Perlindungan Hukum bagi Investor Pasca Delisting

Undang tersebut belum memberikan definisi yang jelas mengenai perusahaan tertutup ataupun perusahaan terbuka. Batasan mengenai perusahaan tertutup atau perusahaan terbuka sangat diperlukan untuk menentukan kapan kewajiban dari suatu perusahaan sebagai perusahaan terbuka akan berakhir. 221

D. Perlindungan Hukum bagi Investor Pasca Delisting

Oleh karena itu, diharapkan untuk ke depannya pemerintah selaku regulator dapat melengkapi dan menyempurnakan Undang-Undang Pasar Modal guna melindungi semua pihak yang terlibat di pasar modal. Terciptanya kepastian hukum tercermin dalam pembentukan Undang- Undang Pasar Modal dengan tujuan untuk melindungi kepentingan investor di pasar modal dari praktek curang dan kejahatan pasar modal. Hal tersebut dikarenakan investor adalah pihak yang lemah posisinya dalam menerima segala resiko yang dapat menyebabkan kerugian dari nilai posisi investasi yang mereka lakukan di pasar modal. 222 Kepastian hukum akan mewujudkan suatu pasar yang teratur, wajar dan kompetitif, dengan tetap memberikan perlindungan maksimal kepada investor yang menempatkan dananya di pasar modal. 223 Kepastian hukum ini diperoleh dengan adanya landasan hukum untuk berpijak. Di bidang pasar modal yang menjadi landasan hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam konsiderans 221 Boby W. Hernawan I Made B. Tirthayatra, op.cit., hal. 5. 222 Indra Safitri, op.cit. hal.6 223 Ibid., hal 16. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Pasar Modal huruf c dikatakan bahwa agar pasar Modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan. Jadi yang dilindungi di sini adalah kepentingan masyarakat pemodal yang melakukan investasi di pasar modal. Hal ini penting karena modal yang ditanamkan adalah milik para pemodal ini jadi harus dipertanggungjawabkan kepada mereka. Tujuan pemodal ini melakukan investasi adalah untuk mendapatkan capital gain walaupun tidak tertutup kemungkinan terjadinya capital lost. Jadi tetap diusahakan untuk melindungi kepentingan para pemodal ini. Kemudian muncul pertanyaan siapa yang harus melakukan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat pemodal ini? Perlindungan hukum ini dilakukan oleh Bapepam, Bursa dan emiten itu sendiri. Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam merupakan palang pintunya hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak dalam melakukan law enforcement dari kaidah-kaidah hukum pasar modal. Karena itu, apakah pasar modal akan menjadi lebih baik, lebih aman, adil dan tertib atau sebaliknya semakin kacau, penuh trik, dan tipu muslihat dari para aktor pasar modal dan spekulan yang bringas dan penuh nafsu. 224 224 Mukhti, op.cit., hal. 87. Universitas Sumatera Utara Secara umum, Undang-Undang Pasar Modal mengatur kewenangan dan tugas Bapepam sebagai lembaga pembina, lembaga pengatur, dan lembaga pengawas. Sementara itu, pelaksanaan kewenangan Bapepam sebagai lembaga pengawas dapat dilakukan secara: 1. Preventif, yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan pengarahan. 2. Represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi- sanksi. 225 Bapepam berwenang untuk membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan Transaksi Bursa atau Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal. 226 Selain itu, Bapepam juga berwenang untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar Modal. 227 225 Ibid., hal. 89. 226 Pasal 5 huruf j Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 227 Pasal 5 huruf n Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Kedua kewenangan di atas dijadikan dasar hukum bagi Bapepam untuk melakukan suspensi atau men-delist emiten atau perusahaan publik yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan Pasar Modal. Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat khususnya investor. Bapepam mengeluarkan dua peraturan yang berkaitan erat dengan proses go private yaitu Peraturan Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender dan Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan . Universitas Sumatera Utara Bagi Bapepam, hal utama yang diperhatikan dalam go private adalah perlindungan terhadap pemegang saham publik. Karena itu, untuk melakukan go private ini pihak yang melakukan pembelian saham wajib melakukan penawaran tender. Perlindungan yang didapat melalui ketentuan penawaran tender tersebut adalah dalam hal harga saham dan adanya kesempatan yang sama bagi semua pemegang saham publik untuk menjual saham yang dimilikinya. 228 Sebagaimana pada aksi korporasi lainnya, perhatian Bapepam dalam proses go private terletak pada perlindungan kepentingan pemegang saham publik. Pada proses go private, disamping berusaha memastikan bahwa tidak terdapat informasi yang disembunyikan perusahaan, Bapepam juga mempersyaratkan adanya persetujuan pemegang saham independen dan dilakukannya penawaran tender atas saham yang dimiliki pemegang saham publik. 229 Memang ketentuan go private di pasar modal belum diatur secara jelas. Akan tetapi Bapepam telah menentukan rambu-rambu ketentuan yang terkait dengan pelaksanaan go private, beberapa memang diambil dari ketentuan- ketentuan yang memang sudah ada sebelumnya ditambah dengan perubahan- perubahan untuk menampung aspek perlindungan bagi investor publik. 230 Bagi perusahaan yang delisting atau go private diwajibkan oleh Bapepam untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Independen, di mana hal 228 Mukhti, op.cit., hal.37. 229 Boby W. Hernawan I Made B. Tirthayatra, op.cit., hal 1. 230 Mukhti, op.cit., hal. 37. Universitas Sumatera Utara tersebut wajib dilakukan oleh perusahaan yang go private guna melindungi kepentingan pemegang saham publik atau minoritas. 231 Yang dimaksud dengan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan adalah jika suatu transaksi di aman seorang direktur, komisaris, pemegang saham utama atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan, maka transaksi dimaksud terlebih dahulu harus disetujui oleh para pemegang saham independen atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu dalam RUPS sebagaimana diatur dalam Peraturan Di samping itu, perlindungan investor ini juga dilakukan dalam hal terjadinya benturan kepentingan. Dalam pasal 82 Undang-undang Pasar Modal dinyatakan bahwa Bapepam dapat mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen apabila emiten atau perusahaan publik tersebut melakukan transaksi di mana kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik berbenturan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik dimaksud. Dalam penjelasan pasal 82 tersebut menyatakan bahwa untuk melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya merupakan pemegang saham minoritas dari kemungkinan adanya penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi yang dilakukan oleh emiten disebabkan oleh adanya benturan kepentingan antara pribadi direktur, komisaris atau pemegang saham utama, Bapepam dapat mewajibkan emiten untuk terlebih dahulu memperoleh persetujuan mayoritas dari pemegang saham independen. 231 Ibid., hal. 36. Universitas Sumatera Utara Bapepam No. IX.E.1. Persetujuan mengenai hal tersebut harus ditegaskan dalam bentuk akta notaris. Meskipun secara definisi benturan kepentingan transaksi tersebut tidak termasuk dalam go private, tetapi Bapepam berdasarkan surat Ketentuan Bapepam kepada perusahaan yang akan go private wajib memenuhi sebagian ketentuan tersebut antara lain dengan mewajibkan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Independen. Persetujuan go private oleh pemegang saham independen dalam RUPS ini menjadi penting artinya, mengingat apabila tidak diperoleh persetujuan oleh pemegang saham independen, maka langkah selanjutnya baik itu penawaran tender, delisting di bursa saham dan perubahan anggaran dasar menjadi tidak berguna lagi. Jadi aspek hukum untuk memperoleh persetujuan pemegang saham independen merupakan langkah awal rencana go private dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini belumlah mencukupi untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemegang saham publik yang pada saat penawaran tender tidak mau menjual sahamnya atau karena dia memberikan suara tidak setuju pada saat RUPS Independen. Meskipun dalam surat ketua Bapepam tersebut mewajibkan Perseroan untuk tunduk kepada Pasal 55 angka 1 huruf a UUPT No. 1 Tahun 1995 sekarang diubah menjadi UU No.40 Tahun 2007 dengan harga yang wajar minimum harga pada saat penawaran tender dilakukan, akan tetapi setelah Universitas Sumatera Utara Perseroan tersebut menjadi Perseroan Tertutup, maka akan menjadi pertanyaaan apakah Perseroan tersebut tetap akan mematuhi Surat Ketua Bapepam tersebut. 232 1. menghapus pencatatan efek tertentu di bursa Perlindungan kepentingan publik tidak hanya diatur dalam Peraturan Bapepam, melainkan juga dalam peraturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia BEI. Peraturan BEI Nomor I-I mengenai Ketentuan Penghapusan Pencatatan delisting dan Pencatatan Kembali Saham relisting menyatakan bahwa untuk melindungi kepentingan publik dan dalam rangka penyelenggaraan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien, bursa berwenang untuk: 2. menyetujui atau menolak permohonan pencatatan kembali termasuk penempatannya pada papan pencatatan dengan mempertimbangkan faktor- faktor yang menjadi penyebab delisting. 233 Kendala bagi Bapepam untuk tetap membela kepentingan publik belumlah menyentuh sampai pemegang saham publik yang terakhir, karena sebagai perusahaan tertutup maka Perseroan tidak tunduk lagi kepada ketentuan pasar modal. 234 Direksi dan komisaris emiten atau perusahaan publik juga wajib untuk melindungi pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas. Hal ini dikarenakan dalam praktik sering didapat adanya perlakuan yang kurang adil oleh pemegang saham mayoritas dan pengurus perseroan terhadap pemegang saham 232 Mukhti, op.cit., hal 114. 233 Ketentuan II.1. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan Delisting dan Pencatatan Kembali Relisting Saham di Bursa. 234 Mukhti, op.cit., hal. 115. Universitas Sumatera Utara minoritas. Ada tiga faktor yang menyebabkan perlakuan tidak adil tersebut, yaitu: 235 1. Kurangnya ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang melindungi hak-hak pemegang saham minoritas. Pada kenyataannya sekalipun ketentuan-ketentuan tersebut ada, dirasakan masih belum cukup. Hal itu terbukti dari seringnya pemegang saham minoritas yang dirugikan kepentingannya oleh pemegang saham mayoritas yang beritikad buruk dalam melaksanakan UUPT. Selain itu, adanya kewenangan yang diberikan oleh UUpt kepada organ Rapat Umum Pemegang Saham RUPS untuk menetapkan kebijakan perseroan, secara tegas tidak mengatur adanya kewajiban partisipasi aktif bagi pemegang saham minoritas untuk mengajukan pendapatnya, akibatnya pemegang saham mayoritas begitu dominan dan dapat dengan mudah mengabaikan hak-hak pemegang saham minoritas tersebut. 2. Sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas. Direksi atau Komisaris yang memiliki karakter moral hazard. Faktor sikap tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian pada Perseroan Terbatas. 3. Posisi lemah dari pemegang saham minoritas karena kurang modal, pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk mengelola Perseroan Terbatas, sehingga pemegang saham minoritas tersebut tidak berdaya dalam 235 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate Governance, Cet.1, Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Indondesia Press, 2002, hal. 88-89. Universitas Sumatera Utara menghadapi sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas yang memiliki itikad tidak baik Dalam surat edaran yang disampaikan kepada pemegang saham terdapat kalimat yang dicetak dalam huruf tebal sehingga langsung menarik perhatian pembaca, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan, baik secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran dan kelengkapan informasi yang diungkapkan dalam surat edaran ini, dan setelah melakukan penelitian secara seksama, menegaskan bahwa sepanjang pengetahuan dan keyakinan mereka, tidak ada fakta penting dan terkait lainnya yang tidak diungkapkan atau dihilangkan sehingga menyebabkan informasi yang diberikan dalam surat edaran ini menjadi tidak benar atau menyesatkan. 236 Berkaitan dengan hal tersebut, maka selaku pemegang saham wajib membaca surat edaran tersebut sehingga nantinya mereka tidak dirugikan akibat Dalam analisis penulis, kalimat di atas akan menjadi sia-sia jika direksi dan dewan komisaris perseroan tidak mau membagi pengetahuan mereka mengenai informasi yang berkaitan dengan prospek perusahaan ke depan. Di mana informasi tersebut biasanya dimiliki oleh pemegang saham pengendali atau pemegang saham utama atau mungkin juga dimiliki oleh direksi dan dewan komisaris. Sedangkan Bapepam sendiri sudah berusaha melakukan penelaahan dari aspek keterbukaan, akuntansi dan hukum untuk lebih memberikan keterbukaan informasi bagi pemegang saham dalam rangka perlindungan hukum bagi pemegang saham publik. 236 Ibid. Universitas Sumatera Utara kurang lengkapnya informasi termasuk prospek ke depan dari perusahaan dalam pengambilan keputusan terhadap rencana go private. Jadi dalam hal ini investor harus lebih jeli lagi dalam menetapkan keputusannya, meskipun dalam surat edaran dinyatakan juga bahwa jika ragu mengenai aspek apapun dari surat edaran ini atau mengenai tindakan yang harus diambil, maka haruslah berkonsultasi dengan wakil pedagang efek anda atau wakil perusahaan efek terdaftar lainnya, manajer investasi, penasihat hukum, akuntan atau penasehat profesional lainnya. 237 Karena Bapepam tidak memberikan surat pernyataan efektif ataupun kecukupan informasi yang disampaikan dalam surat edaran, menyebabkan pemegang saham harus menggali dan mencari keterbukaan informasi yang mungkin tidak dibagi kepada mereka. 238 1. Untuk melindungi masyarakat proses go private harus melalui prosedur yang ketat. Dokumen dan informasi yang terbuka harus disampaikan kepada masyarakat. Analogi penawaran tender tender offer dapat menjadi acuan sebelum peraturan go private dikeluarkan oleh Bapepam. Menurut I Putu Gede Ari Suta, ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan dalam memperbolehkan suatu perusahaan go private dengan tetap berpedoman pada perlindungan rakyat, yaitu: 2. Bapepam dan bursa harus memastikan bahwa tidak terdapat informasi yang disembunyikan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah insider trading yang akan merugikan masyarakat. 237 Ibid., hal. 116. 238 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op.cit., hal 71-75. Universitas Sumatera Utara 3. Janji-janji emiten pada saat IPO, right issue dan offering lain harus di-review agar tidak kontradiktif dengan proses go private itu sendiri. 4. Prosedur detail termasuk tata cara penilaian saham, penunjukkan agen wakil emiten, jangka waktu pengembalian saham dan lain-lain harus jelas. 5. Mengingat go public merupakan permanent capital formation maka tindakan go private juga harus diasumsikan sebagai permanent capital deficiency. Dengan demikian apabila telah diputuskan go private dan kemudian ingin go public lagi dalam jangka waktu dekat dan dilakukan oleh pihak yang sama patut diwaspadai dan dapat dianggap sebagai tidakan yang menyesatkan pasar kriminal. 239 239 I Putu Gede Ary Suta, op.cit., hal.161-162. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN