HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DENGAN NASABAH

d. Kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada masyarakat. Kewajiban yang dimaksud adalah bahwa bank wajib melakukan kegiatan yang dilakukan selama kurun waktu tertentu dalam bentuk neraca rugilaba dan laporan keuangan yang wajib dimuat dalam media massa setiap 3 bulan. e. Kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam nasabahnya. Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib meminta keterangan bukti dari diri nasabah yang bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari apabila seseorang akan mengambil atau menarik uangnya dari bank yang bersangkutan. 69 Hubungan antara nasabah dan bank didasarkan pada dua unsur yang paling terkait, yakni hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat percaya untuk menyimpan uangnya pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisasi dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasa-jasa perbankan.

D. HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DENGAN NASABAH

70 Berdasarkan dua fungsi utama dari bank, yakni fungsi pengerahan dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan yang lazim antara bank dan 69 Ibid, hal. 100 70 Ronny Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap Produk Tabungan dan Deposito, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995,hal. 31. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA nasabah. Yaitu hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana; dan hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur. 71 Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipenuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk perbankan yang tersedia, karena asyarat dari produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito dan rekening tabungan. a Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana Arti sederhananya adalah bahwa setiap orang yang menyimpan uangnya di bank disebut nasabah penyimpan. Dalam arti yuridis, nasabah penyimpan merupakan nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. Hubungan yang demikian memberikan pemahaman bahwa bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana masyarakat. Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk- produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro dan sebagainya. 72 Perjanjian bank dengan nasabah penyimpan disebut perjanjian simpanan. Dalam hukum Perdata, figur perjanjian simpanan akan menjadi persoalan hukum 71 Ibid.,hal 32. 72 Lukman Santoso.,Op.Cit,.hal.56. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersendiri karena tidak terdapat kejelasan mengenai pengaturan dan identitas hukumnya. 73 Ketentuan lain yang dapat dijadikan dasar hubungan antara bank dan nasabah penyimpan adalah pemberian kuasa lasgeving. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1792 KUHPerdata. Dengan demikian, apakah dapat dikatakan bahwa Segi sifatnya, perjanjian penitipan yang termuat dalam pasal 1694 KUHPerdata, adalah bersifat riil. Sifat ini selaras dengan perjanjian simpanan, seperti deposito atau tabungan. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu pada perjanjian penitipan, barang yang dititipkan akan disimpan dan dikembalikan seperti terjadi wujud semula serta tidak dibebani bunga. Tidak demikian dalam perjanjian simpanan, perjanjian simpanan, pihak bank menetapkan persyaratan umum tertentu dalam rekening deposito atau rekening tabungan, antara lain pihak penerima simpanan bank dapat mempergunakan uang si penyimpan dan dalam waktu tertentu bank akan memberikan bunga. Selain itu, Undang-Undang Perbankan juga membedakan secara tegas antara simpanan dan penitipan. Yang dimaksud penitipan dalam undang-undang tersebut adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjain atau kontrak antara bank umum dan penitip, dengan ketentuan bank umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Perjanjian penitipan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan tidak memberikan ketegasan tunduk pada aturan KUHPerdata atau tidak, padahal dalam praktiknya selalu mempergunakan KUHPerdata. 73 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA nasabah penyimpan memberikan kuasanya kepada bank ketika menandatangani rekening deposito atau rekening tabungan atau rekening koran. Tentang hal ini Staub mengatakan bahwa perjanjian rekening koran adalah novasi pembaruan utang.. 74 a perjanjian simpanan bersifat riil, artinya lahirnya perjanjian tidak cukup diperlukan kesepakatan saja tetapi nasabah penyimpan harus menyerahkan uang kepada bank untuk disimpan; Ringkasnya perjanjian simpanan memiliki identitas sebagai perjanjian tidak bernama dengan cirri-ciri sebagai berikut : b uang yang telah diserahkan menjadi milik bank dan penggunaannya menjadi wewenang penuh dari bank; c hubungan hukumnya dalah bank berkedudukan sebagai debitur dan nasabah penyimpan berkedudukan sebagai kreditor; d bank bukanlah sebagai peminjam uang dari nasabah penyimpan; e nasabah penyimpan bukan sebagai penitip uang pada bank; f bank akan mengembalikan simpanan nasabah dengan kontraprestasi berupa pemberian bunga. 75 Selain itu, keterkaitan bank akan ketentuan atau kewajiban merahasiakan keadaan keuangan nasabahnya itu menunjukkan bahwa hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana, dilandasi oleh asas kerahasiaan. Karena itu, hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kerahasiaan. 76 74 Ibid.hal.58. 75 Ibid. 76 Rachmadi Usman, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan,Op.Cit.,hal. 197. