Uji kesesuaian sistem UKS

48 Tabel 12. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak metanol dan air; laju alir: 1,50 mLmenit, detektor fluoresens pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm No, Komposis Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 85:15 14,293 2 Baik 3 8380 2 1,041 2 9 2 90:10 7,835 3 Baik 3 6138 2 1,075 2 10 3 95:5 4,678 3 2,150 2 4020 1 1,108 2 8 4 97,5:2,5 3,777 3 1,514 2 3267 1 1,130 2 8 Tabel 13. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan metanol; laju alir: 1,0 mLmenit, detektor UV pada panjang gelombang 325 nm No, Komposisi Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 75:25 5,035 3 3,801 3 5203 1 1,164 2 9 2 50:50 4,814 3 2,192 2 4413 1 1,213 2 8 3 25:75 4,623 3 1,605 2 4063 1 1,187 2 8 49 Tabel 14. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan metanol; laju alir: 1,0 mLmenit, detektor fluoresens pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm No, Komposisi Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 75:25 5,158 3 1,391 1 15301 1 1,622 1 6 2 50:50 4,969 3 2,220 2 3733 1 1,140 2 8 3 25:75 4,747 3 2,107 2 3515 1 1,182 2 8 Tabel 15. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan air; laju alir: 1,5 mLmenit, detektor UV panjang 325 nm No, Komposisi Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 100:0 3,572 3 3,487 3 4174 1 1,196 2 9 2 95:5 4,412 3 2,549 3 5589 1 1,102 2 9 3 90:10 5,634 3 2,777 3 7125 2 1,034 2 10 4 85:15 7,206 3 2,485 2 9317 3 1,047 2 10 5 80:20 9,537 3 2,046 2 8525 2 1,059 2 9 6 75:25 13,163 2 Baik 3 10869 3 1,024 2 10 50 Tabel 16. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan air; laju alir: 1,5 mLmenit, dengan detector fluoresens pada panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm No, Komposisi Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 100:0 3,799 3 1,700 2 3486 1 1,123 2 8 2 95:5 4,607 3 1,251 1 4540 1 1,170 2 7 3 90:10 5,828 3 1,834 2 4534 1 1,077 2 8 4 85:15 7,397 3 2,879 3 7837 2 1,031 2 10 5 80:20 9,703 3 1,699 2 9536 3 1,377 2 10 6 75:25 13,352 2 Baik 3 10254 3 1,040 2 10 Tabel 17. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan air; laju alir: 1,75 mLmenit, detektor UV pada panjang gelombang 325 nm No, Komposisi Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 100:0 3,258 3 1,533 2 3916 1 1,239 1 7 2 95:5 3,789 3 Baik 3 5167 1 1,096 2 9 3 90:10 4,778 3 Baik 3 6956 2 1,025 2 10 4 85:15 6,250 3 Baik 3 8556 2 1,026 2 10 5 80:20 8,456 3 Baik 3 9830 3 1,028 2 11 6 75:25 11,259 2 Baik 3 9096 3 1,037 2 10 51 Tabel 18. Data pengamatan dan evaluasi kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan air; laju alir: 1,5 mLmenit, detektor fluoresens panjang gelombang eksitasi 325 nm dan panjang gelombang emisi 470 nm No. Komposisi Fase Gerak Waktu Retensi Rt Resolusi Rs Jumlah Lempeng Teoritis N Tailing Faktor Tf Total Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor Rata-rata Skor 1 100:0 3,355 3 1,446 1 3337 1 1,148 2 7 2 95:5 3,921 3 1,302 1 4230 1 1,120 2 7 3 90:10 4,943 3 1,219 1 5868 1 0,995 2 7 4 85:15 6,305 3 3,560 3 7132 2 0,959 2 10 5 80:20 8,624 3 5,171 3 8150 2 1,509 1 9 6 75:25 11,428 2 2,023 2 9004 3 1,036 2 9 Tabel 19. Data hasil uji kesesuaian sistem UKS baku vitamin A No Kode Waktu Retensi Rt Luas Area 1 UKS 1 7,931 169736 2 UKS 2 7,881 170247 3 UKS 3 7,906 168218 4 UKS 4 7,899 169386 5 UKS 5 7,895 170891 6 UKS 6 7,887 167634 Rata-rata 7,900 169352 SD 0,018 1229,279 RSD 0,223 0,726 Syarat RSD ≤ 1,0 ≤ 1,0 4.4 Validasi metode analisis penetapan kadar vitamin A 4.4.1 Kurva kalibrasi dan uji linieritas. Setelah diperoleh kondisi optimum untuk analisis dan uji kese- suaian sistem telah memenuhi sesuai dengan yang diinginkan, selanjut- nya dilakukan validasi terhadap metode analisis tersebut. Validasi ini diawali dengan pembuatan kurva kalibrasi dan linieritas dengan rentang konsentrasi 0,4443 IUmL sampai dengan 13,5233 IUmL. Pemilihan rentang konsentrasi ini berdasarkan konsentrasi vitamin A yang ditambahkan ke dalam minyak goreng sawit yang beredar di pasaran dan mencakup konsentrasi batas kuantisasi yaitu 5,73 IUg. Untuk analisis vitamin A dalam minyak goreng sawit, baku untuk pembuatan kurva kalibrasi diperlakukan sama terhadap larutan uji, yaitu ditam- bahkan minyak goreng sawit yang tidak mengandung vitamin A. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan adanya gangguan matriks dari minyak goreng sawit antara larutan uji dan larutan baku. Kurva kali- brasi vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dapat dilihat pada gambar 5. Dari hasil perhitungan statistik kurva kalibrasi memberikan nilai r 0,99997 dan Vxo 2,54 dimana kriteria linieritas yang dapat diterima adalah r minimal 0,995 dan V xo maksimal 5 sehingga dapat disim- pulkan bahwa linieritas baku vitamin A memenuhi uji linieritas. Selan- jutnya dibuat kurva konsentrasi versus faktor respon detektor dan kurva konsentrasi versus residual. Kurva hubungan antara konsentrasi vitamin A terhadap faktor respon detektor dapat dilihat pada Gambar 6 dan kurva hubungan antara konsentrasi vitamin A terhadap residual dapat dilihat pada Gambar 7. Dari kedua kurva tersebut dapat dilihat adanya penyebaran secara random antara konsentrasi vitamin A dengan faktor respon detektor dan konsentrasi vitamin A dengan residual yang mendekati garis tengah menunjukkan linieritas yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa linieritas baku vitamin A dengan rentang konsentrasi 0,4443 IUmL sampai dengan 13,5233 IUmL memenuhi kritria uji linieritas dan dapat diterima untuk perhitungan analisis selanjutnya. 100000 200000 300000 400000 500000 600000 2 4 6 8 10 12 14 16 Kons e ntr as i V itam in A IUm L Lu as A rea Gambar 5. Kurva kalibrasi baku vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit 32897 33897 34897 35897 36897 37897 38897 2 4 6 8 10 12 14 16 Konsentrasi Vit. A IUm L F akt o r R esp o n D et ekt o r -8000 -6000 -4000 -2000 2000 4000 6000 8000 2 4 6 8 10 12 14 16 Konsentrasi Vitam in A IUm L R esi d u al Gambar 6. Hubungan antara konse- trasi vitamin A dengan faktor respon detektor. Gambar 7. Hubungan antara konsen sentrasi vitamin A terha- residual.

