Teori ini banyak dianut oleh bank-bank di banyak Negara di dunia, termasuk Indonesia. Adanya pengecualian dalam ketentuan rahasia bank
memungkinkan untuk kepentingan tertentu suatu badan atau instansi diperbolehkan meminta keterangan atau data tentang keadaan keuangan
nasabah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
33
“Di negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Malaysia serta Singapura rahasia bank umumnya diberlakukan berdasarkan hubungan kontraktual.
Maksudnya, prinsip rahasia bank yang ditetapkan dapat bersifat lentur bisa ditembus jika memang ada alasan yang benar-benar relevan dan
sangat kuat”. Menurut Hendrobudiyanto seorang ahli perbankan Direktur Bank
Indonesia, menjelaskan bahwa :
34
Menentukan hal-hal yang termasuk rahasia bank sangatlah sulit, dan sampai kini belum ada satu keragaman tentang hal-hal apa saja yang dapat
dikategorikan sebagai suatu yang masuk kategori untuk dirahasiakan oleh bank dari informasi dan data-data seorang nasabah. Penentuan ini perlu untung
dilindungi oleh hukum kerahasiaan. Hukum kerahasian berkaitan dengan perlindungan rahasia-rahasia baik yang menyangkut perdagangan, rahasia yang
D. CAKUPAN RAHASIA BANK
33
Hermansyah, Op.Cit.,hal. 120.
34
Muhammad Djumhana, Rahasia Bank Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia,, Op.Cit.,hal.121.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bersifat pribadi atau mengenai pemerintahan. Rahasia bank adalah salah satu bagian yang dilindungi oleh hukum kerahasiaan.
Penentuan hal-hal termasuk dalam kategori rahasia bank harus berpijak pada :
1. Kelaziman operasional perbankan. Operasional perbankan yang utama adalah menghimpun dana masyarakat
serta memberikan kredit. Dalam operasinya tersebut sudah lazim bank mengadakan pencatatan-pencatatan data-data dan informasi jalannya usaha
yang dilakukan serta dalam hubungannya dengan nasabahnya. Keadaan keuangan nasabah yang tercatat padanya ialah keadaan mengenai keuangan
yang tercatat pada bank yang meliputi segala simpanannya yang tercantum dalam semua pos pasiva dan segala pos aktiva yang merupakan pemberian
kredit dalam berbagai macam bentuk kepada yang bersangkutan. Hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan
ialah segala keterangan orang dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya yang meliputi : pemberian jasa dalam lalu lintas uang baik
dalam maupun luar negeri, pendiskontoan dan jual beli surat berharga dan pemberian kredit.
2. Apakah pembocoranpembukuan informasi akan merugikan pemilik informasi
nasabah atau menguntungkan pihak lain. Namun selalu ada pertanyaan tentang informasi seperti apa yang akan
menimbulkan kerugian itu. Meskipun agak kabur, kriteria ini jelas menunjuk kalangan perbankanlah sebagai sumber keputusan utama untuk menentukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
informasi manakah yang harus diperlakukan sebagai sumber keputusan utama untuk menentukan informasi manakah yang harus diperlakukan sebagai hal
yang konfidensial.
35
a Kepentingan perpajakan;
3. Pihak pemilik informasi nasabah harus yakin secara wajar bahwa informasi itu benar-benar belum diketahui masyarakat luas.
Dari pijakan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi yang dapat disimpulkan bahwa informasi yang dapat dirahasiakan tidak harus merupakan
hal yang sangat khusus. Selanjutnya dalam Undang_undang No. 10 Tahun 1998 memberikan pengecualian dalam 7 tujuh hal yang telah dikecualikan
tersebut bersifat limitatif, artinya diluar 7 tujuh hal yang telah dikecualikan tidak terdapat pengecualian yang lain. Pengecualian yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
b Kepentingan piutang bank;
c Kepentingan peradilan pidana;
d Kepentingan pemerikasaan peradilan perdata;
e Kepentingan tukar-menukar informasi antar bank;
f Kepentingan pihak lain yang ditunjuk nasabah;
g Kepentingan penyelesaian kewarisan.
36
Dikaitkan dengan hal limitatif tersebut, apabila ada pihak-pihak lain selain dari yang telah ditentukan sebagai pihak-pihak yang boleh memperoleh
pengecualian meminta penjelasan mengenai keadaan keuangan suatu nasabah
35
Ibid.,hal.121.
36
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Op.Cit, hal.156
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dari suatu bank, jelas jawabannya adalah “tidak boleh”. Misalnya saja, apabila Dewan Perwakilan Rakyat yang notabenenya adalah lembaga tinggi Negara
yang mewakili rakyat atau kepentingan umum, dengan demikian segala tindakannya tentu dilandasi oleh kepentingan umum menghendaki agar bank
dalam suatu sidang dengar pendapat mengungkapkan tentang nasabah penyimpan dan simpananya, maka bank tidak boleh memberikan keterangan yang demikian
itu. Hal ini tidak pula dapat diterobos dengan cara DPR meminta izin dari pimpinan Bank Indonesia.
