Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga kerja

8 Nilai ambang batas adalah batas maksimum tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan KepMenLH No. 48 tahun 1996. Perhitungan lama mendengar yang diijinkan dapat juga dihitung dengan menggunakan standar OSHA: Waktu jam = 2 [ ] .......................................................................................................................................... 5 x : Intensitas kebisingan dB

2.2.2. Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga kerja

Lingkungan kerja merupakan salah satu tempat yang memiliki peluang menghasilkan bising yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh bunyi alat yang timbul dari mesin itu sendiri maupun dari proses produksi yang sedang dilakukan. Bising di lingkungan kerja berdampak buruk bagi kesehatan yaitu dapat merusak pendengaran yang dapat menyebabkan ketulian progresif. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah kebisingan berhenti tetapi jika terus-menerus melakukan pekerjaan di tempat dengan tingkat kebisingan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka lama-kelamaan akan menjadi kehilangan pendengaran yang menetap dan tidak dapat pulih kembali. Gangguan lainnya yaitu gangguan pada susunan syaraf pusat dan organ keseimbangan, serta dapat menurunkan kinerja berupa kurangnya perhatian terhadap pekerjaan, komunikasi dan konsentrasi sehingga terjadi kesalahan dalam bekerja. Kebisingan juga dapat menimbulkan reaksi masyarakat di sekitar pabrik yang dapat memicu pada perusakan dan lain-lain Sastrowinoto, 1985 Tabel 6. Akibat-akibat kebisingan Tipe Uraian Akibat-akibat badaniah Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan Akibat-akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering Akibat-akibat psikologis Gangguan emosional Kejengkelan, kebingungan Gangguan gaya hidup Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca, dsb. Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telepon, dsb. Sumber: www.menlh.go.id Pengaruh bising di lingkungan kerja terhadap tenaga kerja yang utama adalah pada alat pendengaran. Gangguan pada alat pendengaran akibat bising disebut sebagai “Noise Induced Hearing”. Bila dalam waktu lama berada di dalam kebisingan, otot-otot pendengaran akan mengadakan penyesuaian dan dapat menimbulkan kelelahan terhadap rangsang auditorik. Berbagai macam bising yang telah disebutkan di atas menimbulkan dampak yang sangat mengganggu dan merugikan terutama bagi para pekerja yang berada disekitar sumber kebisingan. Banyak sekali ahli yang menyebutkan jenis gangguan 9 pendengaran akibat kebisingan. Menurut Moriber 1974, kebisingan pada berbagai level intensitas dapat mengakibatkan kerusakan yang bertingkat-tingkat. Kerusakan ini antara lain: 80 dB : menyebabkan kerusakan pendengaran sebagian 120-125 dB : menyebabkan gangguan pendengaran sementara 125-140 dB : bisa menyebabkan telinga sakit 150 dB : menyebabkan kehilangan pendengaran permanen McCormick dan Sanders 1970 menyatakan bahwa secara garis besar, ditinjau dari penyebabnya, gangguan pendengaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Gangguan pendengaran akibat kebisingan kontinyu Kebisingan kontinyu menyebabkan gangguan pendengaran sementara yang biasanya bisa sembuh dalam beberapa jamhari setelah terkena bising jika terpapar pada selang waktu yang pendek, tetapi dengan tambahan terkena bising, daya penyembuh akan menurun dan terus menurun sehingga mengakibatkan gangguan pendengaran permanen. 2. Gangguan pendengaran akibat kebisingan tidak kontinyu Hal ini bisa disebabkan karena kebisingan yang timbul selang-seling mesin yang dioperasikan sesaat, impulsif berulang mesin tempa, dan impulsif senjata api. Dalam dosis tinggi, kebisingan ini dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang biasanya terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama tergantung berapa sering dan berapa intensitas yang ditimbulkan. Pada dasarnya pengaruh kebisingan pada jasmani para pekerja dibagi menjadi 2 golongan Soemanegara, 1975, yaitu: 1. Tidak mempengaruhi indera pendengaran tetapi memberikan pengaruh berupa keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit. 2. Pengaruh terhadap indera pendengaran baik bersifat sementara ataupun bersifat permanen, terdiri dari: a. Accoustic trauma yaitu tiap-tiap pelukaan insidential yang merusak sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan-ledakan, atau suara yang dashyat. b. Occuptional deafness yaitu kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada satu atau kedua telinga disebabkan oleh bising atau suara gaduh yang terus-menerus dilingkungan kerja. Menurut Buchari 2007, berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia bising dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Bising yang mengganggu irritating noise. Intensitasnya tidak terlalu keras, misalnya: suara mendengkur. 2. Bising yang menutupi masking noise merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena teriakan atau tanda bahaya tenggelam dalam bising sumber bunyi. 3. Bising yang merusak damaginginjurious noise merupakan bunyi yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas kebisingan. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 10 Selain berdampak pada gangguan pendengaran, menurut Chanlett 1979, ada empat efek lainnya, yaitu: 1. Gangguan tidur dan istirahat 2. Mempengaruhi kapasitas kerja pekerja 3. Dalam segi fisik, seperti pupil membesar, dll. 4. Dalam segi psikologi, seperti stress, penyakit mental, dan perubahan sikap atau kebiasaan.

2.2.3. Pengendalian Kebisingan