4.3.2 Uji presisi

Presisi pengukuran kuantitatif dapat ditentukan dengan mengana- lisis sampel yang sama secara berulang-ulang minimal 6 x pengu- langan, kemudian dihitung nilai standar deviasinya SD dan dari nilai standar deviasi tersebut dihitung nilai standar deviasi baku relatif RSD atau koefesien variasi KV. Dari nilai RSD yang diperoleh diban- dingkan dengan RSD Horwitz yaitu suatu kurva berbentuk terompet yang menghubungkan reprodusibilitas presisi yang dinyatakan sebagai RSD dengan konsentrasi analit. Presisi metode analisis diekspresikan sebagai fungsi dari konsentrasi melalui persamaan: Presisi suatu metode akan memenuhi syarat apabila RSD yang diper- oleh dari percobaan lebih kecil dari 23 RSD Horwitz dan berdasarkan persamaan Horwitz dapat dipastikan bahwa, semakin kecil konsentrasi suatu analit, maka nilai presisi yang dapat diterima akan semakin besar. Pada penelitian ini, uji presisi dilakukan analisis terhadap tiga konsentrasi, yaitu konsentrasi rendah 23,48 IUg, konsentrasi sedang 46,74 IUg dan konsentrasi tinggi 71,28 IUg, dari masing-masing