Uji robustness. Uji batas deteksi dan batas kuantisasi

61 Tabel 22. Data uji selektivitas spesifisitas vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit No Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD Uji t g IUg Rata-Rata IUg IUg t Hitung t Tabel 1 2,5087 25 169742 47,20 2 2,5419 25 173729 47,68 3 2,5703 25 168767 45,81 47,36 0,99 1,609 2,228 4 2,5007 25 172544 48,13 5 2,5098 25 168382 46,80 6 2,4949 25 173673 48,56 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan uji selektivitas spesifisitas n a Intersep b Slope r 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 62 Tabel 23. Data uji robustness vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dengan perubahan metode pengurangan jumlah pereaksi menjadi: n-pentana 2 mL, larutan antioksidan butil toluena 2 mL dan larutan tetra-n-butil amonium hidroksida 9,5 mL No Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD Uji t g IUg Rata-Rata IUg IUg t Hitung t Tabel 1 2,5996 25 169883 45,59 2 2,5442 25 173088 47,46 3 2,4957 25 168412 47,07 47,24 0,91 1,431 2,228 4 2,5394 25 173671 47,71 5 2,5097 25 170380 47,36 6 2,5102 25 173697 48,27 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan uji selektivitas spesifisitas n a Intersep b Slope R 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 Tabel 24. Data uji robustness vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dengan perubahan metode pengurangan jumlah pereaksi menjadi: n-pentana 3 mL, larutan antioksidan butil toluena 3 mL dan larutan tetra-n-butil amonium hidroksida 10,5 mL No Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD Uji t g IUg Rata-Rata IUg IUg t Hitung t Tabel 1 2,5047 25 169864 47,31 2 2,5995 25 173708 46,62 3 2,5989 25 170548 45,78 46,90 0,99 0,415 2,228 4 2,5491 25 173648 47,52 5 2,5994 25 170851 45,85 6 2,4902 25 172393 48,29 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan uji selektivitas spesifisitas n a Intersep b Slope R 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 63 Tabel 25. Data uji robustness vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dengan perubahan metode perubahan komposisi fase gerak menjadi asetonitri: air 81:19 dan laju alir 1,74 mLmenit No Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD Uji t g IUg Rata-Rata IUg IUg t Hitung t Tabel 1 2,5997 25 171587 45,59 2 2,5892 25 173454 47,46 3 2,4989 25 169622 47,07 47,23 0,86 1,364 2,228 4 2,5974 25 174505 47,71 5 2,4907 25 171451 47,36 6 2,4966 25 173072 48,27 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan uji selektivitas spesifisitas n a Intersep b Slope R 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 Tabel 26. Data uji robustness vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dengan perubahan metode perubahan komposisi fase gerak asetonitri menjadi: air 79:21 dan laju alir 1,76 mLmenit No Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD Uji t g IUg Rata-Rata IUg IUg t Hitung t Tabel 1 2,5989 25 174788 46,92 2 2,5993 25 173576 46,59 3 2,5972 25 173804 46,68 47,37 0,87 1,744 2,228 4 2,5908 25 175049 47,13 5 2,4902 25 173647 48,65 6 2,4907 25 172261 48,25 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan uji selektivitas spesifisitas n a Intersep b Slope R 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 64 Tabel 27. Data uji robustness vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dengan perubahan metode penggunakan merek kolom C 18 yang berbeda kolom merek Shimadzu Shim-pack, Jepang: panjang 250 mm, diameter dalam 1,46 mm dan ukuran partikel 5 µm No Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD Uji t g IUg Rata-Rata IUg IUg t Hitung t Tabel 1 2,5002 25 180532 46,75 2 2,5752 25 179055 45,02 3 2,4902 25 183651 47,75 46,41 0,99 0,856 2,228 4 2,5389 25 180359 45,99 5 2,5448 25 180120 45,82 6 2,4902 25 181337 47,15 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan uji selektivitas spesifisitas n a Intersep b Slope R 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 Setelah dianalisis dan dibuat persamaan regresi linier, diperoleh nilai batas deteksi vitamin A dalam minyak goreng sawit adalah 1,66 IUg dan nilai batas kuantisasi vitamin A dalam minyak goreng sawit adalah 5,89 IUg. Batas deteksi dan batas kuantisasi yang diperoleh sudah dapat diterima, karena untuk mengetahui apakah minyak goreng sawit yang diuji