Konfirmasi Struktur Gugus Fungsi dengan FTIR Fourier Transform

4.4.2 Karakteristik fungsionaluji organoleptik

Sabun cuci tangan cair yang dihasilkan, dilakukan pengujian organoleptik dengan 33 orang panelis semi terlatih. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap sabun cuci tangan cair yang dihasilkan. Pada uji organoleptik ini, panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapan tentang tingkat kesukaannya terhadap produk sabun cuci tangan cair yang dihasilkan. Pengujian yang dilakukan berupa uji kesukaan terhadap aroma, kesan setelah pemakaian sabun cuci tangan cair, banyaknya busa, kekentalan, serta warna kemudian dibandingkan dengan sabun cuci tangan cair komersial. Skala numerik yang digunakan adalah 7, yaitu 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka dan 7 = sangat suka. Uji organoleptik terhadap aroma sabun cuci tangan cair, menunjukkan bahwa umumnya panelis yang memberikan respon netral hingga sangat suka terhadap sabun cuci tangan cair hasil sintesis sebanyak 96.97, sedangkan pada sabun cuci tangan cair komersial sebanyak 90.91 Lampiran 13 a. Kesan yang tertinggal di kulit setelah pemakaian sabun cuci tangan cair, menunjukkan bahwa umumnya panelis yang memberikan respon netral hingga sangat suka terhadap sabun cuci tangan cair hasil sintesis sebanyak 93.94, sedangkan yang memberikan respon netral hingga sangat suka terhadap sabun cuci tangan cair komersial sebanyak 84.85 Lampiran 14 a. Warna pada sabun cuci tangan cair, umumnya panelis memberikan respon netral hingga sangat suka terhadap sabun cuci tangan cair hasil sintesis sebanyak 93.94, sedangkan pada sabun cuci tangan cair komersial sebanyak 87.88 Lampiran 15 a. Pada banyaknya busa sabun cuci tangan cair, semua panelis memberikan respon netral hingga sangat suka terhadap sabun cuci tangan cair komersial yaitu sebanyak 100, namun respon panelis terhadap busa sabun cuci tangan cair hasil sintesis sebanyak 93.94 Lampiran 16 a. Pada kekentalan sabun cuci tangan cair, yang memberikan respon netral hingga sangat suka terhadap sabun cuci tangan cair hasil sintesis sebanyak 75.76, sedangkan pada sabun cuci tangan cair komersial sebanyak 81.82 Lampiran 17 a. Tabel 10 merupakan nilai rata-rata hasil uji organoleptik panelis terhadap sabun cuci tangan cair komersial dan hasil sintesis. Tabel 10 Rata-rata hasil uji organoleptik panelis terhadap sabun cuci tangan cair komersial dan sabun cuci tangan cair hasil sintesis Sabun cuci tangan cair Parameter Komersial APG hasil sintesis Aroma 4.97 5.21 Kesan setelah pemakaian 4.36 4.94 Warna 5.36 5.64 Banyaknya busa 5.36 5.09 Kekentalan 4.85 5.27 Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa 33 panelis yang melakukan uji organoleptik terhadap aroma, kesan yang tertinggal di kulit setelah pemakaian sabun cuci tangan cair, warna, banyaknya busa, rata-rata memberikan penilaian angka 4. Hal ini menyatakan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh berada pada nilai lebih besar dari nilai netral, yang berarti sabun cuci tangan cair hasil sintesis tidak ada perberbedaan dengan sabun cuci tangan cair komersial merk “D”. Pada uji Friedman α=0.05 menunjukkan bahwa aroma dan kesan yang tertinggal dikulit setelah pemakaian sabun cuci tangan hasil sintesis berbeda dengan sabun cuci tangan cair komersial Lampiran 13 c dan Lampiran 14 c, sedangkan pada warna, banyaknya busa serta kekentalan menunjukkan bahwa sabun cuci tangan cair hasil sintesis tidak ada perbedaan dengan sabun cuci tangan cair komersial Lampiran 15 c, Lampiran 16 c dan Lampiran 17 c. Dengan demikian, sabun cuci tangan cair yang dihasilkan dari surfaktan APG hasil sintesis terbaik mempunyai kinerja yang baik dan dapat di terima serta disukai oleh konsumen. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Jenis alkohol lemak fatty alcohol mempengaruhi karakteristik surfaktan APG yang dihasilkan α=0.05. Jenis alkohol lemak C 12 memiliki karakteristik mutu yang lebih baik dibandingkan dengan alkohol lemak C 10 . Penggunaan logam alkali NaOH dan MgO pada tahap pemurnian proses pemucatan sebagai bahan aktivator juga berpengaruh terhadap karakteristik mutu surfaktan APG yang dihasilkan, dimana dari alkohol lemak C 12 memiliki kejernihan T berkisar antara 48.42-55.91 dibandingkan dengan alkohol lemak C 10 2. Surfaktan APG yang diperoleh dari alkohol lemak C yang berkisar antara 12.99-18.05. 12 memiliki rendemen berkisar antara 45.97-46.88, sedangkan dari alkohol lemak C 10 berkisar antara 37.44-38.29. Kinerja surfaktan APG yang dihasilkan dari alkohol lemak C 12 lebih baik dibandingkan dengan alkohol lemak C 10 , yaitu stabilitas emulsi yang dihasilkan dari alkohol lemak C 12 68.90-80.49 sedangkan dari alkohol lemak C 10 65.24-78.66, kemampuan menurunkan tegangan permukaan untuk C 12 60.76-64.10 sedangkan C 10 59.90-60.90 dan kemampuan menurunkan tegangan antarmuka untuk C 12 92.44-94.25 sedangkan C 10 3. Perlakuan terbaik diperoleh dari alkohol lemak C 90.69-91.38. 12 4. Sabun cuci tangan cair yang dihasilkan dengan menggunakan surfaktan APG hasil sintesis terbaik mempunyai karakteristik mutu yang memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 1996 sabun cair. A2 menggunakan bahan aktivator MgO B2 pada konsentrasi 500 ppm C1 dengan kejernihan T 55.91, stabilitas emulsi 80.49, kemampuan menurunkan tegangan permukaan 64.10 dan kemampuan menurunkan tegangaan antarmuka 94.25.

5.2 Saran

Pada penelitian sintesis surfaktan APG selanjutnya, sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pada tahap butanolisis, sebaiknya suhu yang digunakan 100-125 C. Begitu pula pada tahap transasetalisasi agar suhu yang