Pengertian dan Karakteristik Pemasaran Pariwisata

menandakan nilai individu mulai dari 1, yang berarti sangat puas sampai 7, yang berarti sangat puas, dengan kelas 4 menandakan posisi netral, tidak puas atau tidak puas . Pawitra and Tan 2003, dengan judul penelitian “Tourist Satisfaction In Singapore–A Perspective From Indonesian Tourist ”. Penelitian ini mengintegrasikan Model Kano, SERVQUAL, dan penyebaran kualitas fungsi. The Cronbach ce test digunakan untuk menentukan keandalan data yang dikumpulkan. Skala yang dihasilkan ditemukan internal diandalkan Cronbach a = 0.88. Ini melebihi standar minimal 0,70 disarankan oleh Nunnally 1978. Korelasi item-to-total, yang merupakan indikasi tingkat hubungan item terhadap skor total, diperiksa juga. Nilai atribut yang ditemukan dapat diandalkan. Singapura dianggap memiliki citra positif dalam hal atribut. Singapura terutama dianggap bersih, tenang, santai, dan menghibur. Para wisatawan juga melihat Singapura sebagai tempat yang baik untuk berbelanja, luas dan teduh. Adanya jalur, jalan layang, dan underpass untuk pejalan kaki sehingga leluasa bergerak. Adapun suasana hati atau pengalaman di Singapura, wisatawan Indonesia pada umumnya merasa santai karena lingkungan tertib dan aman. Selain itu, mereka berpendapat bahwa Singapura adalah tempat yang menyenangkan dan menghibur untuk mengunjungi. Gambaran negatif muncul dari masyarakat setempat yang tidak ramah dan harga barang yang mahal, sebagaimana dibuktikan oleh nilai rata- rata yang relatif rendah untuk atribut ini 3,43 dan 3,4 untuk masing-masing.

2.2. Teori Tentang Pemasaran Pariwisata

2.2.1. Pengertian dan Karakteristik Pemasaran Pariwisata

Universitas Sumatera Utara Dilihat dari asal usul kata etismology kita mengetahui bahwa kata “marketing” berasal dari kata market yang berarti pasar. Karena itu pulalah dalam kehidupan sehari-hari istilah marketing sering disamakan dengan “pemasaran” oleh kebanyakan orang. Menurut Yoeti 1996, marketing bukan saja mencakup masalah jual beli yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membicarakan secara sistematis segala yang perdagangan dalam arti seluas-luasnya, tidak hanya menyangkut barang-barang saja, tetapi juga menyangkut jasa service. Pemasaran lebih merupakan suatu jembatan antara produsen dan konsumen. Kegiatannya dimulai semenjak suatu barang dan jasa diproduksi, mendistribusikannya sampai ke tangan konsumen akhir. Sedangkan menurut Kotler, John dan James 2002, pemasaran marketing adalah proses sosial dan manajerial yang mengakibatkan individu dan kelompok memperolah apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain. Marketing dalam kepariwisataan merupakan hal yang sangat kompleks sekali karena produk daripada industri pariwisata mempunyai ciri-ciri khas dibandingkan dengan produk berupa barang dan lagi pula produk pariwisata sering saling berkaitan dengan beberapa perusahaan, instansi dan lembaga dalam masyarakat. Krippendorf dalam Yoeti 1996, memberikan batasan tentang marketing dalam kepariwisataan sebagai berikut : “…Marketing in tourism to be understoodas the systematic and coordinated execution of business policy by tourist undertaking wheter private or state owned at local, regional, national or international level to achieve the optimal Universitas Sumatera Utara statisfaction of the needs of identifiable consumer groups and doing so to achieve an appropriate return ”. Menurut Ginting 2005 “Pemasaran pariwisata adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana wisatawan dan penyedia jasa wisata mendapatkan kebutuhan dan keinginannya melalui pertukaran. Penyedia jasa menciptakan, menawarkan jasa dan bertukar jasa wisata yang berkualitas dengan uang wisatawan dan wisatawan dapat menikmati jasa wisata yang berkualitas yang ditawarkan sehingga kedua belah pihak memperoleh kepuasan. Sebenarnya pemasaran pariwisata itu, seperti halnya dengan pemasaran barang-barang manufaktur, tidak lain adalah usaha mencari keseimbangan antara permintaan Demand dan penawaran Supply sedemikian rupa sehingga kedua belah pihak mencapai kepuasan bagi wisatawan dan keuntungan bagi perusahaan atau Daerah Tujuan Wisata. Sebelum memasarkan produk pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti benar sifat dan karakter produk yang ditawarkan kepada pembeli wisatawan.

2.2.2. Pelaku Pariwisata