komersial Plantacare
®
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin panjang rantai atom karbon maka semakin besar kemampuan menurunkan tegangan antarmukanya.
Kemampuan menurunkan tegangan antarmuka sebanding dengan kemampuan menurunkan tegangan permukaan pada konsentrasi yang sama Moechtar 1989.
Sifat kepolaran dari surfaktan APG mempengaruhi kinerja dari surfaktan APG tersebut. Surfaktan APG memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, dimana gugus
hidrofilik pada surfaktan APG akan ditarik oleh air untuk masuk ke dalam cairan sedangkan gugus hidrofobik akan naik pada antarmuka cairan.
memiliki nilai kemampuan menurunkan tegangan antarmuka sebesar 91.63 Lampiran 11 a. Hasil analisis ragam Lampiran 11 b
menunjukkan bahwa jenis alkohol lemak dan bahan aktivator yang digunakan berpengaruh nyata terhadap kemampuan menurunkan tegangan antarmuka surfaktan
APG yang dihasilkan, namun konsentrasi bahan aktivator menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap kemampuan menurunkan tegangan antarmuka
surfaktan APG yang dihasilkan.
A jenis alkohol lemak ; A1 = alkohol lemak C
10
; A2 = alkohol lemak C B bahan aktivator ; B1 = NaOH ; B2 = MgO
12
C konsentrasi bahan aktivator ; C1 = 500 ppm ; C2 = 700 ppm
Gambar 9 Kemampuan menurunkan tegangan antarmuka dari surfaktan APG hasil sintesis
Semakin tinggi gugus hidrofobik yang dimiliki oleh surfaktan, maka akan semakin tinggi pula kemampuan untuk menurunkan tegangan antarmuka. Semakin
tinggi kemampuan menurunkan tegangan antarmuka, maka akan semakin tinggi pula
88 89
90 91
92 93
94 95
K e
m a
m pua
n m
e nur
unk a
n t e
g a
ng a
n
an tar
m u
k a
Kombinasi perlakuan
kemampuan air untuk membasahi benda. Nilai kemampuan menurunkan tegangan antarmuka yang diperoleh pada surfaktan APG hasil sintesis dari alkohol lemak C
10
dan C
12
Surfaktan APG memiliki kinerja yang dapat meningkatkan kestabilan emulsi, mampu menurunkan tegangan permukaan serta mampu menurunkan
tegangan antarmuka. Adapun kesimpulan dari kinerja surfaktan APG pada penelitian ini, dipilih dari surfaktan APG yang dihasilkan dari alkohol lemak C
tidak berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh Sukkary et al. 2007 yaitu berkisar antara 90-93.
12
A2 dengan bahan aktivator MgO B2 pada konsentrasi 500 ppm C1 sebagai surfaktan yang terbaik, yang memiliki kejernihan T 55.91, stabilitas emulsi
pada konsentrasi 0.1-0.3 berkisar antara 77.44-80.49 hingga pengamatan 300 menit, mampu menurunkan tegangan permukaan sebesar 64.10- serta mampu
menurunkan tegangan antarmuka sebesar 94.25.
4.3.4 HLB Hydrophilic Lipophilic Balance
HLB Hydrophilic-Lipophilic Balance merupakan nilai yang ditentukan dari perbandingan antara gugus hidrofilik dan gugus lipofilik. Perhitungan nilai HLB
dilakukan dengan mencari persamaan linier dari jenis surfaktan yang telah diketahui nilainya. Moechtar 1989 menyatakan bahwa nilai HLB dari Tween 80 adalah 15.0,
Span 20 adalah 8.6 dan asam oleat pa sebesar 1. Nilai HLB surfaktan yang telah
diketahui ini, digunakan sebagai kurva standar. Rosen 2004 mengatakan bahwa penggunaan surfaktan sebagai formulasi bahan pembasah wetting agent, bahan
pengemulsi emulsifying agent dan bahan pelarut solubilizing agent adalah yang dapat meningkatkan kestabilan emulsi, meningkatkan kemampuan menurunkan
tegangan permukaan serta meningkatkan kemampuan menurunkan tegangan antarmuka antara fasa minyak dan fasa air. Nilai HLB surfaktan APG hasil sintesis
terbaik, dibandingkan dengan nilai HLB surfaktan APG komersial. Hasil perhitungan nilai HLB surfaktan APG hasil sintesis terbaik dan APG komersial
dapat dilihat pada Lampiran 12. Surfaktan APG memiliki kinerja yang dapat meningkatkan kestabilan
emulsi, mampu menurunkan tegangan permukaan serta mampu menurunkan tegangan antarmuka. Pada hasil analisis diperoleh surfaktan dari jenis alkohol
lemak C
12
A2 dengan bahan aktivator MgO B2 pada konsentrasi 500 ppm C1
memiliki karakteristik yang terbaik. Surfaktan APG hasil sintesis terbaik memiliki HLB sebesar 8.498, sedangkan nilai HLB dari surfaktan APG komersial memiliki
nilai HLB sebesar 8.058. Nilai HLB surfaktan APG hasil sintesis terbaik yang diperoleh, maka dapat dikategorikan sebagai bahan pembasah dan pengemulsi dalam
sistem OW oil in water Holmbert et al. 2003. Kinerja dari surfaktan diperoleh dari molekulnya yang memiliki gugus
hidrofilik dan hidrofobik, dimana gugus hidrofilik dapat berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofobik berikatan dengan minyak. Jika surfaktan lebih larut
dengan air polar, maka terjadi dispersi minyak dalam air yang disebut dengan emulsi minyak dalam air oil in water. Sebaliknya jika surfaktan lebih larut dalam
minyak non polar, maka terjadi emulsi air dalam minyak water in oil.
4.3.5 Konfirmasi Struktur Gugus Fungsi dengan FTIR Fourier Transform
Infrared Spectroscopy
FTIR Fourier Transform Infrared Spectroscopy merupakan alat untuk mendeteksi gugus fungsi dari suatu senyawa dengan spektrum inframerah dari
senyawa organik yang mempunyai sifat fisik yang khas, sehingga kemungkinan dua buah senyawa mempunyai spektrum yang sama adalah kecil. Energi radiasi infra
merah akan diadsorpsi oleh senyawa organik, sehingga molekulnya akan mengalami rotasi atau vibrasi. Ikatan kimia yang berbeda seperti C-C, C-H, C=O, O-H dan
sebagainya akan mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda. Pada data analisis spektra gugus fungsi FTIR surfaktan APG komersial dan
surfaktan APG hasil sintesis terbaik memiliki jumlah gelombang yang hampir sama, baik itu jumlah gelombang pada gugus fungsi eter maupun pada gugus fungsi
hidroksil. Terbentuknya gugus eter C-O-C menandakan bahwa sintesis antara gugus hidroksil dari pati dengan alkohol lemak telah terbentuk, yang berarti struktur
gugus hidrofobik dari surfaktan APG juga telah terbentuk. Gugus OH menandakan gugus hidrofilik dari surfaktan APG telah terbentuk. Jumlah gelombang yang sama,
juga dihasilkan dari penelitian Sukkary et al. 2007 sebagaimana tercantum dalam Tabel 8. Hasil spektra gugus fungsi FTIR surfaktan APG komersial dapat dilihat
pada Gambar 10, sedangkan hasil spektra gugus fungsi FTIR surfaktan APG hasil sintesis dapat dilihat pada Gambar 11.