Gambar 7. Diagram alir merancang metode pengukuran tingkat kecacatan.
d. Membuat kapabilitas proses.
Kapabilitas proses merupakan kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang diinginkan. Kapabilitas proses ditentukan oleh variasi, secara
umum kapabilitas proses menggambarkan performansi yang terbaik misal kisaran minimum dari proses tersebut.
3 Mencatat jenis penyebab kecacatan serta membuat diagram sebab akibat.
Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui penyebab kecacatan. Dengan mencari jenis kecacatan dan menyajikannya dalam bentuk diagram
sebab-akibat. 4
Implementasi prinsip 6S. Penerapan dari prinsip sort, stabilize, shine, standardize, safety dan sustain
dalam rangka untuk meningkatkan kapabilitas proses yang secara berkelanjutan dan mengurangi pemborosan.
3.4 Metode analisis data
Start
Menetukan karakteristik mutu
Menetukan kriteria kecacatan
Merancang peta kendali
End
Metode analisis data yang digunakan adalah pengukuran dari metode Six Sigma Motorolla, yang sudah banyak digunakan dalam industri di dunia untuk
meningkatkan mutu kualitas. Peningkatan kualitas yang dimaksud adalah menuju tingkat kegagalan proses nol atau menghasilkan produk gagal sebesar 0 zero
defect pada satu juta kali kesempatan proses atau produksi produk. Tingkat kegagalan ditentukan oleh standar mutu yang telah ditetapkan industri dan
merupakan spesifikasi ekspektasi pelanggan. Kondisi yang tidak sesuai dengan standar mutu disebut kondisi cacat atau defect, maka diperlukan alat untuk
menganalisis kondisi tersebut. Perusahaan Motorolla menetukan defect produk berdasarkan standar mutu yang ada di perusahaan, misal kecacatan Hp maksimal
hanya ditargetkan 3, apabila sudah melebihi 3 maka suatu proses dikatakan defect. Pada perusahaan perikanan metode ini dapat diterapkan, suatu produk atau proses
dikategorikan defect apabila tidak memenuhi standar mutu dan karakteristik mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan merupakan spesifikasi ekspektasi
pelanggan. Standar dan karakteristik mutu yang dinalisis pada penelitian ini adalah kualitas first grade pada penerimaan bahan baku dan defect yng diharapkan tidak
melebihi 25 , pada pemotongan kepala limbah tidak boleh melebihi 35 , suhu pusat tidak boleh lebih besar dari -18 °C setelah udang dibekukan dan penimbangan
produk akhir per kemasan minimal 1814 gram dan maksimal 1872 gram. Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 7, 8, 9 dan 10. Alat yang digunakan adalah statistika
pengendalian proses Statistical Process Control SPC, dimana pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excell 2007 dan Minitab
14. Proses analisis data dilakukan melalui tahapan berikut Gaspersz 2002 : 1
Penentuan nilai rata-rata x dan nilai standar deviasi s proses serta nilai batas
spesifik atas dan atau nilai batas spesifik bawah, dengan persaman sebagai berikut:
a. Rata-rata proses
x =
jumlah keseluruhan data banyaknya data
b. Standar deviasi proses s =
x-x
2
n
Keterangan : x : nilai sampel
x : nilai rata-rata
c. Nilai batas spesifik atas upper specifik limit – USL, merupakan nilai batas
maksimal yang besarnya ditentukan oleh pembeli. d.
Nilai batas spesifik bawah lower specific limit – LSL, merupakan nilai batas minimal yang besarnya ditentukan oleh pembeli.
2 Penentuan nilai DPMO Defect per Million Opprtunities dan nilai Sigma.
a. Nilai DPMO merupakan ukuran kegagalan yang menunjukkan peluang
kegagalan per sejuta kali kesempatan produksi. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan persamaan:
DPMO USL = P [ z ≥ USL – x s] x 1.000.000
DPMO LSL = P [ z ≤ LSL – x s] x 1.000.000
DPMO = DPMO USL + DPMO LSL
Nilai peluang kegagalan untuk distribusi normal baku z, diperoleh dari Tabel distribusi normal kumulatif. Sementara nilai sigma diperoleh dari
Tabel konversi nilai DPMO ke nilai sigma, dapat dilihat pada Lampiran 7.
