14
2.3.2.  Pengolahan Teh
Pengolahan  teh  terdiri  dari  beberapa  proses,  yaitu  penerimaan  bahan  baku, pembeberan, pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi, dan pengemasan.
Pada gambar 3 disajikan skema pengolahan teh yang secara rinci akan dijelaskan berikut ini:
2.3.2.1.  Bahan Baku
Dalam pengolahan teh memerlukan bahan baku berupa pucuk segar daun teh. Pucuk segar daun teh harus bermutu tinggi yang secara fisik meliputi : daun muda yang utuh, segar
dan berwarna kehijauan. Pucuk yang berkualitas tergantung dari pemetikan dan penanganan hasil  petikan dari  kebun  ke  pabrik.  Kerusakan  pucuk  seperti  terlipat,  robek,  terperam  dan
kontak langsung dengan sinar matahari harus dihindari karena dapat mempengaruhi kualitas teh kering hasil olahan sehingga kurang atau tidak memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki
pada air seduhannya yaitu warna, rasa dan aroma.
2.3.2.2.  Pembeberan
Pembeberan bertujuan untuk memecahkan gumpalan pucuk teh untuk memudahkan sirkulasi udara. Pembeberan dilakukan dengan cara menurunkan pucuk dari Monorail alat
pengangkut kontener dan dibeberkan pada Mesin Witehring Trough WT yang dimulai dari ujung yang berlawanan dengan arah kipas dimana termometer udara  basah -  udara kering
telah  terpasang  di  mesin  WT  untuk  mengetahui  selisih  udara  kering  dan  basah.Sebelum pucuk disimpan pada WT udara segar telah dialirkan terlebih dahulu. Isi setiap WT 20–30
kgm
2
dengan ketinggian beberan 30–40 cm dan tergantung dari kondisi pucuk.
2.3.2.3.  Pelayuan
Pelayuan  bertujuan  untuk  mengurangi  kadar  air  pucuk  segar  sehingga  didapatkan kadar air  68  –  74  dan  memudahkan dalam proses  penggilingan  serta  fermentasi.  Untuk
mendapatkan kelayuan yang seragam dan sempurna dilakukan pembalikan 2 kali atau sesuai kebutuhan.  Pembalikan  bertujuan  untuk  meratakan  pelayuan  antara  pucuk  bagian  bawah
dengan  bagian  atas. Pembalikan dilakukan  jika tinggi beberan 50-60 dari tinggi  beberan awal  dengan  cara  pucuk  bagian  atas  disimpan  diatas  pucuk  bagian  belakang  lalu  pucuk
bagian bawah diangkat dan disimpan di bagian bawah dan pucuk bagian bawah disimpan di bagian atas, begitu seterusnya sampai ke ujung. Setelah pembalikan tinggi pucuk harus lebih
tinggi dari sebelum dibalik.  Lama  pelayuan antara 10  –  24 jam tergantung  keadaan  pucuk dan cuaca.
Sebelum pucuk turun giling dilakukan pengujian kadar air pucuk layu dengan cara mengambil sample pucuk yang telah dibalik sebanyak 1 kg yang diambil dari masing-masing
seksi  WT  lalu  diaduk  rata  dan  diambil  sebanyak  10  gram.  Pengujian  dilakukan  dengan menggunakan  alat  ukur  Sartorius  yang  dilakukan  oleh  mandor  pelayuan  atau  petugas  uji
mutu dan hasil pengujian dicatat dalam buku pelayuan.
Pucuk  yang  layak  turun  giling  apabila  kadar  air  berkisar  antara  68  –  74    dan kerataan  layuan  minimal  90  .  Untuk  mengetahui  kerataan  kelayuan  pucuk  pada  WT
dilakukan analisa kerataan layuan dengan cara mengambil pucuk layu secara acak sebanyak 1  kg  lalu  diaduk  dan  diambil  sample  500  gram.  Pucuk  layu  dengan  pucuk  kurang  layu
dipisah lalu masing-masing ditimbang dan dihitung prosentasenya. Hasil analisa dicatat pada buku  pelayuan,  jika  kadar  air  dan  kerataan  pelayuan  sudah  mencukupi  pucuk  pada  WT
tersebut layak untuk turun giling. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
15
2.3.2.4.  Penggilingan dan Fermentasi