5 Pada lapisan tanah yang semi permeabel, material tanah mempunyai tekstur yang halus.
Tekstur ini mempunyai sifat penyaring air yang sangat halus ultra filtrasi, penyaring aktif, selektor ionik, sehingga memungkinkan terjadi tekanan osmotik dan perbedaan potensial listrik
dalam lapisan tanah. Lapisan tanah yang impermeabilitas ditentukan berdasarkan porositas antar partikel dan sifat ionik serta koloidal. Impermeabilitas ini berfungsi sebagai penyaring
airtanah atau sebagai purifikasi Appelo dan Postma dalam Djijono, 2002.
2.2.2 Sumber Airtanah
Sumber utama dari airtanah adalah air hujan yang masuk kedalam tanah atau melalui badan air seperti sungai dan mengalami poses perkolasi menuju akuifer. Air yang mengalami
proses infiltrasi masuk ke dalam tanah akan meningkatkan kelembaban tanah dan setelah melampaui kapasitas jenuh maka air akan bergerak vertikal untuk masuk ke dalam lapisan
airtanah oleh pengaruh gaya gravitasi. Sumber airtanah selain air hujan dapat juga berasal dari dalam tanah meskipun dalam
jumlah yang relatif kecil. Menurut Todd 1980, sumber tersebut meliputi : 1.
Connate water atau kantong air yang terperangkap dalam lapisan tanah dan terjadi pada saat proses pengendapan.
2. Air metaforik merupakan air yang keluar pada saat batuan mengalami proses
metamorphose, kedua jenis air tersebut disebut sebagai air rejuvenil atau rejuvened water.
3. Air magma atau plutonik yaitu merupakan air rejuvenil yang berasal dari aktivitas
magma. 4.
Air meteorik yang berasal dari atmosfer dan dapat mencapai lapisan jenuh secara langsung dan tidak langsung.
5. Air marin yang berasal dari laut menerobos ke akuifer.
Suryahadi dalam Ardani 1997 menjelaskan bahwa banyaknya kandungan airtanah di suatu daerah tergantung pada iklimmusim atau banyaknya curah hujan, banyak atau sedikit
tumbuh-tumbuhan hutan, padang, dsb., topografi lereng, datar, dsb. dan derajat kesaranganderajat celah batuan. Potensi sumberdaya air di suatu daerah sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain lapisan batuan sebagai penyusun sistem akuifer, faktor morfologi dan penggunaan lahan, menyangkut tetumbuhan penutupnya serta faktor curah hujan
yang merupakan sumber asal airtanah Notodihardjo, 2004.
2.2.3 Pergerakan Airtanah
Mekanisme pergerakan bahan-bahan material yang terkandung di dalam air pada suatu medium yang permeabel atau porous disebut sebagai dispersi pergerakan airtanah. Dispersi
sangat dipengaruhi oleh arah aliran airtanah dan partikel-partikel yang terkandung di dalam lapisan airtanah. Dispersi dapat berbentuk longitudinal atau paralel dengan arah aliran airtanah
dan transversal, yaitu menyimpang dari arah aliran airtanah. Dua macam dispersi ini secara bersama-sama membentuk konus terbuka searah aliran airtanah. Besar atau kecil sudut konus
ditentukan oleh ukuran butiran tanah dan partikel yang mengalami dispersi Stum dan Morgan dalam Djijono, 2002.
Bahan-bahan dispersan yang masuk ke dalam sistem lapisan akuifer yang tidak terdapat secara alami pada airtanah tersebut dikatakan sebagai bahan kontaminan. Bahan kontaminan
yang dapat mempengaruhi sistem kehidupan pada lingkungan airtanah baik secara kimia, fisika
6 atau sebaran organisme, dikategorikan sebagai bahan pencemar lingkungan hidup. Bahan
pencemar ini dapat berasal dari alam maupun aktivitas kegiatan manusia Manahan, 1994. Gerakan airtanah pada lapisan akuifer mengikuti hukum Darcy sebagai berikut :
…….….………………………………………………….......... 1 Keterangan:
Q = debit air yang mengalir melalui potongan tanah seluas A cm
2
. A = penampang dari saluran air.
k = koefisien konduktifitas. I = gradient potensial kapiler dan gradient gravitasi.
Besaran k koefisien konduktifitas tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah dan tegangan tanah. Menurut Richard antara lempung, liat dan pasir mempunyai besaran koefisien
konduktifitas yang berbeda-beda Sosrodarsono dan Takeda, 1993. Menurut Seyhan 1990, pengukuran arah aliran airtanah dapat dilakukan dengan empat
metode, yaitu : 1.
Metode kartografik menggunakan kontur airtanah atau permukaan piziometrik dari pengamatan air pada jaringan sumur-sumur alami atau lubang-lubang pengeboran.
2. Pelacak : terdapat tiga cara menggunakan pelacak yaitu :
1 Memasukkan pelacak buatan pewarna garam, hydrogen, kobalt ke dalam lubang bor
dan tempat konsentrasi puncak airtanah pada jaringan sumur-sumur pengamatan di hilir. 2
Pemasangan bahan-bahan pelacak alami konsentrasi tritium yang terdapat pada air hujan, dibandingkan dengan terdapat pada airtanah.
3 Pemasukan dan pengamatan pada lubang bor tunggal.
3. Pengukuran aliran : pengukuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan pengukur
arus atau pengukur arus termal. Pengukur arus termal akan mengukur jumlah air yang dipanaskan antara dua tempat pengamatan berbanding terbalik dengan kecepatan aliran.
4. Model-model airtanah
Berdasarkan sifat lapisan batuan terhadap airtanah, maka batuan sebagai media aliran dibedakan menjadi empat macam Ardani, 1997, yaitu :
1 Akuifer, yaitu lapisan batuan yang mepunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat
menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah yang berarti. Contoh : pasir, kerikil, batu pasir, batu gamping yang berlubang-lubang dan lava yang retak-retak.
2 Akuiklud, yaitu lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat
mengalirkan air tersebut dalam jumlah yang berarti. Contoh : lempung, tufa halus, lanau dan berbagai batuan yang berukuran lempung.
3 Akuifug, yaitu lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air. Contoh :
granit, batuan yang kompak, keras dan padat. 4
Akuitar, yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah yang terbatas,
misalnya terdapat rembesan atau bocoran. Akuitar terletak diantara akuifer dan akuiklud.
2.2.4 Pengambilan Airtanah