kelompok melingkar kecil (clutser) dengan penularan yang terbatas dari manusia ke manusia tetapi penyebaran sangat terlokalisir. Di Indonesia fase ini belum dimulai. Fase kelima, Penyebaran dengan daerah yang lebih luas tetapi virus belum sepenuhnya menular dengan mudah (pandemi yang substantif)

3. Periode Pandemik

Fase keenam, penularan yang singkat dan berkesinambungan pada masyarakat umum. Menurut Komnas FBPI, pada periode pandemik masyarakat pada daerah wabah akan diisolir (tidak ada yang keluar dan masuk daerah wabah), kemudahan mengakses Tamiflu, melakukan karantina dan pembatasan mobilisasi penduduk (tidak bekerja atau sekolah) serta pemusnahan unggas secara massal.

2.2 Perdagangan Eceran

Menurut Kotler, 1997 usaha eceran dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa langsung kepada konsumen yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan non bisnis. Usaha eceran sangat


(47)

21

beragam dengan bentuk-bentuk baru yang terus bermunculan. Beberapa klasifikasi pengecer menurut Kotler (1997) adalah :

a. Pengecer Toko

Usaha eceran toko dapat diklasifikasikan menjadi delapan kategori antara lain toko khusus, toko serba ada, pasar swalayan, toko kelontong, toko diskon, pengecer potongan harga, toko super, toko kombinasi, pasar dan ruang pamer katalog

b. Penjualan Eceran Bukan Toko

Walaupun sebagian besar barang dan jasa dijual melalui toko, penjualan eceran tidak melalui toko berkembang lebih pesat dibandingkan penjualan eceran melalui toko. Penjualan eceran tidak melalui toko terbagi menjadi empat kategori yaitu penjualan langsung, pemasaran langsung, penjualan otomatis dan jasa pembelian

c. Organisasi Eceran

Banyaknya pemilikan toko secara independen menyebabkan semakin banyak penjualan eceran menjadi bentuk corporate retailing. Organisasi-organisasi eceran mencapai skala ekonomis yang lebih besar seperti daya beli yang besar, pengakuan merek yang lebih luas dan pegawai yang terlatih. Jenis-jenis penjualan utama eceran yaitu jaringan toko korporat, jaringan sukarela, koperasi pengecer, koperasi konsumen, organisasi waralaba dan konglomerat perdagangan

2.3 Pengertian Pasar

Pasar merupakan perdagangan eceran berbentuk toko. Pasar menurut Belshaw dalam Rudi, 2005 adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial,


(48)

ekonomi, kebudayaan, politis dan lain-lainnya. Pasar merupakan tempat pembeli dan penjual (penukar tipe lain) saling bertemu dan mengadakan tukar-menukar. Menurut Belshaw, pasar timbul tidak untuk memberi kesempatan kepada orang untuk menjual surplus tetapi timbul akibat adanya diferensiasi pekerjaan, sehingga di pasar orang yang mengkhususkan di dalam produksi jenis tertentu bisa memperoleh hasil produksi orang lain (spesialisasi).

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dimana proses jual beli terbentuk yang menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan sebagai pasar tradisional dan pasar modern/swalayan. Perbedaan karakteristik antar kedua pasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

1. Pasar modern/swalayan merupakan pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta atau koperasi dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat dan dilengkapi dengan label harga yang pasti. Pasar swalayan dapat dibedakan menjadi hipermarket, supermarket, departement store, serta minimarket.

Hipermarket adalah toko modern yang memiliki luas areal diatas 5000 m2 per outletnya dengan variasi barang yang lebih banyak dan pilihan merek yang lebih luas. Hipermarket dapat menempati pusat-pusat perdagangan/pusat pasar/pusat pertokoan atau gedung yang dibangun sendiri di lokasi khusus. Konsep yang ditawarkan oleh hipermarket adalah one stop shopping atau pusat pertokoan yang


(49)

23

lengkap yang menyediakan berbagai macam kebutuhan rumah tangga sehari-hari dimulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan sandang. Kepemilikan hipermarket umumnya adalah joint venture antara swasta lokal dengan swasta asing atau kepeemilikan asing seperti kepemilikan asing seperti kepemilikan Giant dan Carrefour.

