BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DAN NASABAH
A. NASABAH DALAM PERBANKAN
Nasabah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah : a
orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank dalam hal keuangan ;
b orang yang menjadi tanggungan asuransi ;
c dan perbandingan atau pertalian.
Menurut kamus perbakan mendefinisikan nasabah sebagai orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank. Nasabah
juga merupakan orang yang bisa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank.
Menurut wikipedia, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik untuk keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak
lain. Nasabah menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah ‘pihak yang
menggunakan jasa bank’. Dalam Undang-undang tersebut, nasabah ini dibagi 2 yaitu : nasabah penyimpan dan nasabah debitur.
Peraturan Bank Indonesia No 77PBI2005 jo No 1010PBI2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah Pasal 1 angka 2, mendefenisikan nasabah
sebagai pihak yang menggunakan jasa Bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan
walk-in customer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Banyak pengertian tentang nasabah, dapat disimpulkan bahwa nasabah adalah orang yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan
dan pinjaman ataupun tidak. Sehingga nasabah dalam arti luas juga bias dipahami sebagai konsumen bank.
Nasabah dapat berwujud dalam dua bentuk sebagai subjek hukum. Dua bentuk sebagai subjek hukum, yaitu :
47
1. ORANG
Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi
menjadi orang yang dewasa dan yang belum dewasa. Nasabah orang dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit dan atau nasabah giro. Sedangkan
nasabah simpanan dan atau jasa-jasa bank lainnya dimungkinkan orang yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan atau nasabah lepas working customer
untuk mentransfer dan sebagainya. Terhadap perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum
dewasa tersebut telah disadari konsensekuensi hukum yang diakibatkannya. Konsekuensi hukum tersebut adalah perjanjian yang dibuat itu tidak memenuhi
persyaratan sahnya perjanjian sebagaiman diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat bahwa perjanjian tersebut dilakukan oleh pihak yang cakapa untuk
membuat perjanjian. Dalam hukum perdata, perjanjian yang dilakukan oleh pihak yang belum dewasa berarti perjanjian itu tidak memenuhi persyaratan subjektif.
Ancaman atas pelanggaran tersebut adalah perjanjian dapat dibatalkan oleh pihak
47
Try Widiyono, Operasional Transaksi Produk Perbankan, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006, hal 23.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang dapat mewakili anak yang belim dewasa tersebut, yaitu orang tua atau walinya dengan diawali acara gugatan pembatalan. Dengan kata lain, sepanjang
orang tua atau wali anak tidak melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah dan belum mengikat.
Berbeda dengan nasabah kredit dan rekening giro yang biasanya mewajibkan nasabah orang adalah orang dewasa. Hal ini dikarenakan, risiko bank
sangat besar jika dalam pemberian kredit dan atau pembukaan rekening giro diperbolehkan bagi orang yang belum dewasa. Di samping itu, dalam rekening
giro diperbolehkan bagi orang yang belum dewasa karena berkaitan dengan alat pembayaran berupa cek dan atau bilyet giro. Di mana jika bank menerima
rekening giro bagi orang yang belum dewasa, maka cek dan atau bilyet giro yang ditandatangani oleh orang yang belum dewasa tersebut dapat dipermasalahkan,
yang akhirnya dapat mengurangi kepercayaan terhadap bank karena transaksi tersebut melibatkan berbagai pihak yakni penarik, tertarik, pembawa serta
endosemen dan lain-lain yang lebih kompleks.
48
2. BADAN HUKUM
Nasabah berupa badan hukum, perlu diperhatikan aspek legalitas hukum tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan dengan bank.
Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan corporate law. Adapun jenis-jenis badan hukum adalah sebagai berikut :
49
a. Badan hukum publik, seperti negara atau pemerintah daerah;
48
Ibid, hal 24.
49
Lukman Santoso, Ibid, hal.29.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Perseroan terbatas, sebagaimana diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, termasuk perseroan terbatas terbuka yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
c. Badan Usaha Milik Daerah BUMD, sebagaimana diatur dalam UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemda. d.
Badan Usaha Milik Negara BUMN, diatur dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. BUMN ini terdiri dari : perusahaan
persero, perusahaan umum dan perusahaan jawatan. e.
Koperasi, diatur dengan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP No. 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. f.
Yayasan, diatur dalam UU No. 17 Tahun 2001, yang diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004.
g. Badan Usaha Milik Negara BUMN diatur dalam PP No. 152 Tahun 2000
tentang BUMN Universitas Indonesia. h.
Dana Pensiun, diatur dalam UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
B. BANK SEBAGAI LEMBAGA PERBANKAN