Financial Distress Bank Campuran

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Financial Distress

Financial distress atau kesulitan keuangan merupakan kondisi ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang menyebabkan perusahaan mengalami insolvency Ross et al, 1996. Karen Hopper Wruck 1990menyatakan bahwa ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh kurangnya arus kas dalam memenuhi kewajiban perusahaan. Kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan merupakan gambaran awal terjadinya kondisi kebangkrutan pada perusahaan. Kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan menyebabkan perusahaan mengeluarkan dana yang cukup besar guna menghindari terjadinya kebangkrutan. Jika sebuah perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan, maka perusahaan tersebut akan membutuhkan sejumlah dana yang cukup besar guna menanggulangi kesulitan keuangan yang akan menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Lemma W. Senbet and Tracy Yue Wang 2012di sisi lain menyatakan bahwa perusahaan dapat mengalami financial distressdisebabkan terjadinya kesulitan ekonomi maupun kesulitan keuangan. Kesulitan ekonomi merupakan gambaran kesulitan secara makro ekonomi dan kesulitan keuangan merupakan gambaran kesulitan yang disebabkan faktor internal yang berasal dari perusahaan tersebut. Menurut Altman 1968, kondisi kesulitan keuangan pada perusahaan dapat digolongkan ke dalam empat istilah umum, yakni: Universitas Sumatera Utara 12 a. Economic Failure Economic failure merupakan sebuah kondisi dimana perusahaan kesulitan menutupi biaya yang ditanggung oleh perusahaan termasuk biaya modal. Dalam kondisi tersebut, perusahaan dapat meneruskan kegiatan operasional perusahaan apabila kreditur bersedia menyediakan tambahan modal sehingga return yang diterima oleh perusahaan berada dibawah tingkat bunga pasar. b. Business failure Business failure merupakan sebuah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi beroperasi sehingga tidak menghasilkan pendapatan bagi perusahaan yang disebabkan oleh kurangnya arus kas guna mneutupi pengeluaran perusahaan. c. Insolvency Insolvency merupakan sebuah kondisi dimana perusahaan mengalami kekurangan pada arus kas sehingga perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya. d. Legal Bankruptcy Legal bankruptcy merupakan sebuah kondisi dimana perusahaan tersebut tidak dapat melaksanakan kegiatan opersionalnya secara hukum oleh pihak yang bersangkutan. Dalam mengamati dan mengetahui kondisi perusahaan yang mengalami financial distress, maka terdapat beberapa indikator yang menjadi gambaran Universitas Sumatera Utara 13 perusahaan yang mengalami financial distress. Adapun beberapa indikator tersebut adalah : 1. Whitaker 1999 mendefinisikan financial distressterjadi pada sebuah perusahaan, apabila perusahaan tersebut mengalami laba operasional negatif secara berturut turut. 2. Altman 1968 mendefinisikan financial distress dengan memanfaatkan angka-angka di dalam laporan keuangan dan merepresentasikannya dalam suatu angka, yaitu Z-Score yang dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan berpotensi untuk bangkrut atau tidak. 3. Ross et al 1996 mendefinisikan kondisi financial distress terjadi apabila perusahaan tersebut mengalami insolvency. Kondisi Financial Distress pada sektor perbankan dapat disebabkan opleh beberapa faktor. Adapun faktor faktor yang menyebabkan krisis keuangan pada perusahaan adalah kenaikan suku bunga, peningkatan ketidakpastian, dampak pasar aset terhadap neraca, permasalahan sektor perbankan, ketidakseimbangan fiskal pemerintah Frederic S Mishkin, 2008: 274 ; 1. Kenaikan Suku bunga Fluktuasi suku bunga masih menjadi salah satu ancaman utama bagi kinerja perbankan. Peningkatan suku bunga pasar dapat diakibatkan oleh peningkatan kredit dan penurunan jumlah uang beredar. Suku bunga yang tinggi juga dapat menyebabkan kenaikan pada risiko investasi dan proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara 14 2. Peningkatan ketidakpastian Kondisi ketidakpastian selalu terjadi dalam kinerja lembaga keuangan salah satunya bank. Kondisi ketidakpastian tersebut dapat berupa kegagalan lembaga keuangan secara internal, resesi, dan jatuhnya pasar saham. Kondisi ini membuat sektor perbankan lebih selektif dalam menyalurkan kredit terhadap masyarakat. Kredit dengan potensi pengembalian yang lebih baik tentu akan dipilih dibandingkan dengan potensi pengembalian yang buruk. Namun di sisi lain metode yang lebih selektif dapat menyebabkan penurunan pinjaman, investasi, dan kegiatan ekonomi agregat. 3. Dampak pasar aset terhadap neraca Kondisi neraca perusahaan memperlihatkan bagaimana kondisi keuangan sektor perbankan. Salah satu penyebab terpuruknya neraca perusahaan adalah penurunan dalam pasar saham. Penurunan pada pasar saham menggambarkan menurunnya kekayaan bersih perusahaan. Penurunan ini menyebabkan perbankan enggan menyalurkan kredit karena kemungkinan kerugian atas pinjaman dapat meningkat. Pemberi pinjaman pun akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan sehingga investasi dan output agregat akan mengalami penurunan. 4. Permasalahan dalam sektor perbankan Peranan bank dalam pasar keuangan masih memegang peranan penting sebagai fasilitator investasi produktif dalam perekonomian. Jika neraca dan kualitas modal mengalami penurunan maka bank mempunyai sumber yang lebih sedikit untuk dipinjamkan. Kondisi buruk ini akan menyebar dari satu Universitas Sumatera Utara 15 bank ke bank yang lain sehingga dapat terjadi kegagalan bank berganda yang disebut dengan istilah bank panic. 5. Ketidakseimbangan fiskal pemerintah Salah satu kondisi ketidakseimbangan fiskal pemerintah yang terjadi adalah gagal bayar utang oleh pemerintah yang menyebabkan penurunan nilai mata uang domestik yang disebabkan oleh investor yang menarik uangnya keluar dari suatu negara. Hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.2 Bank Failure