Tabel 6 Perbedaan Karakteristik Antar Pasar Tradisional dengan Pasar Modern

No Aspek Pasar Tradisonal Pasar Swalayan

1 Sejarah Evolusi Panjang Fenomena Baru

2 Fisik Kurang Baik Baik dan Mewah

3 Kepemilikan Milik masyarakat/desa,

Pemda, Sedikit Swasta

Umumnya perorangan/ swasta

4 Modal Modal

lemah/subsidi/swadaya masyarakat/inpres

Modal kuat/digerakkan oleh swasta

5 Konsumen Umumnya golongan

menengah ke bawah

Umumnya golongan menengah ke atas 6 Metode

pembayaran

Ciri dilayani, tawar menawar

Harga psati, pembayaran terkonsentrasi

7 Status tanah Tanah negara, sedikit sekali swasta

Tanah

swasta/perorangan

8 Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi Tidak ada subsidi

9 Pembangunan Umumnya dilakukan oleh

Pemda/desa/masyarakat

Pembangunan fisik oleh swasta

10 Pedagang yang

masuk

Beragam, massal dari sektor informal sampai pedagang menengah dan besar

Pemilik modal juga pedagangnya (tunggal) atau beberapa pedagang format skala menengah dan besar

11 Peluang masuk/partisipasi

Bersifat massal (pedagang kecil, menegah dan besar)

Terbatas umumnya pedagang tunggal dan menengah ke atas

12 Jaringan Pasar regional, pasar kota

dan pasar kawasan

Sistem rantai korporsi nasional atau bahkan terkait dengan modal luar negeri (manajemen tersentralisasi)


(50)

Supermarket adalah toko modern yang memiliki rata-rata luas antara 600-1000 m2 yang biasanya berada di mal, pusat perbelanjaan atau gedung milik sendiri. Komoditi utama yang biasa dijual umumnya adalah barang-barang/bahan pangan dan peralatan dapur. Model kepemilikan dari supermarket umumnya adalah milik swasta baik lokal maupun asing. Milik swasta lokal biasanya berasal dari kepemilikan kelompook atau group perusahaan yang mendirikan cabang perusahaan diberbagai daerah seperti Matahari Supermarket, Ramayana Supermarket dan lain-lain.

Departement Store merupakan toko modern dengan luas area yang bervariasi biasanya berhubungan dengan proses retailing, penyortiran barang konsumsi yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia atau gaya hidup. Self service atau pelayanan penjualan biasanya dibawah satu manajemen umum. Barang yang dijual di departement store umumnya adalah barang-barang sandang seperti pakaian, sepatu dan lain-lain. Kepemilikan departement store biasanya milik swasta asing dan lokal. Target pasar antara departement store asing umunya berbeda dengan lokal. Departement store asing lebih membidik masyarakat

kalangan meneengah ke atas sedangkan departement store lokal umunya

membidik pasar dari masyarakat menengah ke bawah

Minimarket adalah pasar swalayan yang berukuran kecil umumnya luas antara 100-300 m2 per outlet. Minimarket dapat menempati pertokoan, perkantoran, mal ataupun gedung sendiri. Minimarket menerapkan sistem waralaba bagi masyarakat yang ingin membuka gerai minimarket tersebut pada lokasi pilihan. Sistem waralaba adalah perjanjian kontrak dimana perusahaan induk memberi hak kepada anak perusahaan atau perorangan dibawah kondisi khusus. Minimarket


(51)

25

lebih mudah untuk berekspansi ke berbagai daerah yang ada hingga ke daerah pemukiman dengan menerapkan sistem ini.

2. Pasar Tradisional merupakan pasar yang bentuk bangunannya relatif

sederhana dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang usaha sempit, sarana parkir yang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar dan penerangan yang kurang baik). Barang yang diperdagangkan adalah kebutuhan sehari-hari, harga yang relatif murah dengan mutu yang kurang diperhatikan dan cara pembeliannya dilakukan dengan tawar-menawar.

