Pengaturan Prinsip Keterbukaan PRINSIP KETERBUKAAN DI PASAR MODAL

berkepentingan tahu pasti apa yang telah dan bisa terjadi. 58

B. Pengaturan Prinsip Keterbukaan

Salah satu bentuk keterbukaan perusahaan dapat dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. Baik perusahaan terbuka maupun perusahaan biasa tetap wajib menyampaikan laporan tahunan perusahaan. Dalam hal terjadi go public maka keterbukaan ini menjadi lebih luas dibandingkan dengan perusahaan biasa yang tidak go public. Perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan informasi tentang laporan keuangan perusahaan, penggunaan dana yang diperoleh dari perusahaan, peristiwa penting lainnya yang dapat mempengaruhi nilai saham di bursa. Di Indonesia hal-hal yang berkaitan dengan pasar modal berada di bawah naungan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dalam undang-undang ini diatur pengertian dari beberapa istilah seperti afiliasi, bursa efek, efek, emiten, informasi atau fakta material, termasuk Prinsip Keterbukaan. Jadi yang menjadi umbrella act di bidang pasar modal adalah undang-undang di atas. Undang-Undang Pasar Modal menyediakan kerangka hukum yang kokoh untuk menjamin transparansi. Pemberlakuan Undang-Undang Pasar Modal akan menjadi indikator dan landasan hukum yang diharapkan mampu memberikan perlindungan hukum kepada investor dalam hal hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap, akurat dan benar, sehingga calon investor mampu mengambil keputusan karena didukung oleh informasi yang kuat. Jaminan Undang-Undang Pasar Modal akan transparansi atau keterbukaan merupakan hal 58 Jafis, Good Corporate Governance Mau tau?, http:jafis.wordpress.com20071022good-corporate-governancemau-tau, diakses tanggal 18 April 2009. Universitas Sumatera Utara yang mendasar untuk menciptakan kepercayaan dan menarik calon investor untuk berinvestasi di pasar modal. 59 Di lain pihak, perusahaan publik atau emiten yang ingin sahamnya dibeli oleh para investor dan dapat masuk dalam standar internasional, haruslah berusaha membuka diri dan menerapkan keterbukaan informasi dengan kualitas yang terjaga dalam hal akurasi, kelengkapan, ketepatan waktu dan ketepatan informasi. Membuka diri di sini berarti bersedia memberikan informasi material yang berkenaan dengan keadaan perusahaannya. Keterbukaan diartikan memberikan akses seluasnya kepada pemegang saham atau investor untuk mengetahui keadaan atau informasi penting perseroan. Keterbukaan juga mengandung arti mengungkapkan semua hal secara tuntas, benar dan lengkap. Informasi yang berkualitas demikian ini dapat menjadikan investor mampu mengambil keputusan secara mantap. 60 1. Investor atau pemegang saham menginginkan keterbukaan yang sifatnya full disclosure dalam mendapatkan informasi mengenai emiten, sementara emiten hanya bersedia membuka informasi hingga tingkatan tertentu. Namun, terdapat pertentangan batasan dan kendala untuk menerapkan keterbukaan antara investor atau pemegang saham di stu pihak dengan emiten di pihak lain. Pertentangan itu antara lain: 2. Investor menginginkan informasi yang tepat waktu, sementara emiten berusaha untuk menahan informasi untuk beberapa waktu dengan alasan pengurangan biaya penyebaran dan penerbitan laporan. 3. Investor menginginkan untuk memperoleh data yang rinci dan akurat, sementara emiten hanya bersedia memberikan informasi secara garis besar. 61 Emiten dituntut untuk mengungkapkan informasi mengenai keadaan bisnisnya, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum dari harta kekayaan, persoalan hukum yang dihadapi perusahaan dan manajemen. Apabila investor mengalami kerugian karena tidak memperoleh informasi atau memperoleh informasi yang salah, emiten bertanggung jawab untuk itu. Undang-Undang Pasar Modal pasal 85 ayat 2 memberikan kemungkinan kepada pemegang saham 59 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op.cit., hal.228. 60 Ibid. 61 Ibid. Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penuntutan atas kelalaian direksi dan komisaris untuk kerugian yang dialami oleh perseroan yang menyebabkan kerugian pada pemegang saham. 