Pemilihan kondisi analisis optimum
ini, asetonitril merupakan pelarut yang mempunyai viskositas paling kecil bila dibandingkan denga air dan metanol. Dalam hal ini, bila komposisi fase gerak
terdiri dari asetonitril dengan jumlah yang besar maka dalam analisis bila menggunakan laju alir yang besar tekanan kolom tetap rendah.
Pada pencarian kondisi analisis optimum, detektor yang digunakan juga divariasikan. Detektor yang digunakan pada penelitian ini adalah detektor
ultraviolet dan detektor fluoresens. Detektor ultraviolet digunakan untuk mendeteksi komponen zat yang dapat menyerap cahaya di daerah ultraviolet 190
– 400 nm. Keuntungan dari detektor ini adalah pemilihan panjang gelombang yang luas dan sensitivitas terhadap alat yang baik. Detektor fluoresens digunakan
untuk mendeteksi komponen zat yang dapat menyerap cahaya dan kemudian memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang lebih tinggi. Dibandingkan
dengan detektor ultra violet, detektor flouresen lebih peka dan lebih selektif, karena hanya komponen zat yang berfluoresensi saja yang dapat dideteksi.
Vitamin A dapat dideteksi baik dengan menggunakan detektor ultraviolet maupun menggunakan detektor fluoresens.
Pada penelitian ini digunakan kolom C 18 Waters Xbridge, dengan panjang 250 mm, diameter 4,6 mm ukuran partikel 5,0 µ m. Pemilihan kondisi optimum
dilakukan dengan memvariasikn komposisi fase gerak, laju alir dan detektor yang digunakan detektor ultraviolet dan fluoresens. Data pengamatan kromatogram
vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan komposisi fase gerak metanol dengan detektor UV dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan data
pengamatan kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak metanol dengan detektor fluoresens
dapat dilihat pada Tabel 10. Data pengamatan kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak metanol
dan air dengan detektor UV dapat dilihat pada Tabel 11, sedangkan data pengamatan kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit
menggunakan variasi komposisi fase gerak metanol dan air dengan detektor fluoresens dapat dilihat pada Tabel 12. Data pengamatan kromatogram vitamin A
dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan metanol dengan detektor UV dapat dilihat pada Tabel 13,
sedangkan data pengamatan kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan metanol
dengan detektor fluoresens dapat dilihat pada Tabel 14. Data pengamatan kromatogram vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi
komposisi fase gerak asetonitril dan air dengan detektor UV dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 17, sedangkan data pengamatan kromatogram vitamin A
dalam matriks minyak goreng sawit menggunakan variasi komposisi fase gerak asetonitril dan air dengan detektor fluoresens dapat dilihat pada Tabel 16 dan
Tabel 18. Berdasarkan kromatogram yang dihasilkan dari berbagai kondisi optimasi
percobaan dan dengan nilai skor yang diperoleh, diperoleh 1 kondisi analisis yang paling optimum untuk analisis vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit
yaitu: komposisi fase gerak yang terdiri dari campuran asetonitril dan air 80:20, laju alir 1,75 mLmenit dengan detektor ultraviolet pada panjang gelombang 325
nm. Kromatogram blanko minyak goreng sawit yang tidak mengandung vitamin A dan kromatogram baku vitamin A palmitat dalam matriks minyak
goreng sawit yang dianalisis menggunakan KCKT kolom C18 pada kondisi optimum komposisi fase gerak yang terdiri dari campuran asetonitril dan air
80:20, laju alir 1,75 mLmenit dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm dapat dilihat pada Gambar 4. Dari gambar 4 menunjukkan bahwa walaupun
kromatogram matriks minyak goreng sawit memberikan banyak puncak, namun pada saat vitamin A keluar dari kolom dan dideteksi oleh detektor, di sekitar
puncakkurva vitamin A tidak ada matriks atau perekasi yang mengganggu dan memberikan waktu retensi yang sama dengan vitamin A, sehingga dengan
kondisi KCKT tersebut matriks minyak goreng sawit dan pereaksi yang
digunakan tidak mengganggu dalam analisis vitamin A dalam kondisi KCKT yang digunakan.
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
min 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
mVx10 Detector A:325nm
A
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0 5.0
6.0 7.0
8.0 9.0
min 0.00
0.25 0.50
0.75 1.00
1.25 1.50
1.75 2.00
2.25 2.50
mVx10 Detector A:325nm
V it
am in A
7. 8
41 1490
56
B Gambar 4. Kromatogram A blanko minyak goreng sawit yang tidak me-
ngandung vitamin A dan kromatogram B baku vitamin A palmitat dalam matriks minyak goreng sawit; yang dianalisis
menggunakan KCKT kolom C18 pada kondisi optimum dengan komposisi fase gerak yang terdiri dari campuran asetonitril dan
air 80:20, laju alir 1,7 mLmenit dengan detektor UV pada panjang gelombang 325 nm.