memenuhi syarat atau tidak dalam hal kandungan vitamin A adalah minimal 45 IUg, sedangkan batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperolah jauh di bawah 45 IUg. 4.4 Uji coba penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit yang beredar di pasaran. Hasil analisis terhadap minyak goreng sawit yang beredar di pasaran dan pada labelnya mengklaim akan kandungan vitamin A menunjukkan bahwa pada ke-empat sampel mengandung vitamin A berturut-turut sebesar 16,75 IUg, 28,39 IUg, 29,07 IUg dan 66,65 IUg 75 sampel tidak memenuhi persyaratan kadar vitamin A yang akan ditetapkan pemerintah. Data hasil analisis terhadap sampel minyak goreng sawit yang beredar di pasaran dapat dilihat pada tabel 28. Dari tabel tesebut dapat disimpulkan bahwa kandungan vitamin A dalam sampel yang diuji masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kadar vitamin A yang akan ditetapkan oleh pemerintah. Hasil evaluasi kromatogram dan SD yang diperoleh dari penetapan kadar vitamin A dapat disimpulkan bahwa matriks sampel yang terkandung dalam berbagai merek minyak goreng sawit yang beredar di pasaran tidak mengganggu dalam analisis penetapan kadar vitamin A, sehingga metode yang telah dikembangkan dan telah divalidasi oleh peneliti dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk penetapan kadar vitamin A dalam berbagai merek minyak goreng sawit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap metode analisis yang telah dikembangkan dan telah divalidasi oleh peneliti, dapat dibuat ringkasan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Hasil optimasi metode analisis penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 diperoleh hasil yang optimal menggunakan komposis fase gerak asetonitril:air 80:20 dengan laju alir 1,75 mLmenit menggunakan detektor ultraviolet pada panjang gelombang 325 nm, dibuktikan dengan perolehan skor yang tinggi dalam penilaian kromatogram KCKT. 2. Metode yang telah dikembangkan peneliti hasilnya sudah valid yang dibuktikan dengan hasil validasi dari metode tersebut yang sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan. 3. Metodenya selektif, dibuktikan dari hasil selektivitas pada bagian uji validasi yang telah dilakukan dan hasilnya sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan. 4. Metodenya cepat, dibuktikan dengan persiapan sampel pada metode yang telah dikembangkan peneliti tanpa proses saponifikasi, tanpa proses ektraksi dan tanpa proses pemekatan atau penguapan pelarut, sehingga untuk sekali pengujian sampel menggunakan metode tersebut diperlukan waktu sekitar 2 jam, sedangkan bila menggunakan metode resmi yang sudah ada dengan proses saponifikasi, ekstraksi dan proses pemekatan atau penguapan pelarut dari pengalaman yang pernah diperoleh peneliti diperlukan waktu sekitar 6 jam. 5. Metodenya mudah dan praktis, karena metode yang telah dikembangkan peneliti persiapan sampelnya tanpa proses saponifikasi, tanpa proses ekstraksi dan tanpa proses pemekatan atau penguapan pelarut, sehingga metode ini lebih mudah dan praktis; tanpa diperlukan keahlian dan peralatan khusus untuk proses persiapan sampel. 6. Metode yang sudah dikembangkan dan divalidasi oleh peneliti memiliki keunggulan-keunggulan seperti telah diuraikan di atas, namun kelemahannya metode ini hanya dapat digunanakan untuk penetapan kadar vitamin A dalam matriks minyak goreng sawit dan tidak dapat digunakan untuk penetapan kadar vitamin A dalam produk pangan yang lain, misalnya: susu, daging dan telur. 67 Tabel 28. Data hasil analisis penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit yang beredar di pasaran No Kode Bobot Sampel Pengenceran Luas Area Kadar Vit. A Kadar Vit. A SD RSD g IUg Rata-Rata IUg IUg 1 Avn A 2,4907 25 58070 16,25 2 Avn B 2,5928 25 64114 17,24 16,75 0,70 4,17 3 Fvt 2,4917 25 99450 27,84 4 Fvt 2,5892 25 107451 28,95 28,39 0,78 2,76 5 Sva A 2,4974 25 104545 29,20 6 Sva B 2,4989 25 103703 28,94 29,07 0,18 0,61 7 Snc A 2,4916 25 232286 65,04 8 Snc B 2,5015 25 242568 67,65 66,35 1,85 2,78 Kurva Kalibrasi yang digunakan untuk perhitungan kadar vitamin A n a Intersep b Slope r 12 51,9937563 35825,84683 0,999973 68