62 Prinsip wajib mengungkapkan informasi penting terakomodasi dalam: 63 1. Keharusan melakukan transaksi secara jujur, benar dan demi kepentingan semua pemegang saham dan larangan melakukan transaksi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu Peraturan Bapepam No. IX.E.1. Tentang Benturan Kepentingan Transaksi tertentu; 2. Kewajiban untuk menyampaikan penggunaan dana yang diperoleh dari penawaran umum kepada publik Peraturan Bapepam No.X.K.4. Tentang Laporan Realisasi penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum; 3. Keharusan menyampaikan informasi kepada otoritas pasar modal, bursa dan publik yang berkaitan dengan proses pengambilalihan oleh pihak pengambil alih. Peraturan Bapepam No.IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka; 4. Kewajiban pihak penawar untuk menyampaikan informasi kepada otoritas pasar modal, bursa dan publik sehubungan dengan upaya pembelian saham perusahaan terbuka Peraturan Bapepam No.IX.F.1 tentang Penawaran Tender. 5. Prinsip kecepatan penyampaian informasi atau fakta material atau peristiwa yang mungkin berpengaruh kepada harga efek kepada publik Peraturan 62 Ibid. 63 Ibid., hal. 236. Universitas Sumatera Utara Bapepam No.X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan kepada Publik. 6. Surat Keputusan Ketua Bapepam No. S-456PM1991 perihal Pembelian Saham atau Penyertaan pada Perusahaan Lain. 7. Prinsip ketepatan waktu dan akurasi termaktub dalam Peraturan Bapepam No.VIII.G.7. tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. 8. Kewajiban menyampaikan laporan keuangan Peraturan Bapepam No.X.K.2. tetang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala. 9. Surat Keputusan Ketua Bapepam No. S-298PM1993 perihal Kewajiban Menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi. 10. Prinsip Keseragaman informasi untuk rencana RUPS Peraturan Bapepam No. IX.I.1. tentang Rencana dan Pelaksana Rapat Umum Pemegang Saham. Peraturan Bapepam No.IX.C.3 tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu [HMETD]. 11. Surat Edaran Bapepam No. SE-05PM1996. Selain itu, Pedoman GCG Ref 4.0 memotivasi perseroan untuk mengambil inisiatif utnuk mengungkapkan kepada pihak yang berkepentingan hal-hal penting lain yang tidak disebutkan oleh peraturan perundang-undangan seperti: 64 1. tujuan, sasaran usaha dan strategi perseroan; 64 Ibid., hal. 237-238 Universitas Sumatera Utara 2. status pemegang saham utama dan pemegang saham lainnya serta informasi yang terkait mengenai pelaksanaan hak-hak pemegang saham; 3. kepemilikan saham silang dan jaminan utang secara silang; 4. penilaian perseroan terhadap external auditor, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya; 5. riwayat hidup anggota dewan komisaris, direksi dan eksekutif kunci perseroan serta gaji dan tunjangan mereka; 6. sistem pemberian honorarium untuk external auditor perseroan; 7. sistem penggajian dan pemberian tunjangan untuk external auditor, anggota dewan komisaris, direksi dan aksekutif kunci; 8. faktor risiko material yang dapat diantisipasi, termasuk penilaian manajemen atas iklim berusaha dan faktor risiko; 9. faktor risiko material mengenai karyawan perseroan dan pihak yang berkepentingan lainnya; 10. klaim material yang diajukan oleh danatau terhadap perseroan, dan perkara yang ada di badan peradilan atau badan arbiterase yang melibatkan perseroan; 11. benturan kepentingan yang mungkin akan terjadi dan atau yang sedang berlangsung;dan 12. pelaksanaan pedoman Good Corporate Governance. Prinsip Keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari pasar modal. 65 65 Marc I. Steinberg, 1, Understanding Securities Law, Second Edition, New York, San Fransisco : Matthew Bender Co, Inc, 1997, hal 1. Oleh karena itu, penerapan Prinsip Keterbukaan ini harus dicantumkan dalam peraturan di bidang pasar modal. Setiap undang-undang tentu memerlukan Universitas Sumatera Utara peraturan organik untuk mengatur lebih khusus lagi mengenai hal-hal yang tercantum dalam undang-undang tersebut. Terlebih lagi mengenai Prinsip Keterbukaan yang merupakan hal yang penting dalam berjalannya suatu pasar modal. Berikut ini adalah beberapa peraturan lain yang mengatur penerapan Prinsip Keterbukaan yang dibuat oleh Bapepam, antara lain: 66 1. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-97PM1996 Tanggal 28 Mei 1996 yang diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-06PM2000 Tanggal 13 Maret 2000 yaitu Peraturan No. VIII.G.7. tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. 2. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-36PM2003 Tanggal 30 September 2003 yaitu Peraturan No. X.K.2. tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala. 3. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-46PM1998 Tanggal 14 Agustus 1998 yaitu Peraturan No. X.K.5. tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten atau Perusahaan-Perusahaan yang Dimohonkan Pailit. 4. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-05PM2002 Tanggal 3 April 2002 yaitu Peraturan No. IX.H.1. tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. 5. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-04PM2002 Tanggal 3 April 2002 yaitu Peraturan No.IX.F.1. Tentang Penawaran Tender. 6. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-27PM2003 Tanggal 17 Juli 2003 yaitu Peraturan No. X.K.4. tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum. 66 Dikutip dari www.bapepam.go.id., diakses pada tanggal 18 April 2009. Universitas Sumatera Utara 7. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-84PM1996 Tanggal 24 Januari 1996 yang diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-12PM1997 Tanggal 30 April 1997 dan terakhir diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-32PM2000 Tanggal 22 Agustus 2000 yaitu Peraturan No. IX.E.1. tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. 8. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-86PM1996 Tanggal 24 Januari 1996 yaitu Peraturan No. X.K.1. tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan kepada Publik. 9. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-60PM1996 Tanggal 17 Januari 1996 yaitu Peraturan No. IX.I.1. tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham. 10. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-51PM1996 Tanggal 17 Januari 1996 yang diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-43PM2000 Tanggal 27 Oktober 2000 yaitu Peraturan No. IX.C.3. tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu HMTED. 11. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-134BL2006 Tanggal 7 Desember 2006 yaitu Peraturan No.X.K.6. Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. 12. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-26PM2003 Tanggal 17 Juli 2003 yaitu Peraturan No.IX.D.1. Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. 13. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-39PM1997 Tanggal 26 Desember 1997 yaitu Peraturan No.II.A.1 Tentang Dokumen Yang Terbuka Untuk Umum. Universitas Sumatera Utara 14. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-03PM1995 Tanggal 20 Maret 1995 yang diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-111PM1996 tanggal 24 Desember 1996 yaitu Peraturan No.IX.A.1. Tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran. 15. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-25PM2003 Tanggal 17 Juli 2003 yaitu Peraturan No.IX.A.2 Tentang Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum. 16. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-05PM2004 Tanggal 9 Februari 2004 yaitu Peraturan No.IX.A.12. Tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. 17. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-49PM1996 Tanggal 17 Januari 1996 yaitu Peraturan No.IX.B.1. Tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik. 18. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-113PM1996 Tanggal 24 Desember 1996 diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-41PM2000 Tanggal 27 Oktober 2000 yaitu Peraturan No.IX.A.8. Tentang Prospektus Awal dan Info Memo. 19. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-72PM1996 Tanggal 17 Januari 1996 yaitu Peraturan No.X.F.3. Tentang Keterbukaan Kepentingan dalam Efek dari Penasihat Investasi. 20. Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-82PM1996 Tanggal 17 Januari 1996 yaitu Peraturan No.X.M.1. Tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham Tertentu. Universitas Sumatera Utara

C. Prosedur