37
Pasal 41 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa , “Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri
Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat
mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. Ad.a. Kepentingan Perpajakan
38
Pasal 41 A Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur”. Izin tersebut
diberikan : Ad.b. Kepentingan penyelesaian piutang pajak
37
http:hukum-perbankan.blogspot.com200804apa yang perlu diketahui dari rahasia.html, diakses pada tanggal 14 Februari 2012
38
Hermansyah, Op.Cit, hal 125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Atas permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara BUPLN Ketua Ketua Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dengan menyebutkan :
a. nama dan jabatan pejabat BUPLN PUPN yang meminta keterangan
b. nama nasabah debitur yang bersangkutan dan alasan diperlukannya
keterangan dan c.
alasan diperlukannya keterangan dari nasabah debitur tersebut. 2. Izin tersebut dengan sendirinya :
a. diberikan secara tertulis
b. menyebutkan nama dan jabatan pejabat BUPLN PUPN yang meminta
keterangan c.
menyebutkan nama nasabah debitur yang akan diminta keterangan berkaitan dengan utang bank yang diserahkan kepada BUPLN PUPN
d. mencantumkan keperluan keterangan tersebut dikaitkan dengan urusan
penyelesaian piutang bank. Jika diteliti pengecualian ini berkaitan dengan kepentingan bank itu sendiri
in the interest of the bank untuk menjamin kelangsungan dalam berusaha.
39
Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa, “Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Menteri dapat memberi izin
kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang Ad.c. Kepentingan peradilan pidana
39
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia ,Op.Cit, hal 158
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keadaan keuangan tersangkaterdakwa pada bank.” Izin tersebut diperoleh dengan cara seperti diatur dalam Pasal 42 ayat 2 dan 3 :
1. Atas permintaan tertulis dari : a.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam tahap penyidikan b.
Jaksa Agung dalam tahap penuntutan c.
Ketua Mahkamah Agung dalam tahap pemeriksaan dimuka pengadilan 2. Pemberian izin pimpinan Bank Indonesia tersebut :
a. dibuat secara tertulis
b. menyebut nama dan jabatan polisi, jaksa atau hakim yang meminta
c. nama tersangka atau terdakwa
d. alasan diperlukannya keterangan dan
e. hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang
diperlukan tersebut Penjelasan Pasal 42 menyebutkan kata “dapat” memberikan izin
dimaksudkan untuk memberikan penegasan bahwa izin oleh pimpinan Bank Indonesia akan diberikan sepanjang permintaan tersebut telah
memenuhi syarat dan tata cara seperti disebutkan dalam Pasal 42 ayat 2 dan 3.
40
Pasal 43 disebutkan dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada
Ad.d. Kepentingan pemeriksaan peradilan perdata
40
Ibid, hal. 159.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.
Ketentuan ini merupakan landasan hukum dan alasan dapat dibukanya atau diterobosnya ketentuan rahasia bank untuk kepentingan penyelesaian perkara
perdata antara bank dan nasabahnya di pengadilan. Untuk itu direksi dari bank yang bersangkutan dapat memberikan keterangan mengenai keadaan keuangan
dari nasabah tersebut.
41
Ketentuan di atas tentu dapat dilakukan apabila ada suatu kepentingan dari bank yang bersangkutan yang berkaitan dengan nasabah tersebut dan tidak
menimbulkan kerugian bagi nasabah. Oleh sebabitu, pelaksanaan dari ketentuan ini lebih lanjut diatur oleh Bank Indonesia, sebagaimana ditentukan oeh Pasal 44
ayat 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Ad.e. Kepentingan tukar-menukar informasi antar bank
Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 mengatakan bahwa,“ dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat
memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain”.
42
1. informasi bank, untuk mengetahui keadaan dan status bank dalam rangka
melakukan kerja sama atau transaksi dengan bank; Bank Indonesia juga mengatur dan mengembangkan sistem informasi
antar bank. Penyelenggaraan dapat dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia danatau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia. Informasi antar bank
tersebut antara lain berupa :
41
Hermansyah, Op.Cit., hal. 112.
42
Ibid, hal. 127.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. informasi kredit, untuk mengetahui status dan keadaan debitur bank guna
mencegah penyimpangan pengelolaan perkreditan; 3.
informasi pasar uang, untuk mengetahui tingkat suku bunga dan kondisi likuiditas pasar.
