1
BAB I
1 PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Masalah ekstubasi endotrakeal adalah masalah yang sering terjadi pada tindakan general anestesi dan memerlukan keterampilan dan pengalaman yang cukup bagi
seorang ahli anestesi.
1-3
Kejadian yang merugikan yang dapat terjadi saat tindakan ekstubasi adalah perubahan kardiovaskular dan terangsangnya refleks jalan nafas yang dapat
menyebabkan peningkatan respon hemodinamik, batuk serta peningkatan tekanan intrakranial.
4
Tindakan ekstubasi mempengaruhi beberapa sistem organ yaitu kardiovaskular, respirasi, saraf dan hormonal. Manipulasi ekstubasi dapat menyebabkan respon seperti
peningkatan laju nadi, hipertensi, disritmia, spasme bronkus, spasme laring, edema laring, sekresi bronkus yang berlebih, sementara hipotensi dan bradikardi dapat terjadi
namun relative jarang. Pada sistem kardiovaskular terjadi peningkatan tekanan darah dan laju nadi sekitar 20 atau lebih diatas nilai sehari hari base line dan dapat
menetap sampai periode pemulihan serta berlangsung selama 5- 15 menit.
4-7
Pada sistem saraf akan terjadi peningkatan aliran darah otak dan tekanan intra kranial terutama pada pasien dengan autoregulasi terganggu. Pada sistem hormonal
terjadi peningkatan kadar epinefrin dan norepinefrin.
1
Komplikasi sistem respirasi biasanya muncul sebesar 7 pada tindakan ekstubasi yang dilakukan, biasanya akibat ventilasi tidak adekuat, obstruksi jalan nafas,
spasme bronkus dan aspirasi.
1,8-9
Pada umumnya pasien dapat mentolelir respons kardiovaskular terhadap ekstubasi tanpa mengalami komplikasi yang bermakna. Akan tetapi, pada pasien dengan
penyakit penyerta co-existing disease , respon hemodinamik tersebut kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
2 tidak dapat ditolelir sehingga akan memperlihatkan efek samping yang berlebih karena
toleransi yang terbatas seperti pada pasien dengan hipertensi, hipertensi yang dipicu kehamilan, penyakit jantung dan pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Mekanisme tanggapan kardiovaskuler pada tindakan ekstubasi tidak digambarkan dengan jelas, Stoelting
pada bukunya menyatakan bahwa stimulus nyeri dapat membangkitkan refleks peningkatan eferen pada sistem saraf simpatis.
Mekanisme pasti belum diketahui, tetapi ada kemungkinan disebabkan oleh peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan peningkatan laju nadi, kontraktilitas miokardium
dan peningkatan tahanan vaskular sistemik. Menurut Burstein, Lo, Pinto dan Newman 1950 , terjadi stimulasi traktus respiratorius
yang melalui hidung, epifaring, laringofaring jaras aferen saraf glossopharingeus dan dari cabang dari tracheobronchial sehingga meningkatkan respon saraf aferen simpatetik
servikal yang berdampak peningkatan laju nadi dan tekanan darah.
10
Prys Robert dkk melaporkan terjadi peningkatan yang signifikan tekanan darah, laju nadi pada pasien dengan hipertensi maupun pasien normotensi setelah pasien siuman
dari anestesi umum dan dilakukan tindakan ekstubasi trakeal.
11
Untuk mengurangi efek yang merugikan ini, dapat diberikan obat-obatan tertentu sebelum ekstubasi ataupun ekstubasi dilakukan pada keadaan anestesi yang
dalam. Obat yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah obat golongan opiod, vasodilator,
β bloker, Ca Antagonis, atau obat anestesi lokal. Obat-obat tersebut antara lain : lidokain, fentanil, alfentanil, remifentanil, esmolol, verapamil, diltiazem,
nitrogliserin nitroprusid, propopol, thiopental, kombinasi anti hipertensi dan analgetik.
1,12
Fentanil merupakan salah satu opioid sintetik poten yang dapat menurunkan respon kardiovaskular pada saat ekstubasi pada pasien pembedahan elektif. Untuk
mencegah atau mengurangi respon kardiovaskular digunakan dosis 1-10 ugkgBB intra vena.
13
Nishina K, Mikawa K dkk 1995 telah melakukan penelitian penggunaan fentanil 2 ugkgBB menunjukkan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
3 penggunaan fentanil 1 ugkgBB dalam mengurangi respon kardiovaskular saat
ekstubasi
14
Aksu Recep, Aikun Aynur dkk 2009 telah meneliti perbandingan penggunaan dexmedetomidine 0,5 ugkgBB dibandingkan dengan fentanil 1 ugkgBB,
didapatkan dexmedetomidine efektif menekan refleks jalan nafas dan mempertahankan stabilitas hemodinamik saat tindakan ekstubasi.
15
Penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa lidokain IV akan mengurangi lonjakan respon kardiovaskular dan obat ini telah dipakai secara luas.
Lidokain 1 - 1,5 mg kgBB efektif menekan respon kadiovaskular saat ekstubasi.
16-20
Jiang Lai, Wan Xiao-jian dkk 2007 meneliti pada saat ekstubasi telah terjadi peningkatan secara berarti tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan laju nadi
dibandingkan dengan nilai dasar. Perbandingan penggunaan lidokain 1 mgkgBB dengan diltiazem 0,2 mgkgBB, hasilnya diltiazem 0,2 mgkgBB diteliti berhasil
mengurangi peningkatan respon hemodinamik saat ekstubasi.
21
Pada penelitian Yoshitaka Fujii, Yuhji Saitoh dkk 1999 membandingkan penggunaan kombinasi diltizem 0,2 mgkgBB dan lidokain 2 1 mg kgBB, lidokain
2 1 mgkgBB, dengan diltiazem 0,2 mgkgBB pada pasien hipertensi didapati kombinasi diltizem dengan lidokain lebih efektif dalam mengatasi respon
kardiovaskuler saat ekstubasi dibandingkan dengan lidokain, dan verapamil diberikan tunggal.
22
Sementara Katsuya Mikawa , Kahoru Nishina dkk 1997 meneliti respon kardiovaskular pada ekstubasi trakeal dibandingkan antara verapamil, lidokain serta
kombinasi verapamil dan lidokain, bahwa kombinasi verapamil 0,1 mgkgBB dan lidokain 1 mgkgBB, lidokain 1 mgkgBB dosis tunggal, dan verapamil 0,1mgkgBB
dosis tunggal didapatkan kombinasi verapamil dan lidokain lebih baik menekan peningkatan respon hemodinamik saat ekstubasi.
Menurut referensi yang ada pada peneliti, belum adanya penelitian yang membandingkan pemberian fentanil dengan lidokain dalam hal respon hemodinamik
saat dilakukan tindakan ekstubasi, sehingga muncul keinginan peneliti mencoba
Universitas Sumatera Utara
4 meneliti perbandingan antara fentanil 1 ugkg BB dengan lidokain 1 mgkgBB dalam
respon hemodinamik pada tindakan ekstubasi, dalam upaya menekan komplikasi manipulasi ekstubasi saat general anestesi.
1.2 RUMUSAN MASALAH