Bank Failure Bank Campuran

15 bank ke bank yang lain sehingga dapat terjadi kegagalan bank berganda yang disebut dengan istilah bank panic. 5. Ketidakseimbangan fiskal pemerintah Salah satu kondisi ketidakseimbangan fiskal pemerintah yang terjadi adalah gagal bayar utang oleh pemerintah yang menyebabkan penurunan nilai mata uang domestik yang disebabkan oleh investor yang menarik uangnya keluar dari suatu negara. Hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.2 Bank Failure

Istilah bank gagal dalam pasal 1 angka 7 UU LPS adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat disehatkan oleh Lembaga Pengawasan Perbankan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Selain itu istilah bank gagal dalam penelitian Ng and Roychowdurry 2014 dapat terjadi karena sektor perbankan mengalami kualitas modal yang kurang baik sehingga tidak dapat memenuhi kewajibannya. Menurut Federal Deposit Insurance Corporation FDIC bank gagal adalah sebuah kondisi dimana sektor perbankan ditutup oleh badan pengawas perbankan karena bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya terhadap deposan. Hari Sukarno 2005 menyebutkan bahwa kondisi bank gagal adalah jika bank tersebut tidak memenuhi kriteria bank sehat dari Bank Indonesia, seperti business failure, peringkat CAMEL yang merosot, terjadinya legal bankruptcy BBO,BTO dan likuidasi, bank peserta rekap dan bank dalam pengawasan BPPN. Karen Hopper Wruck 1990 mendefinisikan kebangkrutan Universitas Sumatera Utara 16 sebagai sebuah kondisi dimana perusahaan tidak mampu membayar semua utang termasuk pada saat jatuh tempo sehingga ditutup secraa hukum oleh badan yang bersangkutan. Allen N. Berger 1990 mendefinisikan kebangkrutan sebagai sebuah kondisi dimana perusahaan ditutup secara legal yang diawali oleh kondisi financial distress. Financial distress merupakan kondisi yang dapat berakhir dan diperbaiki oleh perusahaan namun kondisi kebangkrutan merupakan kondisi yang ditetapkan penutupannya secara legal oleh pihak yang berwenang, yang menggambarkan ketidakmampuan bank tersebut untuk melangsungkan kegiatan operasionalnya. Dalam mengetahui kondisi status kebangkrutan bank, maka terdapat beberapa indikator kebangkrutan bank, yakni ; 1. Ng and Roychowdurry 2014 menyatakan bahwa kondisi kebangkrutan bank terjadi apabila memiliki total kewajiban yang dimiliki oleh bank lebih besar dibandingkan total aset yang dimiliki. 2. Hari Sukarno menyatakan bahwa kondisi kebangkrutan bank dapat dinilai melalui jumlah ekuitas bank yang bernilai negatif. 3. Karen Hopper Wruck 1990 mendefinisikan bahwa indikator guna menilai kondisi kegagalan bank dapat dianalisa melalui nilai laba bersih yang dihasilkan oleh bank tersebut bernilai negatif secara berturut turut. Kondisi bank gagal dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal dapat berupa manajemen bank yang kurang baik, penyaluran kredit yang kurang hati hati dan adanya tindak kejahatan dari manajemen bank. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang Universitas Sumatera Utara 17 berkaitan erat dengan kondisi makro ekonomi yang tidak dapat diprediksi dengan baik oleh sektor perbankan. Selain faktor internal dan eksternal, kegagalan pada sektor perbankan dapat terjadi sebagai akibat dari kemungkinan risiko yang harus ditanggung dalam menjalankan fungsinya terutama fungsi intermediatary nya. Adapun risiko yang ditanggung seperti, seperti risiko akibat transaksi valuta asing dan terjadinya gap yang semakin melebar. Sektor perbankan dapat menerima pendapatan dalam jumlah yang tinggi, namun di satu sisi sektor perbankan dapat menanggung risiko yang lebih besar apabila manajemen gagal dalam menerapkan prinsip kehati hatian dalam kinerja perbankan. Panjangnya kemungkinan risiko yang harus ditanggung oleh perbankan memperlihatkan bahwa bisnis perbankan secara alami memang memiliki risiko yang tinggi Christian Rio, 2010.

2.3 Modal Bank