1. Informasi itu dapat dikategorikan mempunyai nilai rahasia atau untuk
dirahasiakan, maksudnya tersebut bukan merupakan hal yang lumrah atau telah menjadi pengetahuan umum.
2. Informasi tersebut diberikan kepada pihak tertentu seperti bank dalam
kondisi si penerima mempunyai kewajiban untuk merahasiakannya. 3.
Adanya penggunaan atau pembukaan rahasia informasi secara tidak sah. Terlepas dari adanya penyelewengan-penyelewengan ini, maka bank harus
melindungi kerahasiaan mengenai nasabah dan simpanannya. Rahasia bank mutlak diperlukan bukan hanya untuk nasabah saja melainkan juga mutlak perlu
bagi kepentingan bank itu sendiri yakni untk menumbuhkan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.
25
25
Muhammad Djumhana, Rahasia Bank Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia, Op.Cit., hal.132.
B. DASAR HUKUM RAHASIA BANK
Ketentuan rahasia bank yang berlaku sekarang, merupakan bagian dari ketentuan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, begitu juga
undang-undang perbankan sebelumnya yaitu Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan berbeda dengan kondisi tersebut maka sebelum
lahirnya -Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan mengenai rahasia bank diatur tersendiri dalam bentuk Peraturan pemerintah Penggganti
Undang-Undang No. 23 Tahun 1960 tentang Rahasia Bank. Ketentuan rahasia bank berturut-turut diatur dalam :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Peraturan Pemerintah Penggganti Undang-Undang No. 23 Tahun 1960
tentang Rahasia Bank 2.
Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan 3.
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 4.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Penafsiran mengenai pengertian rahasia bank berbeda-beda antara
Peraturan Pemerintah Penggganti Undang-Undang No. 23 Tahun 1960 dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1967. Oleh karena itu, Bank Indonesia membuat
suatu penafsiran resmi mengenai hal tersebut yang dimuat dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 2337UPPBPbB perihal Penafsiran tentang Pengertian
Rahasia Bank, tanggal 11 September 1969. Menurut Surat Edaran tersebut hal-hal yang dirahasiakan mencakup hal-hal sebagai berikut :
26
a. keadaan keuangan yang tercatat padanya, ialah keadaan menegenai
keuangan yang terdapat pada bank yang meliputi segala simpananya yang tercantum dalam semua pos pasiva, dan segala pos aktiva yang merupakan
pemberian kredit dalam berbagai macam bentuk kepada yang bersangkuatan.
b. Hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam
dunia perbankann, ialah segala keterangan orang, dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya sebagai dimaksud Pasal 23
Undang-undang No. 14 tahun 1967, yaitu :
26
Ibid, .hal. 137
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 pemberian pelayanan, dan jasa dalam lalu-lintas uang, balik dalam
maupun luar negeri; 2
mendiskontokan, dan jual beli surat berharga; 3
pemberian kredit; Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan mengatur dijelaskan
tentang ruang lingkup rahasia bank. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 16 Undang- undang No. 7 tahun 1992, yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.
Ketentuan tentang rahasia bank dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998, diatur lebih jelas pada pasal 40 sampai dengan pasal.
Pasal 40 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa : “bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,dan Pasal 44 A”.
Pasal ini menjelaskan bahwa nasabah penyimpan sebagai nasabah bank, maka bank wajib merahasiakan kedudukan nasabah tersebut serta merahasiakan
simpanan nasabah tersebut. Walaupun demikian, pemberian data dan informasi kepada pihak lain dimungkinkan.
Beberapa hal yang termasuk pengecualian terhadap pemberian data dan informasi nasabah yang bersifat rahasia kepada pihak lain tersebut adalah :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Untuk kepentingan perpajakan bank dapat menginformasikan keterangan-
keterangan dan bukti-bukti tertulis atas permintaan Menteri Keuangan melalui pimpinan Bank Indonesia.
b. Untuk penyelesaian piutang bank yang diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur.
c. Untuk kepentingan pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin
kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank.
d. Dalam perkara perdata antar bank dengan nasabahnya, Direksi bank yang
bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang
relevan dengan perkara tersebut tanpa perlu izin dari Menteri. e.
Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank, maka direksi bank dapat memberitahukan tentang keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain
dengan tujuan untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah terjadinya kredit rangkap serta untuk mengetahui
keadaan dan status dari suatu bank. f.
Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut.
g. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari
nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan dari bank yang bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan di atas, menunjukkan bahwa pengertian dan ruang lingkup mengenai rahasia bank yang diatur dalam Undang-undang No. 7 tahun
1992 dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 adalah berbeda. Dalam Undang- undang No. 7 tahun 1992 ketentuan rahasia bank tersebut lebih luas, karena
berlaku bagi setiap nasabah dengan tidak membedakan antara nasabah penyimpan dan nasabah peminjam. Sedangkan ketentuan rahasia bank yang ditentukan dalam
Undang-undang No. 10 tahun 1998 lebih sempit, karena hanya berlaku bagi nasabah penyimpan dan simpanannya saja.
27
Di Indonesia, rahasia bank pertama kali diatur dalam hukum publik oleh Undang-undang No. 23 Prp Tahun 1960. Pengaturan tentang rahasia bank
tersebut adalah bank bank tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan keuangan langganannya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang
harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan Pasal 2. Pengecualian dari ketentuan tersebut meliputi : keperluan perpajakan dan
keperluan peradilan dalam perkara tindak pidana, dimana terhadap
C. RAHASIA BANK DALAM TEORI DAN PRAKTEK