diterima apabila nilai r 0,995 dan V
xo
≤ 5. Untuk menentukan nilai a, b, r dan V
xo
digunakan rumus sebagai berikut:
Selanjutnya dibuat kurva konsentrasi versus faktor respon detektor dan kurva konsentrasi versus residual. Faktor respon detektor dihitung
dengan menggunakan rumus:
Residual dihitung menggunakan rumus: Residual = Y - Y
Y = Luas area vitamin A secara teoritis dari persamaan garis regresi. Y = Luas area vitamin A yang diamati.
Masing-masing kurva tersebut diamati secara visual, jika terjadi penyebaran titik-titik secara random antara konsentrasi vitamin A dengan
faktor respon detektor dan konsentrasi vitamin A dengan residual yang mendekati garis tengah menunjukkan linieritas yang baik.
3.4.5 Uji presisi
Untuk pembuatan larutan uji presisi, sebelumnya disiapkan terlebih dahulu sampel minyak goreng sawit yang mengandung vitamin A dengan
3 tingkat konsentrasi yang berbeda yaitu: kadar rendah 22,5 IUg, kadar menengah 45 IUg dan kadar tinggi 67,5 IUg. Masing-masing sampel
tersebut ditimbang dengan saksama sejumlah 2,5 gram, dimasukkan ke dalam labu takar berwarna coklat 25 mL, kemudian ditambahkan 2,5 mL
n-pentana, lalu dikocok sehingga minyak goreng sawit larut. Selanjutnya dilakukan perlakuan yang sama seperti pada pembuatan larutan larutan uji
pada penetapan kondisi optimum KCKT. Uji presisi dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan uji ke dalam sistem KCKT menggunakan
prosedur yang telah dipilih pada uji optimasi. Masing-masing sampel dengan 3 tingkat konsentrasi yang berbeda dianalisis sebanyak 6 kali
pengulangan. Perhitungan kadar sampel dilakukan menggunakan persamaan kurva kalibrasi dengan menggunakan rumus:
Kemudian kadar dari masing-masing uji presisi dihitung dan ditentukan nilai rata-ratanya, standar deviasi SD dan standar deviasi
relatif RSD. Presisi diterima bila memenuhi kriteria: untuk satu penguji
repeatabilitas: RSD sampel ≤ ⅔ x RSD Horwitz dan untuk intralab
intra reprodubilitas: RSD sampel ≤ RSD Horwitz. RS D Horwitz
dihitung menggunakan rumus:
3.4.6 Uji akurasi
Untuk pembuatan larutan uji akurasi, digunakan sampel minyak goreng sawit yang sama pada uji presisi. Masing-masing sampel minyak
goreng tersebut ditimbang dengan saksama sejumlah 1,25 gram, dimasukkan ke dalam labu takar coklat 25 mL, kemudian ditambahkan 2,5
mL n-pentana, lalu dikocok sehingga minyak goreng sawit larut. Untuk akurasi pada tingkat kadar rendah ditambahkan baku vitamin A 50 IUmL
sebanyak 0,6 mL, untuk tingkat kadar menengah 1,2 mL dan untuk akurasi tingkat kadar tinggi ditambahkan 1,8 mL. Selanjutnya dilakukan perlakuan
yang sama seperti pada pembuatan larutan larutan uji pada penetapan kondisi optimum KCKT. Uji akurasi dilakukan dengan cara menyuntikkan
larutan uji ke dalam sistem KCKT sesuai prosedur penetapan kadar yang telah ditentukan dari hasil uji optimasi. Masing-masing sampel dengan 3
tingkat konsentrasi yang berbeda dianalisis sebanyak 6 kali pengulangan. Berdasarkan luas area yang didapat, dengan menggunakan kurva kalibrasi
baku selanjutnya dihitung jumlah total vitamin A, vitamin A dari sampel dan rekoveri vitamin A. Akurasi metode dinyatakan sebagai rekoveri
yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Akurasi diterima bila memenuhi kriteria: rekoveri yang diperoleh pada rentang 80–110
3.4.7 Uji selektivitas spesifisitas
Larutan untuk uji selektivitas dibuat dengan cara menimbang dengan saksama sejumlah 2,5 gram sampel minyak goreng sawit yang sama pada
uji presisi mengandung vitamin A dengan konsentrasi 45 IUg, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar coklat 25 mL, ditambahkan 2,5 mL n-
pentana lalu dikocok sehingga minyak goreng sawit larut, ditambahkan 2,5 mL larutan butil hidroksi toluena 0,25 dalam 2-propanol, 1 mL
campuran larutan butil hidroksi anisol BHA, butil hidroksi toluena BHT, propil galat, tersier butil hidrokuinon TBHQ, vitamin D dan
vitamin E masing-masing 1000 ppm serta beta karoten 100 ppm dalam 2- propanol dan 10 mL larutan tetra-n-butil amonium hidroksisida 0,1 M
dalam 2-propanol, kemudian larutan diencerkan dengan 2-propanol hingga tanda tera, lalu dikocok hingga homogen. Kemudian larutan disaring
menggunakan membran filter 0,2 µ m dan dilakukan sonifikasi selama 10 menit. Uji selektivitas spesifisitas dilakukan dengan cara menyuntikkan
larutan ke dalam sistem KCKT sesuai prosedur yang telah dipilih pada uji