Pengolahan data airtanah Analisa regresi

19

3.3.2 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup BLH Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Data-data sekunder yang diperoleh antara lain : 1 Rencana Detail Tata Ruang Kota Tangerang Selatan RDTR Tangerang Selatan tahun 2008. 2 Hasil-hasil studi yang terdahulu. 3 Peta administrasi wilayah. 4 Peta topografi wilayah. 5 Peta tataguna lahantutupan lahan. 6 Peta geologi wilayah. 7 Peta hidrogeologi wilayah. 8 Citra satelit, dsb. Data primer yang dikumpulkan adalah data kualitas airtanah DHL dan TDS yang digunakan sebagai parameter terjadi kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah dan data yang berhubungan dengan studi intrusi air laut di Kota Tangerang Selatan. Adapun data tersebut, yaitu : 1 Tinggi muka airtanah dangkal dan dalam. 2 Kualitas airtanah DHL dan TDS. 3 Data jarak dari garis pantai yang dianalisis dari Peta RDTR Kabupaten Tangerang Tahun 2008. Pengambilan data kualitas airtanah merujuk kepada SNI 6989 tahun 2008 tentang air dan air limbah, bagian 58 tentang metode pengambilan contoh airtanah. Lokasi pengambilan data tinggi muka airtanah dan kualitas airtanah dangkal dan dalam disajikan pada Lampiran 2.

3.3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

a. Identifikasi dan analisis kualitas airtanah

Dalam mengidentifikasi dan menganalisis data ini dilakukan analisis tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah berdasarkan pertimbangan penurunan kualitas airtanah DHL dan TDS tertekan maupun tidak tertekan, yaitu dengan menggunakan Kepmen ESDM Nomor 1451.K10MEM2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah yang disajikan pada Lampiran 7. Berdasarkan kriteria tersebut dapat diketahui kawasan yang kondisi dan lingkungan airtanahnya sudah rusak atau belum rusak yang dibedakan menjadi empat tingkatan, yaitu zona aman, zona rawan, zona kritis dan zona rusak.

b. Identifikasi dan analisis penurunan muka airtanah

Dalam mengidentifikasi dan menganalisis data ini dilakukan analisis tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah berdasarkan pertimbangan penurunan muka airtanah akibat adanya pemanfaatan airtanah tertekan maupun tidak tertekan, yaitu dengan menggunakan Kepmen ESDM Nomor 1451.K10MEM2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah yang disajikan pada Lampiran 7. Berdasarkan kriteria tersebut dapat diketahui kawasan yang dikategorikan zona aman, zona rawan, zona kritis dan zona rusak.

c. Pengolahan data airtanah

Pengolahan data ini menggunakan data primer, yaitu data kualitas airtanah DHL dan TDS dan data muka airtanah dalam dan dangkal. Data diolah menggunakan perangkat lunak 20 Surfer 9 untuk mendapatkan gambaran kontur dan sebaran kualitas airtanah. Data yang dimasukkan dalam perangkat lunak ini terdiri dari data koordinat titik sampel, DHL, TDS, muka airtanah dan peta admnistrasi Kota Tangerang Selatan. Peta yang dimasukkan pada perangkat lunak ini harus dalam bentuk .shp dan data yang lain harus berupa data grid agar dapat dilakukan pengolahan data selanjutnya untuk mendapatkan kontur secara dua dimensi maupun tiga dimensi. Tahap selanjutnya adalah pembuatan peta zonasi kualitas airtanah dengan perangkat lunak Arcview GIS 3.2. Data muka airtanah tertekan maupun tidak tertekan digunakan juga untuk menganalisis terjadinya penurunan airtanah akibat pemanfaatan airtanah. Penurunan muka airtanah dapat dianalisis dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kondisi dan jenis tanahbatuan untuk mengetahui ketebalan akuifer. Kondisi dan jenis batuan disajikan pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak Surfer 9 dan Arcview 3.2. Metode sebaran TDS, DHL dan penurunan muka airtanah pada Surfer 9 menggunakan Metode Kriging karena metode tersebut fleksibel, dapat digunakan dalam sebagian data. Kriging merupakan metode default pada perangkat lunak Surfer 9.

d. Analisa regresi

Analisis regersi digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan pada wilayah airtanah dangkal maupun dalam yang terintrusi air laut. Analisa regresi digunakan untuk mengetahui pola hubungan DHL dan TDS terhadap jarak dari garis pantai. Kadar DHL dan TDS diperoleh dari data analisis kualitas air, sedangkan jarak diperoleh dari titik-titik lokasi pengukuran terhadap jarak dari tepi pantai. Persamaan regresi yang digunakan dalam menganalisis pada penelitian ini terdiri dari beberapa metode regresi, yaitu regresi linear, regresi kuadratik, regresi eksponensial dan regresi polynomial. Dari persamaan regresi yang telah diperoleh dari masing-masing metode regresi tersebut, akan diidentifikasi dan dianalisis kembali, sehingga dipilih metode regresi yang sesuai dengan penelitian ini. Metode regresi yang sesuai digambarkan dengan regresi yang memperoleh nilai koefisien determinan R 2 terbesar yang mendekati 1satu. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

Kota Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom Baru DOB yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten. Tujuan pembentukan wilayah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang ini adalah meningkatkan pelayanan secara optimal kepada masyarakat dalam semua bidang, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah dalam upaya pemanfaatan potensi daerah. Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten, yaitu pada titik koordinat 106˚38’-106˚47’ Bujur Timur dan 06˚13’30”-06˚22’30” Lintang Selatan. Secara administratif, wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 tujuh kecamatan, 49 empat puluh sembilan kelurahan dan 5 lima desa dengan luas wilayah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan adalah seluas 147.19 km 2 atau 14,719 hektar. Namun berdasarkan hasil digitasi atas peta rupa bumi bakosurtanal, luas wilayah adalah 16,506.80 hektar. Batas administrasi wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :  Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang.  Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok.  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok.  Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, wilayah ini juga menjadi daerah perlintasan yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yang dahulunya bagian dari Kabupaten Tangerang, yang terdiri dari : 1 Kecamatan Setu. 2 Kecamatan Serpong. 3 Kecamatan Serpong Utara. 4 Kecamatan Pondok Aren. 5 Kecamatan Pamulang. 6 Kecamatan Ciputat. 7 Kecamatan Ciputat Timur. Kecamatan dengan wilayah paling besar di Kota Tangerang Selatan terdapat di Kecamatan Pondok Aren dengan luas 2,993 hektar atau 20.30 dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan Setu dengan luas 1,696.90 hektar atau 10.06 dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan. Luas wilayah masing-masing kecamatan di Kota Tangerang Selatan secara lengkap disajikan pada Tabel 2 dan untuk kondisi wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan disajikan pada Gambar 5.