Selanjutnya dalam ayat 2, ketentuan mengenai tukar-menukar informasi antar bank diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia
telah mengatur ketentuan tata cara tukar-menukar informasi antar bank sebagaimana dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 276UPB
masing-masing tanggal 25 Januari 1995 disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan tukar-menukar informasi antar bank adalah permintaan pemberian
informasi mengenai keadaan kredit yang diberikan bank kepada debitur tertentu dan keadaan serta status suatu bank. Informasi antar bank ini hanya dapat
dilakukan oleh anggota direksi atau pejabat yang memperoleh penunjukan sebagaimana diatur oleh ketentuan internal masing-masing bank. Ada 2 bentuk
permintaan informasi antar bank ini yaitu : 1. Permintaan informasi kepada bank lain
Bank dapat meminta informasi kepada bank lain mengenai keadaan debitor tertentu secara tertulis dari direksi bank dengan menybutkan secara jelas
tujuan penggunaan informasi yang diminta; Permintaan informasi mengenai keadaan kredit dapat dilakukan oleh :
a bank umum kepada bank umum
b BPR kepada BPR
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bank yang dimintai informasi wajib memberikan informasi secara tertulis sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk nasabah yang masih tercatat
sebagai debitur aktif nasabah aktif cukup dengan menegaskan bahwa nasabah dimaksud adalah debitur bank yang bersangkutan. Sedangkan untuk
nasabah yang tidak lagi tercatat sebagai debitur aktif nasabah tidak aktif informasinya dapat meliputi :
a. data debitur
b. data pengurus
c. data agunan
d. data jumlah fasilitas kredit yang diberikan
e. data keadaan kolektibilitas terakhir
Informasi yang diterima oleh bank peminta, bersifat rahasia dan wajib digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan sebagaiman disebutkan dalam
surat permintaan informasi. Bank yang melanggar akan dikenakan sanksi admininstratif yang dapat menurunkan tingkat kesehatan bank.
2. Permintaan informasi melalui Bank Indonesia Bank dapat meminta informasi mengenai nasabah debitur kepada Bank
Indonesia atau keadaan dan status suatu bank melalui Bank Indonesia secara tertulis dengan menyebut secara jelas tujuan penggunaan informasi yang
diminta. Informasi mengenai bank yang dat diberikan oleh Bank Indonesia tersebut
meliputi : a.
nomor dan tanggal akta pendirian dan izin usaha
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. statusjenis usaha
c. tempat kedudukan
d. susunan pengurus
e. permodalan
f. neraca yang telah diumumkan
g. pengikutsertaan dalam kliring dan
h. jumlah kantor bank
Bank yang melanggar ketentuan ini dikenakan sanksi administrative yang dapat menurunkan tingkat kesehatan bank.
43
Dapat diperhatikan, dasar pengecualian kerahasiaan bank yang ditetapkan dalam Pasal 44 A ini berkaitan dengan kepentingan nasabah bukan menyangkut
kepentingan umum atau bank itu sendiri. Boleh jadi kerahasiaan bank boleh dibuka asalkan hal itu disetujui oleh nasabah penyimpan dananya. Bank wajib
membuka atau memberikan keterangan yang berkaitan dengan simpanan nasabah Ad.6. Kepentingan pihak lain yang ditunjuk nasabah
Pengecualian ini disebutkan dalam Pasal 44 A yang merupakan ketentuan baru yang ditambahkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan. Pasal 44 A ayat 1 menetapkan bahwa atas permintaan,, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib
memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut.
43
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Op.Cit., hal 163
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyimpan asalkan ada permintaan, disetujui atau dikuasakan oleh nasabah penyimpan dana kepada bank yang bersangkutan.
44
Ketentuan di atas menunjukkan bahwa bank berkewajiban untuk memberikan keterangan mengenai simpanan dari nasabah penyimpan kepada
pihak yang merupakan ahli warisnya apabila ia meninggal dunia. Ad.7. Kepentingan penyelesaian kewarisan
Pasal 44 A ayat 2 menentukan bahwa dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari penyimpan yang bersangkutan
berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut.
45
Khusus dalam pengaturan pengecualian ketentuan mengenai rahasia bank menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, bagi BPK dan Bapepam
dikarenakan karena kondisi khusus, maka status pengecualiannya menjadi tidak jelas. Kondisi khusus tersebut adalah bahwa secara redaksional pengecualian bagi
BPK dan Bapepam tidak disebutkan dalam pasal-pasal yang terdapat dlam Undang-Undang Perbankan tersebut, hanya disebutkan dalam bagisn penjelasan.
Disamping itu, tidak ada ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan yang mewajibkan bank untuk memberikan keterangan kepada BPK dan Bapepam,
sedangkan di sisi lain terdapat peraturan perundang-undangan yang memberikan wewenang bagi kedua belah pihak tersebut untuk mendapatkan keterangan
mengenai nasabah.
46
44
Ibid, hal 164.
45
Hermansyah, Op.Cit., hal. 128.
46
http:omperi.wikidot.compengaturan rahasia bank diakses pada tanggal 5 Mei 2012.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DAN NASABAH