2.4 Penelitian Terdahulu

Analisis Penilaian Mutu dan Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Pertanian Segar di Bogor pernah dilakukan Tresnawati, 2007 dengan kasus pasar modern, pasar tradisional dan pedagang keliling. Tujuan penelitian ini (1) menganalisis perbedaan karakteristik dan proses keputusan pembelian konsumen terhadap produk pertanian segar, (2) membandingkan penilaian mutu produk pertanian segar oleh rumah tangga di pasar tradisional, pasar modern dan pedagang keliling, (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi lokasi pembelian konsumen di pasar tradisional, pasar modern dan pedagang keliling. Berdasarkan analisis diskriminan yang mempengaruhi penentuan lokasi pembelian adalah jenis kelamin dan pendapatan.

Analisis tentang komoditas ayam ras petelur pernah dilakukan oleh Surya (2004) yang berjudul Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras di Kelurahan Serua, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis imbangan


(52)

penerimaan dan biaya, analisis struktur pasar, analisis perilaku pasar, analisis marjinh pemasaran dan analisis efisiensi pemasaran.

Untuk komoditas daging ayam ras pernah diteliti Syirwan (2005) yang meneliti tentang keamanan pangan di beberapa pasar tradisional Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ayam ras di pasar tradisional di Kota Bogor menggunakan formalin dengan kandungan yang berbeda-beda. Kandungan formalin tertinggi pada Pasar Bogor dan Pasar Anyar sedangkan pada Pasar Gunung Batu tidak ditemukan penggunaan formalin. Ada korelasi yang sangat nyata antara pengetahuan pedagang dengan kandungan formalin artinya semakin tinggi pengetahuan keamanan pedagang maka semakin rendah kandungan formalin pada ayam potong.

Basuki (2005) meneliti tentang analisis struktur pasar, perilaku pasar dan marjin pemasaran pedagang pengecer daging ayam ras di pasar-pasar tradisional Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk bersifat oligopoli murni. Para pedagang pengecer di pasar-pasar tradisional telah efisien secara operasional karena memiliki rasio L/C lbernilai 4,04.

Penelitian tentang pasar tradisional di Kota Bogor juga pernah dilakukan oleh Nurmalasari (2007). Berdasarkan hasil analisis porter’sdiamond didapatkan bahwa pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk dimata konsumen baik dari segi bangunan maupun infrastrukturnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prefensi belanja di pasar tradisional adalah pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang, kebersihan dan kenyamanan pasar.


(53)

27

Kebijakan untuk pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor dilakukan oleh Hidayat (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa stakeholders yang terkait dengan pengembangan pasar tradisional yaitu Bapeda, Disperindagkop, masyarakat pedagang, UPTD, pengelola swasta. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa kegagalan kebijakan karena proses penyusunan dan perencanaan kebijakan kurang tepat. Tidak semua stakeholders dilibatkan dalam proses perencanaan dan penerapan kebijakan. Asapek yang paling penting dalam pengembangan pasar tradisional secara berurutan adalah aspek ekonomi, aspek manajemen, aspek social dan aspek teknis.

Penelitian tentang kasus flu burung sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang berkaitan dengan perilaku konsumen pernah dilakukan oleh Nurmansyah, 2006 dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumah tangga dalam mengkonsumsi daging ayam pasca isu flu burung di Kecamatan Sukahati, Kecamatan Cibinong. Metode yang dipakai menggunakan analisis Logit yang menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi yang mengurangi daging ayam atau tidak mengurangi daging ayam adalah pendapatan per bulan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, lokasi perumahan kelas bawah, etnis betawi dan jawa.

Widari (2006) juga pernah meneliti konsumen terkait isu flu burung. Tujuan penelitiannya : (1) menganalisis dampak sosialisasi flu burung terhadap pola konsumsi daging dan telur ayam, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging dan telur ayam. Penelitian dilakukan di kota Bogor dengan pengambilan sampel berdasarkan cluster yang mewakili kelas sosial di Kota Bogor.


(54)

Metode yang digunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi flu burung berdampak positif terhadap pola konsumsi rumah tangga. Sesudah sosialisasi tidak ada konsumen rumah tangga yang berhenti mengkonsumsi daging dan telur ayam. Perubahan pola konsumsi berbeda menurut kelas sosial. Pola konsumsi yang mengalami perubahan meliputi frekuensi pembelian, jumlah pembelian dan tempat pembelian.

Dampak merebaknya wabah flu burung dan isu formalin terhadap pola konsumsi daging dan telur ayam serta ikan konsumen rumah tangga (studi kasus di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) diteliti oleh Sari, 2006. Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis dampak merebaknya flu burung dan isu formalin terhadap perubahan pola konsumsi daging daging dan telur ayam serta ikan konsumsi rumah tangga, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan daging dan telur ayam serta ikan.

Hasil penelitian menunjukkan setelah merebaknya wabah flu burung dan isu formalin sebagian besar responden berhenti atau mengurangi konsumsi daging dan telur ayam serta ikan terutama pada kalangan rumah tangga kelas atas. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah permintaan daging ayam adalah usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan jenis pekerjaan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah permintaan telur ayam adalah usia, pendidikan ibu, dan jumlah anggota keluarga.

Penelitian penulis berbeda dari penelitian sebelumnya. Penulis lebih fokus melihat dampak isu flu burung terhadap keputusan konsumen berpendapatan sedang dan tinggi dalam membeli daging dan telur ayam ras yang lebih memperhatikan kualitas daripada harga. Kasus yang diteliti adalah pasar


(55)

29

tradisional dan swalayan berada dalam satu lokasi. Hal ini dilakukan agar dapat meneliti konsumen yang memilih berbelanja ayam atau telur ras di pasar tradisional atau swalayan dengan tidak mempertimbangkan jarak antar kedua pasar. Penelitian akan dilakukan di kota Bogor dengan rentang waktu Maret-Juni 2008.


(56)

3.1 Kerangka Teorities 3.1.1 Perilaku Konsumen

Menurut Undang-Undang Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya. Model perilaku konsumen terbentuk akibat tiga faktor yang mempengaruhi yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual dan proses psikologis.

Gambar 3 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen(Engel, 1995)

Pengaruh Lingkungan

a. Budaya b. Kelas Sosial c. Pengaruh pribadi d. Keluarga e. Situasi Perbedaan Individu a. Sumberdaya Konsumen b. Motivasi dan

Keterlibatan c. Pengetahuan d. Sikap e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi Pengambilan Keputusan a. Pengenalan Kebutuhan b. Pencarian Informasi

c. Evaluasi Alternatif d. Pembelian e. Hasil Proses Psikologis a. Pengolahan Informasi b. Pembelajaran c. Perubahan sikap dan Perilaku


(57)

31

Lingkungan yang kompleks mempengaruhi perilaku seseorang sadar atau tidak sadar. Pengaruh lingkungan yang mempengaruhi konsumen ada lima faktor yaitu :

a. Budaya

Budaya dapat diartikan seperangkat nilai, gagasan, sikap serta simbol lain yang bermakna hingga dapat dipakai manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran serta mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses konsumsi, pengambilan keputusan individu dan sebagai variabel utama dalam penciptaan dan makna komunikasi dari sebuah produk

b. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat serta perilaku termasuk pembelian yang sama. Ukuran yang digunakan untuk penggolongan kelas sosial adalah pendapatan, pendidikan, pekerjaan, kekayaan dan lainnya. Kelas sosial menunjukkan perilaku produk dan pemilihan merek serta tempat belanja sehingga produsen dapat memfokuskan diri pada kelas sosial tertentu.

c. Pengaruh Pribadi

Pengaruh pribadi didapatkan dari kelompok acuan maupun komunikasi lisan. Kelompok acuan dibagi dua yaitu kelompok primer (keluarga, teman, tetangga, teman kerja) yang mana terjadi interaksi terus-menerus dan cenderung informal. Kelompok sekunder yaitu kelompok yang interaksinya tidak terlalu rutin dan kurang berpengaruh dalam membentuk gagasan dan perilaku.


(58)

d. Keluarga

Keluarga adalah satuan terkecil dari sebuah masyarakat yang secara erat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian seseorang serta menjadi pedoman dalam berperilaku. Keluarga merupakan unit pengambil keputusan utama dengan pola dan peranan yang berbeda-beda bagi tiap anggota keluarga.

e. Pengaruh Situasi

Situasi dapat menberikan pengaruh yang kuat pada perilaku konsumen. Pengaruh situasi dapat terjadi dari lingkungan fisik (lokasi, tata ruang, suara, warna), lingkungan sosial, waktu, keadaan suasana hati serta kondisi konsumen.