3 Penentuan nilai standar deviasi maksimal S
maks
a. Standar deviasi maksimum S
maks
merupakan nilai batas toleransi terhadap nilai standar deviasi proses. Nilai standar deviasi maksimum diperoleh
dengan menggunakan persamaan: S
maks
= x USL-LSL
Bila proses tersebut hanya memiliki satu batas spesifik, batas spesifik atas upper spesific limit USL atau batas spesifik bawah lower spesific
limit LSL saja, maka persamaan yang digunakan: Hanya memiliki batas spesifik atas USL:
S
maks
=
1
sigma USL- x Hanya memiliki batas spesifik bawah LSL:
S
maks
=
1
sigma LSL - x 4
Penentuan nilai batas kontrol atas upper control limit – UCL dan atau batas kontrol bawah lower control limit – LCL.
a. Nilai batas kontrol atas upper control limit-UCL merupakan sebuah
persamaan yang digunakan untuk mengevaluasi proses tersebut. UCL = T + 1,5 x S
maks
dengan: T
: nilai target yang ditentukan pembeli S
maks
: standar deviasi maksimum proses Namun jika nilai target T tidak ditemukan oleh pelanggan, maka nilai T
diganti dengan nilai rata-rata proses x, jika nilai x berada
dibawah nilai batas spesifik atas yang ditetapkan
xUSL, sehingga
persamaanya menjadi: UCL =
x + 1,5 x S
maks
dengan: x
: nilai rata-rata proses S
maks
: standar deviasi maksimum proses b.
Nilai batas kontrol bawah lower control limit-LCL merupakan sebuah persamaan yang digunakan untuk menetukan nilai batas bawah dari suatu
proses yang dimanfaatkan untuk mengevaluasi proses tersebut. LCL = T - 1,5 x S
maks
dengan: T
: nilai target yang ditentukan pembeli S
maks
: standar deviasi maksimum proses Namun jika nilai target T tidak ditentukan oleh pelanggan, maka nilai T
diganti dengan nilai rata-rata proses x dengan syarat nilai x berada diatas nilai
batas spesifik bawah yang ditetapkan xLSL, sehingga persamaanya menjadi:
LCL = x – 1,5 × S
maks
dengan: x
: nilai rata-rata proses S
maks
: standar deviasi maksimum proses 5
Penentuan nilai kapabilitas proses. Kapabilitas proses C
pm
merupakan suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan proses mampu menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan
ekpektasi pelanggan. Perhitungan kapabilitas proses hanya dilakukan untuk proses yang stabil.
C
pm
= USL-LSL
6 x .- T
2
s
2
Namun jika proses hanya memiliki satu batas spesifik SL, maka digunakan persamaan sebagai berikut:
C
pm
= USL-LSL
3 s
2
dengan: SL
: nilai batas spesifik x
: nilai rata-rata proses s
: nilai standar deviasi proses T
: nilai target yang ditentukan pembeli Jika:
C
pm
≥ 2,0 : keadaan proses industri berada dalam keadaan stabil
dan mampu, artinya proses mampu untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan. 1 ≤ C
pm
1,99 : keadaan proses industri berada dalam keadaan
stabil dan tidak mampu, artinya proses berada dalam keadaan tidak mampu sampai cukup mampu untuk
menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
C
pm
1,0 : keadaan proses industri berada dalam keadaan tidak
mampu untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
4. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perusahaan
PT Lola Mina merupakan suatu perusahaan berbadan usaha swasta nasional yang didirikan pada Tanggal 24 September 1983 berdasarkan akta notaris
No.19jk-1IND1983 dan
SIUP No.716P109-02P8IX89
Tanggal 27 September 1989. Perijinan pendirian PT Lola Mina dapat dilihat pada Tabel 5 di
bawah ini. Tabel 5. Prosedur perijinan pendirian PT Lola Mina
No Nomor
Tanggal Hal
Instansi Pemberi 1
19jk-1IND1983 2991983
Akte notaris Kantor Notaris
2 C2-267-HT-01
1211984 Pengesahan akte
notaris Departemen
Kehakiman
3
IK-1120D3- 86588-K
1851988 Persetujuan surat
pendirian Ditjen Perikanan
4
716P100- 02PBIX89
2791989 SIUP
Departemen Perdagangan
5 1.363.271.6-14
2791989 NIPWP
Departemen Perdagangan
Sumber : Bagian Personalia PT Lola Mina, 2009
Pada mulanya PT Lola Mina merupakan cabang dari PT Lola Mina yang berada di Palembang. Semakin pesatnya perkembangan PT Lola Mina Jakarta
menyebabkan PT Lola Mina Muara Baru, Jakarta Utara, dijadikan kantor pusat pada tahun 1990. Sedangkan perusahaan di Palembang diubah fungsinya sebagai kantor
cabang dengan nama PT Lestari Magris. Produk udang beku yang dihasilkan berupa head less dan kupasan. Semua
dalam bentuk blok beku yang diproses cepat.
4.2 Lokasi Perusahaan
PT Lola Mina adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil perikanan yang bertujuan untuk menghasilkan produk udang beku sebagai
komoditas ekspor.