14
Sumber : Asdak, C 2002
Gambar 3. Intrusi air laut Menurut Soenarto dan Widjaja 1985, penyusupan air laut akan bergerak menjauh dari garis
pantai selama pemompaan untuk pemasoknya di tempat-tempat yang terdekat dengan daerah batas air tawar dan air asin. Selain itu, meskipun pemompaan tidak melebihi pemasoknya, penyusupan air laut
akan tetap terjadi, hanya saja akan berhenti tetap di suatu tempat tertentu, jika tercapai pada keadaan tetap stady state.
Besarnya salinitas yang mengenai lensa air tawar yang terisolasi yang diisi kembali oleh infiltrasi dan yang mengapung pada air garam dijelaskan dengan prinsip dari Bodon-Hezberg Seyhan,
1990 adalah : [
] ..……………………………….…………………………………………... 2 Keterangan :
H = ketebalan kantong air tawar. ρf = kerapatan air tawar = 1,000 gmcm
3
. ρs = kerapatan air asin, sekitar 1,025 gmcm
3
. h
= perbedaan tinggi antara permukaan laut dan permukaan airtanah atau piezometrik, m.
2.5.1 Faktor Pengaruh Intrusi Air Laut
Faktor kondisi alami, airtanah tawar baik pada akuifer tertekan maupun akuifer tak tertekan akan terlepas dan mengalir ke laut melewati akuifer-akuifer di daerah pantai yang
berhubungan dengan laut pada pantai yang menjorok ke laut. Tetapi karena meningkatnya jumlah pengambilan airtanah sehubungan dengan peningkatan jumlah penduduk atau
perkembangan peruntukan airtanah maka terjadi aliran balik airtanah atau air laut mengalir masuk ke dalam akuifer daratan. Fenomena ini yang dinamakan dengan intrusi atau
penyusupan air laut. Jika air laut mengalir masuk ke dalam sumur-sumur produksi, maka akan terjadi
pencemaran atau kontaminasi air asin terhadap airtanah pada sumur-sumur tersebut, sehingga airtanah tawar tidak dapat dimanfaatkan lagi. Di daerah pantai pencemaran air asin pada sistem
akuifer tawar disebabkan oleh intrusi air laut seawater intrution. Intrusi air laut juga dapat terjadi jika terdapat media buatan yang menghubungkan secara langsung antara air laut dan
airtanah, seperti dibuatnya saluran-saluran daerah pantai.
15 Di daerah pantai Jakarta intrusi air laut terjadi karena susunan daratan pantainya tersusun
oleh endapan berfasies laut dan daratan dengan ukuran butiran halus lempung sampai kasar kerikil, intrusi air laut kemungkinan dapat pula terjadi karena adanya aliran air asin dari
lempung berfasies laut ke dalam sistem akuifer tawar. Lempung berfasies laut ini bertindak sebagai akuiklud, yakni lapisan batuan yang mampu menyerap air tetapi tidak mampu
melepaskannya dalam jumlah yang berarti DGTL, 1988.
2.5.2 Indikasi Terjadinya Intrusi Air Laut
Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka airtanah di bawah muka air laut, curah hujan yang kering, sifat fisik tanah dan
batuan kuranglambat meluluskan air, letaknya dekat dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya sangat padat Hamid, 2000. Menurut DGTL 1988, intrusi air
laut di suatu wilayah dapat dikenal dengan melakukan pendekatan kualitas airtanah, hidrolika airtanah dan lingkungan batuan yang menyusunnya.
Pendekatan lingkungan
pengendapan dilakukan
terutama untuk
menafsirkan kemungkinan terjadinya aliran air asin dari formasi batuan berfasies laut atau kejadian
sebaliknya, yakni adanya sistem akuifer tawar disekitar airtanah asin. Pendekatan kualitas airtanah, yakni menganalisa kimia fisika airtanah baik airtanah dangkal bebas maupun
airtanah dalam tertekan dan mengukur kedudukan muka airtanah. Pendekatan hidrolika airtanah, yakni dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan muka airtanah dalam
kaitannya dengan pengambilan airtanah.
2.6 ANALISIS REGRESI