Perbedaan individu merupakan faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. Perbedaan individu yang dapat mempengaruhi proses keputusan konsumen antara lain :

a. Sumberdaya Konsumen

Sumberdaya konsumen memiliki keterbatasan sehingga memerlukan alokasi dan pembagian yang cermat. Sumberdaya ini pula yang menjadi persaingan di antara produsen dan pemasar. Tiga sumberdaya konsumen yaitu ekonomi, waktu dan kognitif.

b. Motivasi dan Keterlibatan

Perilaku yang termotivasi diprakasai oleh pengaktifan kebutuhan (pengenalan kebutuhan). Kebutuhan yang diaktifkan akan menimbulkan adanya motivasi yaitu suatu dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diarahkan pada tujuan memperoleh kepuasan sedangkan


(59)

33

keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian maupun konsumsi.

c. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang tersimpan dalam ingatan konsumen. Pengetahuan konsumen mencakup (1) pengetahuan produk (atribut dan kepercayaan merek), (2) pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkaitan dengan keputusan tentang tempat dan waktu pembelian, (3) pengetahuan pemakaian (informasi yang tersedia dalam ingatan, cara produk digunakan serta pelengkap penggunaan produk)

d. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkaitan dengan objek atau alternatif yang diberikan

e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi

Kepribadian, nilai dan gaya hidup merupakan sistem yang penting untuk memahami perbedaan konsumen dalam preferensi merek. Kepribadian bisa diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Gaya hidup adalah pola yang digunakan orang untuk hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Sedangkan demografi adalah karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan serta pendapatan.

Proses psikologis merupakan proses sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen. Proses psikologis mempunyai tiga tahapan yaitu pemrosesan informasi, proses pembelajaran dan perubahan sikap perilaku


(1)

99

Lampiran 2. Contoh Brosur Tanggap Flu Burung


(2)

103

103

Lampiran 3. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Penulis dengan Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti Persamaan Perbedaan

1 Dewi Tresnawati

a.Meneliti karakteristik dan proses pengambilan keputusan konsumen yang membeli di pasar tradisional dan modern

b.Alat analisis yang digunakan (analisis diskriminan)

Lebih spesifik komoditi yang diteliti penulis yaitu telur dan daging ayam ras sedangkan komoditi yang diteliti Dewi adalah semua produk pertanian segar

2 Mardian Nurmansyah

Meneliti karakteristik dan proses pengambilan keputusan konsumen daging dan telur ayam setelah isu flu burung

a.Tempat penelitian Mardian di Kabupaten Bogor sedangkan cakupan penelitian penulis di Kota Bogor

b.Alat analisis Mardian menggunakan analisis faktor sedangkan penulis menggunakan analisis diskriminan

3 Sri Widari Meneliti karakteristik dan dampak pada proses pengambilan keputusan konsumen daging dan telur ayam setelah isu flu burung

a.Alat analisis yang digunakan Sri adalah regresi linear berganda

b.Pengambilan sampel dilakuakan Sri berdasarkan

clutser (kelas sosial) sedangkan sampel penulis dengan kesengajaan saat di lapangan (pasar)

4 Pranita Sari Meneliti karakteristik dan dampak pada proses pengambilan keputusan konsumen daging dan telur ayam setelah isu flu burung

Alat analisis yang digunakan Pranita adalah regresi linear berganda


(3)

Lampiran 3. Depopulasi Terbatas Unggas Positif Avian Influenza di Kota Bogor

No

Waktu Jumlah

Depopulasi Jenis Unggas Tempat

1 12 Januari 2006

50 ekor Itik Kelurahan Kebon Kelapa (Bogor Tengah) 2 16

Februari 2006

1.346 ekor Ayam buras, burung, merpati dan unggas air (angsa, itik, entok)

Kelurahan Babakan (Bogor Tengah)

3 28 Desember 2006

38 ekor Ayam buras Kelurahan Cimahpar (Bogor Utara) 4 1 Maret

2007

4 ekor Ayam Buras Kelurahan Kertamaya (Bogor Selatan) 5 17 April

2007

6 ekor Ayam Buras Kelurahan Kertamaya (Bogor Selatan) 6 22 April

2007

3 ekor Itik Keluarahan

Sindangsari (Bogor Timur)


(4)

Lanjutan Lampiran 4

Test of Homogeneity of Variances

.006 1 58 .941

.000 1 58 1.000

.988 1 58 .324

1.440 1 58 .235

4.117 1 58 .047

.308 1 58 .581

4.847 1 58 .032

.780 1 58 .381

umur jenis kelamin

pendapatan per bulan peneluaran pangan per bulan

status pernikahan pekerjaan

pembantu rumah tangga pendidikan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

322.017 1 322.017 3.735 .058

5000.967 58 86.224

5322.983 59

.000 1 .000 .000 1.000

3.733 58 .064

3.733 59

.067 1 .067 .270 .605

14.333 58 .247

14.400 59

.417 1 .417 .850 .360

28.433 58 .490

28.850 59

.150 1 .150 .985 .325

8.833 58 .152

8.983 59

2.017 1 2.017 1.357 .249

86.167 58 1.486

88.183 59

.267 1 .267 1.149 .288

13.467 58 .232

13.733 59

.150 1 .150 .213 .646

40.833 58 .704

40.983 59 Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total umur jenis kelamin

pendapatan per bulan

peneluaran pangan per bulan

status pernikahan

pekerjaan

pembantu rumah tangga

pendidikan

Sum of


(5)

Lampiran 5. Hasil ANOVA Responden Daging Ayam Ras

Descriptives

21 41.8571 9.60878 2.09681 37.4833 46.2310 22.00 67.00

39 37.0769 8.32050 1.33235 34.3797 39.7741 20.00 51.00

60 38.7500 9.00965 1.16314 36.4226 41.0774 20.00 67.00

21 1.05 .218 .048 .95 1.15 1 2

39 1.03 .160 .026 .97 1.08 1 2

60 1.03 .181 .023 .99 1.08 1 2

21 1.43 .507 .111 1.20 1.66 1 2

39 1.31 .468 .075 1.16 1.46 1 2

60 1.35 .481 .062 1.23 1.47 1 2

21 1.6190 .66904 .14600 1.3145 1.9236 1.00 3.00

39 1.3846 .67338 .10783 1.1663 1.6029 1.00 3.00

60 1.4667 .67565 .08723 1.2921 1.6412 1.00 3.00

21 .95 .218 .048 .85 1.05 0 1

39 .85 .366 .059 .73 .96 0 1

60 .88 .324 .042 .80 .97 0 1

21 2.71 1.271 .277 2.14 3.29 1 5

39 3.33 1.782 .285 2.76 3.91 1 5

60 3.12 1.637 .211 2.69 3.54 1 5

21 .29 .463 .101 .08 .50 0 1

39 .15 .366 .059 .04 .27 0 1

60 .20 .403 .052 .10 .30 0 1

21 1.86 .854 .186 1.47 2.25 1 3

39 2.00 .889 .142 1.71 2.29 1 3

60 1.95 .872 .113 1.72 2.18 1 3

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total

Modern/Swalayan Tradisonal Total umur

jenis kelamin

pendapatan per bulan

peneluaran pangan per bulan

status pernikahan

pekerjaan

pembantu rumah tangga

pendidikan

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for Mean


(6)

Lanjutan Lampiran 5

Test of Homogeneity of Variances

.022 1 58 .883

.793 1 58 .377

2.413 1 58 .126

.158 1 58 .693

7.092 1 58 .010

13.249 1 58 .001

5.371 1 58 .024

.093 1 58 .762

umur jenis kelamin

pendapatan per bulan peneluaran pangan per bulan

status pernikahan pekerjaan

pembantu rumah tangga pendidikan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

311.909 1 311.909 4.041 .049

4477.341 58 77.196

4789.250 59

.007 1 .007 .198 .658

1.927 58 .033

1.933 59

.199 1 .199 .860 .358

13.451 58 .232

13.650 59

.750 1 .750 1.662 .202

26.183 58 .451

26.933 59

.154 1 .154 1.482 .228

6.029 58 .104

6.183 59

5.231 1 5.231 1.984 .164

152.952 58 2.637

158.183 59

.237 1 .237 1.470 .230

9.363 58 .161

9.600 59

.279 1 .279 .363 .549

44.571 58 .768

44.850 59 Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total umur jenis kelamin

pendapatan per bulan

peneluaran pangan per bulan

status pernikahan

pekerjaan

pembantu rumah tangga

pendidikan

Sum of