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur Bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi atau kredit usaha kecil. Biasanya hubungan hukum antara bank dan para nasabahnya adalah hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah menjalin hubungan hukum dengan pihak bank, setelah nasabah melakukan hubungan hukum seperti nasabah membuka rekening tabungan, deposito, giro dan produk perbankan lainnya. 77 Kontrak antara bank dengan nasabah deposan atau nasabah non debitur- non deposan, lazimnya hanya diatur dalam bentuk kontrak yang sangat sederhana. Itupun, sama seperti untuk kontrak kredit diberlakukan kontrak dalam bentuk kontrak standar kontrak baku, yang biasanya terdapat ketentuan-ketentuan berat sebelah, dimana pihak bank seringkali lebih diuntungkan. Akan tetapi, sungguhpun dianut prinsip bahwa hubungan nasabah penyimpan dana dengan bank adalah hubungan kontraktual, dalam hal ini hubungan kreditur-debitur, dimana pihak bank berfungsi sebagai debitur sedangkan pihak nasabah berfungsi sebagai kreditur, prinsip hubungan seperti ini juga tidak dapat diberlakukan secara mutlak. Karena itu, sebenarnya ada tiga tingkatan dari pemberlakuan hubungan Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir terhadap semua nasabah, baik nasabah debitur, nasabah deposan ataupun nasabah non debitur-non deposan. 77 Ronny Hotma Bako,Op.Cit.,hal 33. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kontraktual kepada hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan pihak bank, yaitu sebagai berikut : 78 a. sebagai hubungan debitur bank dan kreditur nasabah b. sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar hubungan debitur dengan kreditur c. sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat Pihak nasabah dapat kapan saja menutup dan mengakhiri hubungan dengan bank bahkan tanpa pemberitahuan sama sekali, bahkan tanpa sepengetahuan bank seperti penarikan uang seluruhnya lewat mesin ATM, tetapi pihak bank tidak dapat begitu saja memutuskan hubungan kontrak dengan nasabahnya. Sungguhpun pihak nasabah penyimpan dana dapat kapan saja memutuskan hubungan dengan banknya, tetapi pihak bank tidak dapat begitu saja memutuskan hubungan dengan pihak nasabah tanpa suatu pemberitahuan notice kepada pihak nasabah dengan jangka waktu yang reasonable. Karena pada prinsipnya hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan bank adalah hubungan kontraktual tersebut hubungan kreditur-debitur, maka tidak mengherankan jika dalam praktek seringkali pihak nasabah, terutama nasabah penyimpan dana tidak mendapat perlindungan yang sewajarnya oleh sektor hukum. 79 Dapat disipulkan bahwa bentuk hubungan antara bank dan nasabah peminjam dana debitur adalah perjanjian kredit bank yang mempunyai 78 Munir Fuady,Op.Cit.,hal 102 79 Ibid,.hal 104. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA karakteristik tersendiri, berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perbedaannya terletak pada pengertian, subjek pemberi, tujuan, cara peruntukan dan jaminannya. Perjanjian kredit bank merupakan perjanjian pendahuluan dari penyerahan sejumlah uang yang bersifat konsensual rill dan merupakan perjanjian tidak bernama. Secara sederhana dapat diartikan perjanjian kredit bank adalah perjanjian antara bank sebagai kreditor dengan nasabah peminjam dana sebagai debitur mengenai penyediaan sejumlah uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam- meminjam. Hubungan antara bank dan nasabah juga merupakan hubungan kerahasiaan, seperti yang dinyatakan M. Sholehudin dalam bukunya yang berjudul “Tindak Pidana Perbankan” sebagai berikut : “Keharusan bagi bank untuk memegang teguh rahasia bank adalah implementasi dari hubungan hukum antara bank dengan nasabahnya yang dilandasi oleh asas kerahasiaan. Oleh karenanya, maka hubungan antara bank dengan nasabah, baik nasabah penyimpan maupun nasabah debitur merupakan hubungan kerahasiaan.” 80 80 M. Sholehudin, Tindak Pidana Perbankan, Jakarta : Rajawali Press, 1997, hal. 45. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Berkaitan dengan Menjaga Rahasia Bank (Studi Kasus Pada Bank Agro Kantor Cabang Medan).

7 43 92

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 53 70

Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan

3 137 99

Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah

3 47 141

Analisis yuridis perlindungan nasabah penyimpan dana dalam likuidasi bank ditinjau dari undang undang nomor 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan

0 8 150

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM PENGGUNAAN KARTU ATM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. (STUDI KASUS PADA BANK BNI).

0 2 15

Aspek Hukum Jaminan Dalam Pemberian Kredit Pada Bank Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (Studi Pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang)

0 2 118

Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab Pegawai Bank terhadap Data Nasabah Dikaitkan Prinsip Kerahasiaan Bank Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

0 1 45

AKIBAT HUKUM PEMBERLAKUAN FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT DI INDONESIA DIKAITKAN DENGAN PRINSIP KERAHASIAAN BANK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL.

0 0 1

Aspek Hukum Jaminan Dalam Pemberian Kredit Pada Bank Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (Studi Pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Pasar Sidikalang)

0 0 11