BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN
A. PERLINDUNGAN NASABAH BERDASARKAN PRINSIP KERAHASIAAN BANK DALAM UNDANG-UNDANG PERBANKAN
Lembaga perbankan adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian guna tetap mengekalkan kepercayaan masyarakat
terhadap bank, pemerintah wajib melindungi masyarakat dari tindakan lembaga, ataupun oknumnya yang tidak bertanggungjawab, dan merusak sendi kepercayaan
masyarakat tersebut. Bila suatu saat kepercayaan masyarakat menjadi luntur terhadap bank, maka hal itu merupakan suatu bencana perekonomian negara, yang
sangat sulit untuk dipulihkan kembali.
81
Bank diwajibkan merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan
uangnya di bank. Masyarakat hanya akan memepercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank menjamin banhwa bank tidak akan ada
Prinsip rahasia bank menajdi sangat penting dijaga dalam industri perbankan, karena prinsip tersebut merupakan jiwa dari industri perbankan.
81
Muhammad Djumhana, Rahasia Bank Ketentuan dan penerapannya di Indonesia,Op.Cit, hal. 29.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyalahgunaan pengetahuan bank tentang simpanannya. Dengan demikian, bank harus memegang teguh rahasia bank.
Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 berbunyi : “Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang
keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia Perbankan
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, pasal 42, pasal 43 dan pasal 44”.
Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 berbunyi : “Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44 A”.
Melihat pengaturan tentang rahasia bank berdasarkan pasal-pasal tersebut dapat disipulkan bahwa Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 merahasiakan
keadaan keuangan nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Kedua nasabah bank ini dilindungi oleh rahasia bank. Sedangkan pengaturan rahasia bank dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan membatasi rahasia bank hanya tentang keadaan keuangan nasabah penyimpan dana saja. Pasal 40 Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
82
Permasalahan lain yang perlu dibahas lebih lanjut berkenaan dengan ketentuan rahasia bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan adalah bagaimana status kerahasian keterangan mengenai Nasabah
82
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Op.Cit, hal. 18.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Debitur. Apakah secara a contrario dapat ditafsirkan bahwa karena Pasal 40 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan hanya mewajibkan Bank
dan pihak terafiliasi menjaga kerahasiaan nasabah penyimpan dan simpanannya, dan ditegaskan dalam penjelasannya bahwa keterangan mengenai nasabah selain
dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan bukan keterangan yang wajib dirahasiakan, menyebabkan keterangan mengenai nasabah debitur menjadi
terbuka bagi siapa saja dan untuk kepentingan apapun.
83
83
Keterangan mengenai nasabah debitur tidak diatur secara tegas dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai rahasia bank,
sebagaimana ketentuan rahasia bank menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, namun perubahan ini hanya merupakan satu bentuk apa yang
dikenal dalam ilmu hukum pidana sebagai depenalisasi. Depenalisasi di sini mempunyai pengertian bahwa perbuatan yang semula diancam dengan pidana,
ancaman pidananya dihilangkan, akan tetapi masih dimungkinkan adanya tuntutan dengan cara lain, misalnya dengan melalui hukum perdata atau hukum
administrasi. Artinya bahwa pengungkapan keterangan mengenai nasabah debitur yang dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ditentukan
sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan ini dihilangkan ancaman pidananya, akan tetapi
tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan untuk dituntut secara perdata maupun administratif..
http:omperi.wikidot.compengaturan-rahasia-bank, diakses pada tanggal 20 Maret 2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dapat disimpulkan bahwa, sebagai perwujudan gagasan untuk meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap institusi perbankan, pembentuk
undang-undang telah melakukan pembaruan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan terhadap ketentuan mengenai rahasia bank.
Pembaruan tersebut meliputi pengertian dan obyek rahasia bank, perluasan mengenai pihak dan kepentingan yang mengecualikan ketentuan rahasia bank,
pengalihan wewenang pemberian perintah dan izin pengecualian, serta memperberat ancaman pidana dan penambahan delik rahasia bank.
84
Berkenaan dengan keterangan mengenai nasabah debitur, walaupun Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak memasukkannya
sebagai rahasia bank, namun pihak bank maupun pihak terafiliasi tetap Khusus dalam pengaturan pengecualian ketentuan mengenai rahasia bank
menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bagi BPK dan Bapepam, dikarenakan terdapat kondisi khusus, maka status pengecualiannya
menjadi tidak jelas. Kondisi khusus tersebut adalah bahwa secara redaksional pengecualian bagi BPK dan Bapepam tidak disebutkan dalam pasal-pasal
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, hanya disebutkan dalam bagian penjelasan. Disamping itu tidak ada ketentuan dalam Undang-Undang No.
10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mewajibkan bank untuk memberikan keterangan kepada BPK dan Bapepam, sedangkan di sisi lain terdapat peraturan
perundangan yang memberikan wewenang bagi kedua pihak tersebut untuk mendapatkan keterangan mengenai nasabah bank.
84
Ibid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempunyai kewajiban untuk menjaga dan merahasiakannya. Kewajiban tersebut timbul dari sifat kontraktual antara bank dan nasabah debitur. Oleh karena itu,
setiap pengungkapan keterangan mengenai nasabah debitur pun tidak dapat dilakukan tanpa memenuhi kualifikasi-kualifikasi tertentu.
85
a. Terdapat ancaman hukuman minimal di samping ancaman maksimal;
Menurut sistem Undang-Undang Perbankan maka sanksi pidana atas pelanggaran kerahasiaan ini bervariasi. Ada dua sanksi pidana terhadap
pelanggaran rahasia bank dalam Undang-Undang Perbankan ini, sebagaimana juga terhadap sanksi-sanksi pidana lainnya dalam Undang-Undang Perbankan
yang bersangkutan. Sanksi pidana terhadap pelanggaran prinsip rahasia bank, yaitu sebagai berikut :
b. Antara ancaman hukuman penjara dengan hukuman denda bersifat kumulatif,
bukan alternatif; c.
Tidak ada korelasi antara berat ringannya ancaman hukuman penjara dengan hukuman denda.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa sanksi pidana maupun administratif terhadap pelanggaran rahasia bank terdapat
pada Pasal 47 yang berbunyi : 1.
Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42,
dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 4 empat tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar
rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00 dua ratus miliar rupiah.
85
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi
lainnya dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2
dua tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000,00 empat miliar rupiah dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 delapan miliar
rupiah.
Pelanggaran rahasia bank yang terjadi antara nasabah dan bank tidak hanya memiliki sanksi pidana, tetapi terdapat juga sanksi perdata yang melalui
proses gugat-menggugat antara pihak yang merasa dirugikan dengan pelaku pembocoran rahasia bank. Maka dengan adanya sanksi-sanksi tegas tersebut dapat
mencegah penyalahgunaan mengenai keuangan nasabah dan informasi pribadi nasabah sehingga nasabah merasa aman menyimpan uangnya di bank.
B. UPAYA BANK SUMUT CAB. KRAKATAU MEDAN DALAM