21 dengan
Fentanil secara klinis dapat digunakan dengan rentang dosis yang besar, sebagai dosis rendah 1-2 ugKg BB intravena memberi efek
analget
Efek samping fentanil menyerupai opioid morfin. Depresi ventilasi yang merupakan masalah postoperatif yang potensial. Konsentrasi
puncak golongan dewasa muda. Perubahan ini juga menunjukkan faktor umur dapat
menurunkan aliran darah hepatik, aktivitas enzim mikrosomal ataupun produksi albumin, sementara fentanil berikatan kuat pada protein sekitar 79-87.
2.4.4 Penggunaan Klinis
contoh pemberian fentanil ik. Fentanil dosis 2-20 ugkgBB intravena akan dapat menumpulkan respon
simpatetik, contohnya pada tindakan laringoskopi untuk intubasi trakea ataupun pada stimulasi akibat pembedahan. Waktu yang dibutuhkan oleh penyuntikan fentanil
intravena dan pencegahan berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan saat tercapainya obat ke target organ hingga memberi efek. Penyuntikkan fentanyl sebelum adanya
stimulasi nyeri akibat pembedahan akan menurunkan jumlah opioid yang dibutuhkan sebagai analgetik postoperasi. Pemberian fentanil 1,5-3 ugkgBB intravena 5 menit
sebelum induksi anestesi akan menurunkan kebutuhan gas inhalasi anestesi serta respon simpatetik akibat stimulasi pembedahan. Pemberian dosis besar fentanil 50-150 ukgBB
intravena dapat digunakan secara tunggal untuk anestesia pembedahan. Keuntungan pemberian dosis besar fentanil bagi anestesi, antara lain: efek depresi miokard yang
langsung lebih sedikit, pengeluaran histamin tidak dijumpai dan stress respon pembedahan dapat ditekan. Kerugian penggunaan fentanil sebagai anestesi tunggal,
antara lain: kegagalan pencegahan respon simpatetik terhadap stimulasi pembedahan, khususnya pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang baik kemungkinan pasien
bangun dan penurunan fungsi ventilasi post operatif.
2.4.5 Efek Samping
menetap atau berulang sekunder fentanil di plasma dapat berhungungan dengan sisa fentanil yang ada
pada cairan asam lambung ion trapping . Sisa fentanil akan diabsorbsi pada suasana
Universitas Sumatera Utara
22 Pemberian fentanil pada pasien trauma kepala akan meningkatkan tekanan
perubahan PaCO2. Peningkatan tekanan intracra
usus halus yang lebih basa yang akan kembali ke sirkulasi sehingga konsentrasi opioid di plasma akan meningkat. Hal inilah yang dapat menyebabkan penurunan fungsi
ventilasi. Perbandingan morfin dengan fentanil pada dosis besar adalah tidak terjadinya pengeluaran histamine. Hipotensi yang diakibatkan oleh dilatasi dari venous capacitant
akibat pemberian morfin tidak terjadi pada pemberian fentanil. Fentanil yang diberikan 10 ugkgBB intravena pada neonatus akan menyebabkan terangsangnya reflek
baroreseptor di sinus carotid yang dapat secara nyata menurunkan laju jantung. Bradikardi adalah efek fentanil yang dapat menimbulkan penurunan tekanan darah dan
cardiac output. Reaksi alergi sangat jarang terjadi pada pemberian fentanil.
2.4.6 Tekanan Intrakranial
intrakranial 6-9 mmHg dan tidak terdapat nial biasanya berhubungan dengan penurunan tekanan arteri rata-rata MAP
serta tekanan perfusi otak CPP . Peningkatan tekanan intrakranial yang dipicu oleh pemakaian opioid dapat mengganggu autoregulasi serebral biasanya akibat terjadinya
vasodilatasi.
33-34
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEP KA KONSEP
23 Perifer :
• Inhibisi transduksi
neural. •
Menurunkan mediator inflamasi.
• Inhibisi migrasi leukosit
Fentanyl Lidocain
General Anestesi
Ekstubasi
Stimulasi Simpatis ↓
dan simpato adrenal Induksi Nyeri
↓
Respon Hemodinamik -Tekanan Darah Sistolik
-Tekanan Darah Diastolik -Tekanan Arteri Rerata
-Laju Nadi
Sentral : Ikatan reseptor di
otak dan medulla spinalis
Æ Inhibisi transmisi
dan modulasi
• Konsentrasi Adrenalin
↓.
Stabil
Intubasi
• Blokade NMDA
• Inhibisi Na+ channel.
•
Modulasi neurotransmitter
excitatory. •
Blokade aktifasi neural di dorsal horn.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB III
3 METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian