di-delist maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan emiten seperti investor maupun masyarakat umum.
1. Emiten
Delisting merupakan bagian dari proses go private. Go private merupakan proses suatu perusahaan terbuka berubah menjadi perusahaan tertutup.
Dengan terjadinya delisting, akibat yang pertama adalah emiten tidak lagi dapat memperdagangkan sahamnya di bursa saham yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan apabila saham suatu Perusahaan Tercatat dihapuskan pencatatannya dari daftar Efek yang tercatat di bursa delisting, maka semua jenis Efek
Perusahaan Tercatat tersebut juga dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di bursa. Perusahaan Tercatat yang sahamnya dihapuskan pencatatannya dari daftar
efek yang tercatat di bursa, dapat mengajukan keberatan kepada Ketua Bapepam dan keputusan Bapepam bersifat final.
183
Kemudian yang kedua, dengan terjadinya delisting maka status perusahaan berubah dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup. Dengan
berubahnya status perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup, maka lepaslah pemberlakuan kewajiban dan tetek bengek yuridis yang selama ini
berlaku untuknya. Perusahaan tersebut menjadi seperti sedianya sebelum perusahaan go public atau menjadi perusahaan publik.
184
Terhadap perusahaan yang melakukan going private, tentunya harus pula berubah anggaran dasarnya kembali, mengingat anggaran dasar yang ada tidak
lagi sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi kembali anggaran dasarnya berubah
183
Mukhti, op.cit., hal. 83.
184
Munir Fuady,op.cit., hal 74.
Universitas Sumatera Utara
seperti anggaran dasar perusahaan biasa.
185
2. Investor
Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 21 ayat 2 huruf f menyebutkan bahwa perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri
meliputi status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.
Dengan di-delist suatu efek dari Bursa maka para investor tidak lagi dapat memperdagangkan efek tersebut. Jika demikian, bagaimana dengan investor yang
sudah membeli atau yang memiliki efek dari perusahaan yang di-delist? Apakah mereka akan mendapatkan ganti rugi atas efek yang di-delist tersebut?
Emiten yang melakukan delisting akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS guna mendapat persetujuan pemegang saham independen. Jika
emiten mendapat persetujuan untuk delisting, maka emiten akan melakukan pembelian kembali saham yang dibeli oleh publik melalui penawaran tender.
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: a.
perubahan anggaran dasar; b.
pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih Perseroan; atau
185
Ibid. hal 75.
Universitas Sumatera Utara
c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
186
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan:
a. pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih
perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan; dan
b. jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan
gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan sendiri danatau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10 sepuluh persen dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
187
Pembelian kembali ini didahului dengan penentuan harga. Bapepam
mensyaratkan agar harga penawaran pembelian harus menarik atau lebih tinggi dari ketiga harga berikut:
188
a. Harga pasar tertinggi atas saham Perseroan di bursa dalam jangka waktu 90
hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private. b.
Hasil penilaian harga wajar saham Perseroan oleh penilai independen. Penilai Independen tersebut ditunjuk oleh pemegang saham independen dalam RUPS
Independen. c.
Nilai nominal saham.
186
Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
187
Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
188
Boby W. Hernawan I Made B. Tirthayatra, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya melalui persetujuan Bapepam, pemegang saham mayoritas harus membeli kembali saham-saham yang dimiliki oleh publik dengan harga yang
wajar. Dengan dibelinya kembali semua saham yang dimiliki oleh publik, maka jumlah pemegang saham menjadi berkurang dari 100 pemegang saham, yang
berarti tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan publik.
189
Jadi dalam proses delisting, diusahakan investor mendapat harga yang layak sebagai pengganti saham yang di-delist dengan tidak merugikan emiten.
Hal ini dikarenakan bahwa suatu bursa tidak hanya diperuntukkan bagi emiten saja tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat khususnya investor. Hal ini dapat
dilihat dalam pasal 37 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pembelian kembali saham, baik langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan ketentuan di atas batal karena hukum.
190
Oleh karena itu, direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum.
191
189
Mukhti, op.cit., hal. 33.
190
Pasal 37 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
191
Pasal 37 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KETERBUKAAN