Pengukuran Kebisingan Kebisingan Noise

5 Tabel 3. Baku Tingkat Kebisingan Sumber : KepMenLH 1996

2.2.1. Pengukuran Kebisingan

Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi di antara 20-20.000 Hz. Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu dengan satuan Hz. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data kebisingan di perusahaan atau di mana saja dan mengurangi kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, yang mampu mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000 Hz Suma’mur, 1996. Sound Level Meter merupakan alat ukur kebisingan yang paling sederhana. Sound Level Meter merubah perubahan tekanan suara ke sinyal elektrik yang menggerakkan atau merubah pointer atau layar display yang sesuai dengan amplitude sinyal. Prinsip dasar sound level meter terlihat pada gambar 1. Perubahan-perubahan sangat kecil dalam tekanan suarasinyal akustik dijabarkan menjadi sinyal-sinyal listrik oleh mikrofon. Sebanding dengan tekanan suara, sinyal-sinyal listrik melalui rangkaian kompensasi frekuensi dan suatu rangkaian deteksi RMS root mean square, dan akhirnya ditunjukkan pada meteran dalam desibel dB. Sound Level Meter memiliki tiga buah standard untuk merespon jaringan frekuensi. Beberapa skala pengukuran yang dapat dibaca oleh SLM adalah skala pengukuran A, B,dan C. Kebanyakan pengukuran kebisingan lingkungan menggunakan skala pengukuran A. Berikut adalah tiga skala pengukuran untuk sound level meter: a. Skala pengukuran A : untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah 35- 135 dB. b. Skala pengukuran B : untuk suara dengan kekerasan yang moderat 40 dB tetapi sangat jarang digunakan dan mungkin tidak digunakan lagi. c. Skala pengukuran C : digunakan untuk suara yang sangat keras 45 dB yang menghasilkan gambaran respon terhadap bising antara 20 sampai 20000 Hz. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 6 Keluaran AC Level recorder, audio recorder Karakteristik A Keluaran AC Karakteristik C Linier Karakteristik F cepat Karakteristik S lambat Gambar 1. Prinsip dasar dari Sound Level Meter Tayloy dan Lipscomb 1978 menghadirkan metode simpel untuk perhitungan L eq yaitu menggunakan SLM yang dipasang pada skala A dengan respon “fast” desibel dB dan dibaca tiap 5 atau 10 detik. Jika desibel dB sering berubah, interval yang lebih pendek akan menambah akurasi. Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi intensitasnya. Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam satu logaritmik yang disebut desibel dB dengan membandingkan kekuatan dasar 0.0002 dynecm 2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia, dinyatakan dengan rumus: SPL = 20 log PP ref ...........................................................................................1 Dimana: SPL : tingkat tekanan kebisingan dB P : tekanan suara yang bersangkutan Nm 2 P ref : tekanan suara referensi 0.0002 dynecm 2 = 2 x 10 -5 Nm 2 Desibel dB adalah kwantitas logaritma yang dipakai sebagai unit-unit tingkat tekanan suara berbobot A. Ini dilakukan dengan dua alasan yaitu yang pertama untuk menyederhanakan plot-plot multipel, dan yang kedua untuk secara kira-kira membandingkan kwantitas logaritmik dari stimulus untuk stimulus akustik yang diterima telinga manusia dari luar. Intensitas kebisingan akan semakin berkurang jika jarak dengan sumber bising semakin jauh. Perambatan atau pengurangan tingkat kebisingan dari sumbernya dinyatakan dengan persamaan matematis geometris seperti berikut ini: Untuk sumber diam: SPL 1 – SPL 2 = 20 log ..................................................................................... 2 Untuk sumber bergerak: SPL 1 – SPL 2 = 10 log .......................................................................................3 Dimana: SPL 1 = Intensitas suara sumbu 1 pada jarak r 1 SPL 2 = Intensitas suara sumbu 2 pada jarak r 2 Mikrofon Pre-amplifier penguat Input + Attenuator peredam Rangkaian kompensasi frekuensi Output + Attenuator peredam Rangkaian deteksi RMS Meteran 7 r 1 = Jarak ke sumber bising yang pertama r 2 = Jarak ke sumber bising yang kedua Jika jumlah sumber bising lebih dari satu, misalnya dua sumber maka resultan dari kedua sumber bising tersebut tidak bisa ditambahkan secara langsung karena skala bising adalah logaritmik. Penambahan dilakukan pada nilai yang lebih besar dari kedua sumber tersebut. Apabila terdapat banyak sumber, maka resultan bising dari suara-suara tersebut adalah dengan cara menyusun kebisingan mulai dari bising terkecil sampai ke bising terbesar kemudian carilah perbedaan tingkat antara setiap dua sumber itu secara berurutan dari yang paling kecil. Apabila perbedaan dalam tingkat ini lebih besar dari 10 dB atau lebih, penambahan dengan cara penggabungan dapat diabaikan. Lama mendengar ditentukan oleh beban bising yaitu jumlah perbandingan antara waktu mendengar pada tingkat bising tertentu dengan waktu mendengar pada tingkat bising bersangkutan sesuai dengan tabel berikut. Tabel 4. Lama waktu mendengar pada tingkat kebisingan yang berbeda Tingkat Kebisingan dB Lama Mendengar per Hari Jam 90 8.00 92 6.00 95 4.00 97 3.00 100 2.00 102 1.50 105 1.00 110 0.50 115 0.25 Selain di Indonesia, Nilai Ambang Batas kebisingan juga diatur secara internasional oleh ISO International Standard Organization dan OSHA Occupational Safety and Health Act. Beberapa standar Nilai Ambang Batas kebisingan dari masing-masing institusi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5. Beberapa standar Nilai Ambang Batas kebisingan dan lama kerja kontinu yang diperkenankan Intensitas dB Waktu Kerja Jam ISO OSHA MENAKER 85 90 85 8 .. 92 87.5 6 88 95 90 4 .. 97 92.5 3 91 100 95 2 94 105 100 1 97 110 105 0.5 100 115 110 0.25 Sumber: Sudirman,1992 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 8 Nilai ambang batas adalah batas maksimum tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan KepMenLH No. 48 tahun 1996. Perhitungan lama mendengar yang diijinkan dapat juga dihitung dengan menggunakan standar OSHA: Waktu jam = 2 [ ] .......................................................................................................................................... 5 x : Intensitas kebisingan dB

2.2.2. Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga kerja