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kondisi optimum untuk analisis penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit menggunakan KCKT dengan kolom C-18 Waters Xbridge, panjang 250 mm, diameter 4,6 mm ukuran partikel 5,0 µ m adalah menggunakan fase gerak asetonitril-air 80:20, kecepatan alir 1,75 mLmenit dan menggunakan detektor ultraviolet pada panjang gelombang 325 nm. Hasil validasi metode analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa parameter validasi linieritas, presisi, akurasi, selektivitas, robustness, penetapan batas deteksi dan batas kuantisasi memenuhi kriteria yang telah ditetapka n sehingga metode analisis ini valid, selanjutnya dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit. Parameter yang digunakan pada pencarian kondisi analisis optimum pada penetapan kadar vitamin A dengan menggunakan KCKT kolom C 18 dengan variasi komposisi fase gerak, laju alir dan detektor ultraviolet dan atau detektor fluoresens yang memberikan nilai resolusi Rs dan nilai lempeng teoritis N yang baik, dapat digunakan sebagai konfirmasi identitas vitamin A dalam minyak goreng sawit. Hasil analisis terhadap 4 merek sampel minyak goreng sawit yang beredar di pasaran yang pada labelnya mengklaim kandungan vitamin A diperoleh 75 mengandung vitamin A dibawah standar yang akan ditetapkan. Matriks sampel yang terkandung dalam berbagai merek minyak goreng sawit yang beredar di pasaran tidak mengganggu dalam analisis penetapan kadar vitamin A, sehingga metode yang telah dikembangkan dan telah divalidasi oleh peneliti dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk penetapan kadar vitamin A dalam berbagai merek minyak goreng sawit.

5.2 SARAN

Terhadap metode ini agar dilakukan validasi lebih lanjut seperti: uji selektivitas menggunakan matriks minyak goreng sawit yang sudah mengalami penurunan mutu bilangan asam dan bilangan peroksidanya tinggi, uji presisi antara intermediate reproducibility dan ketangguhan metode ruggednes reproducibility dengan cara melakuan uji kolaborasi yang melibatkan laboratorium lain, sehingga kehandalan metode ini benar-benar diyakini dan untuk selanjutnya dapat diusulkan sebagai metode resmi dalam Standar Nasional Indonesia SNI. Untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan perhitungan estimasi ketidakpastian pengukuran dalam penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit agar dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran, yang selanjutnya dapat menghindari terjadinya kesalahan yang besar dalam suatu analisis. DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2009. Prinsif Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. [AOAC International] Association of Official Analytical Chemist International. 2005. Official Methods of Analysis of AOAC International. Ed ke-18. Gaithersburg. Augustin J, Barbara PK, Deborah B, Paul BV. 1985. Methods of Vitamin Assay. New York: A Wiley-Interscience. [Badan POM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Kategori Pangan. Jakarta. Bagriansky J dan P Ranum. 1998. Vitamin A Fortification of P. L. 480 Vegetables Oil [terhubung berkala]. http:pdf.usaid.govpdf_docsPNACK055.pdf [1 Mar 2011] Berdanier et. all. 2002. Hanbook of Nutrion and Food. Washington DC: CRC Press. [BP Commision] British Pharmacopoeia Commision. 2009. British Pharmaco-poeia. London. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. ISOIEC 17025: 2005. Jakarta. [CE] Council of Europe. 2007. European Pharmacopoia. Strasbourg: European Directorate for the Quality of Medicine and Health Care. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Kodeks Makanan Indonesia. Jakarta. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indo-nesia. Ed ke-4. Jakarta. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009 a . Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009 b . Suplemen I Farma-kope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta. Eitenmiller RR, Lin Ye, WO Landen Jr. 2008. Vitamin Analysis for the Health and Food Sciences. Ed ke-2. Boca Raton: CRC Press. Favaro, R., J. Ferreira, I. Desai, and J. Dutra de Oliveira. 1991. Studies on Fortification of Refined Soybean Oil with All-trans Retinyl Palmitate in Brazil: Stability During Cooking and Storage. J. Food Comp. Anal. 4: 237-244. Di dalam: Hariyadi P. 2011. Teknologi Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Sawit. Di dalam: Workshop Fortifikasi Vitamin A pada Minyak Goreng Sawit; Jakarta, 16 Mar 2011. Jakarta: